MWD 1

16.5K 591 12
                                    

Seorang anak perempuan tengah berlari mengejar seekor kucing yang berada di taman kota.
"Zea jangan lari-lari nak nanti jatuh" teriak sang ayah kepada anak semata wayangnya itu.

Anak itu tidak memperdulikan ucapan sang ayah. Dia tetap berlari mengejar kucing yang semakin jauh dari pandangan sang ayah.

Buk!!
Tiba-tiba Zea terjatuh karena tidak hati-hati.
"Huaaa sakitt. hikks hikss" seketika tangis gadis kecil itu pecah.

Tak jauh dari tempat Zea jatuh tengah duduk seorang perempuan cantik yang sedang asik memainkan ponselnya.

Perempuan itu adalah Breza.

Menyadari ada anak kecil yang jatuh dan menangis Breza langsung bangkit dan menghampiri anak tersebut.

"Heii anak cantik kenapa menangis sayang" tanya Breza kepada Zea.

"Kaki Zea sakit buna, hikks hikss" jawab Zea dengan air mata yang masih mengguyur pipinya.

Breza bingung dengan apa yang diucapkan Zea. Buna ?? batinnya

"Buna ?? siapa itu buna, ayah sama bunda Zea dimana ?," ucap Breza sambil mengelus sayang luncak kepala Zea.

"Iihhhh tante itu kan bunanya Zea, ayah itu disana lagi duduk" ucap Zea sambil menunjuk laki-laki yang sedang fokus dengan handphonenya.

Breza membuang nafas kasar. Anaknya jatuh malah bapaknya sibuk main hp dasar laki-laki, batin Breza.

"Yuk tante anter ke ayah yaa biar luka Zea diobatin sama ayah dan bundanya Zea, sini tante gendong" bujuk Breza dan langsung  meraih Zea untuk menggendongnya.

Breza berjalan menghampiri  laki- laki yang sedang asyik dengan handpohonenya sambil menggendong Zea.

Laki-laki itu adalah Andress Elvanno Kusuma. Ayah dari Karennia Azzea Kusuma.

"Maaf permisi pak, anaknya jatuh dan lututnya sedikit terluka" ucap Breza dengan sopan kepada pria tersebut.

Seketika Elvan langsung mendongakkan kepalanya dengan mata terbelakak.
"Zea Ya ampun kamu kenapa nak" ujarnya panik.

"Zea jatuh yah, kaki Zea berdarah hiks hiks sakit yah" ucapnya sesenggukan sambil mengusap ingus yang meluncur dari hidung macungnya.

"Ya ampun sini sama ayah, kita obatin lukanya" ucap Elvan sambil mengulurkan tangannya pada Zea.

Zea menepis tangan Elvan.
"Zea gak mau sama ayah, Zea mau diobatin sama buna"

"Buna ?" tatapan Elvan memancarkan kebingungan.

"Iya ayah, Zea mau diobatin sama buna, nggak mau sama ayah" ucap Zea dengan tatapan memohon kepada Breza.

Breza yang bingung langsung bertanya kepada Elvan.
"Buna dimana, dan Buna itu siapa ?"

Elvan yang tau maksud anaknya langsung memberikan penjelasan singkat kepada Breza.
"Buna itu sebenernya Bunda"

"Lah terus bundanya dimana" tanya Breza dengan polosnya.

"Iiiihhh ini Bunanya Zea" ucap Zea sembari menepuk pelan dada Breza.

Sontak Breza kaget dengan ucapan Zea.
"Anak cantik, tante bukan Bunanya Zea sayang"

Wajah Zea yang masih basah karena air mata seketika langsung murung setelah mendengar ucapan Breza.

"Iya ini Bunanya Zea, ya udah, ayo kita obatin luka Zea sama Buna, ayo buna kita ke mobil" ucap Elvan sambil memasang senyum menenangkan kepada Zea.

Sontak Breza mendelik tajam ke arah Elvan dengan tatapan bertanya.

Elvan yang mendapat tatapan seperti itu langsung paham maksud dari tatapan Breza.
"Dia anak kecil gak tau apa-apa" bisiknya pelan ditelinga Breza.

"Ayah kenapa bisik-bisik sih" ucap Zea penasaran.

"Eh enggak papa sayang ayo kita ke mobil" Ucap Elvan sambil berjalan kearah mobil.

Sedangkan Breza hanya diam mematung karena bingung dengan apa yang sedang dia hadapi.
Namun dengan langkah pasti Breza mengikuti langkah Elvan yang berjalan kearah mobil laki-laki itu.

Sesampainya dimobil, Elvan mengambil dan memberikan kotak obat kepada Breza dan mengambil alih Zea dari gendongan Breza.
Dengan cepat Breza langsung jongkok dan mengobati luka yang ada dilutut Zea.
Setelah mengobati luka di lutut Zea, Breza langsung berdiri dan akan beranjak pergi.

Namun dengan cepat Zea menahannya.
"Buna mau kemana, Buna sini aja, Zea mau sama Buna"

"Buna mau pulang sayang, udah sore, Zea pulang sama ayah yaa" ucap Breza sambil mengelus pipi gembul Zea.

Zea menggeleng kuat.
" Nggakk boleh, Zea mau pulang sama Buna,"

Breza menatap Zea bingung. Bagaimana bisa dia bertemu dengan bocah cilik keras kepala ini
"Kalo Buna pulang sama Zea, itu motor Buna gimana hayo, ntar kalo motor Buna ditinggal, besok Buna kerjanya gimana" Breza mencoba memberikan penjelasan kepada Zea.

"Tenang orang suruhanku yang akan membawa motormu pulang" Akhirnya Elvan mengeluarkan suaranya setelah dari tadi hanya diam menatap anaknya dan Breza secara bergantian.

Bisa-bisanya ini makhluk main ambi keputusan sepihak, omel Breza dalam hati.

Zea menatap Breza dengan tatapan memohon.
"Ya bun, Buna pulang sama Zea"

Breza yang notabennya menyukai anak kecil, mana bisa Breza membiarkan Zea menatapnya seperti itu.
"Baiklah Buna akan ikut pulang sama Zea"

Zea sangat bahagia mendengar jawaban Breza.
"Ayo bun masuk mobil, Buna duduk depan ya sama Ayah, Zea dibelakang"

Whaatt the ....!!! apalagi ini Tuhan pikir Breza sambil mengusap kasar wajahnya.

"Demi Zea" ucap Elvan pada Breza pelan lalu tersenyum pada Breza. Entah senyum apa itu, senyum yang sulit diartikan.

Sedangkan Breza hanya mendengus pelan lalu menuruti kemauan bocah kecil itu.
Bokong seksinya dengan mulus mendarat di jok mobil Elvan dengan sangat baik.

Elvan yang sudah duduk dibelakang kemudi tersenyum dengan penuh kemenangan. Nggak terlalu buruk buat dijadiin emak baru buat Zea, batin Elvan.

*~~~~*


8 September 2019

04.37 WIB

Married With DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang