MWD 3

12.2K 478 5
                                    

Breza tergopoh-gopoh memasuki gedung yang selama dua tahun ini menjadi tempatnya mengais rezeki.

Breza melirik arloji hitam yang melingkar indah di pergelangan tangan kirinya.
08.45 WIB. shit !! gw telat 45 menit, umpat Breza dalam hati.

Sesampainya didepan meja kerjanya, Breza langsung menyalakan komputer dan mulai menyiapkan berkas-berkas yang harus dia serahkan keatasannya.

Breza melangkah menuju ruangan yang didepan pintu tertera tulisan Wakil CEO ( Chief Executive Officer ).

Tok tok tok.

Breza mengetuk pintu yang ada didepannya

" Ya Masuk " terdengar sahutan dari dalam ruangan tersebut.

"Selamat Pagi Bu Alena" sapa Breza dengan sopan.

"Selamat pagi juga Breza, kenapa kamu terlambat ?" tanya Alena dengan menatap intens Breza.

Deg. Mampus deh gue, batin Breza

"Saya minta maaf bu, tadi pagi saya terjebak macet karena saya tidak naik motor bu, padahal saya sudah berangkat sepagi mungkin supaya terhindar macet" Breza menjelaskan alesannya kenapa dia bisa terlambat.

"Memangnya motor kamu kenapa ?" tanya Alena masih dengan tatapan intensnya.

"Motor saya kemaren saya tinggal ditaman kota bu, karena ada anak kecil yang minta dianterin pulang, tapi kata ayah anak itu orang suruhannya sudah mengamankan motor saya, tapi sampe sekarang belum dianterin makanya saya naik angkot" jawab Breza jujur.

"Apapun alesannya, saya harap kejadian ini tidak terulang lagi" Alena dengan tegas.

"Pasti bu, saya tidak akan mengulanginya lagi" ucap Breza sungguh-sungguh,

"Baiklah, saya pegang ucapan kamu, dan tolong bacakan jadwal saya hari ini"

"Jadwal ibu hari ini, Jam 10 ibu ada rapat dengan Fernandez Corp. Jam 2 ibu ada pertemuan dengan Kepala kantor cabang Bandung, ibu hanya ada 2 pertemuan hari ini" Jelas Breza.

"Huh untung gak terlalu padat, oh iya berkas yang saya minta sudah ada ?" Alena kembali duduk dikursi kebesarannya.

"Sudah bu" Breza memberikan beberapa berkas yang tadi sudah dia siapkan untuk diberikan kepada atasannya.

"Terima kasih, kamu bisa kembali ke ruangan kamu" Alena tersenyum ramah kepada Breza.

Ini yang membuat Breza menerima tawaran Alana menjadi sekertarisnya beberapa bulan lalu. Padahal Breza sama sekali tidak pernah ada pengalaman menjadi sekertaris.

"Sama-sama bu, saya permisi dulu bu" Breza membungkuk sopan lalu beranjak meninggalkan ruang Alena.

"Tunggu" cegah Alena sebelum Breza melangkah keluar dari ruangannya.

"Iya bu"

"Nanti sore pulng kantor kamu ada acara apa tidak ?" tanya Alena.

"Kayaknya nggak ada bu, kenapa bu ?" tanya Breza kepada Alena.

"Nanti tolong temani saya ke mall, saya mau beli hadiah buat ponakan saya" jelas Alena sembari membuka berkas yang ada didepannya.

"Baik bu, nanti saya temani ibu" jawab Breza.

"Terima kasih Breza" Alena tersenyum ramah kepada Breza.

"Sama-sama bu, saya permisi bu" Pamit Breza meninggalkan ruangan Alena.

Breza keluar dari ruangan Alena dan langsung menuju ruangannya.
Breza mulai mengerjakan berkas-berkas yang sudah melambai-lambai minta disentuh oleh Breza.

---***---

Selepas kerja, Breza menepati janjinya untuk mengantar Alena ke mall.
Sesampainya di mall Breza dan Alena langsung menuju ke toko yang menjual berbagai macam mainan anak-anak.

"Bre, bagus yang mana nih" Alena bertanya kepada Breza sembari memperlihatkan 2 boneka kecil ditangannya.

"Kalo menurut saya bagus yang coklat bu, lebih imut gitu" Jawab Breza dengan tatapan gemas.

"Jangan manggil ibu kalo di luar kantor, berasa formal banget," Protes Alena sambil menurunkan boneka yang dia pegang.

"Lah terus saya manggil ibu apa dong" Breza menampakkan wajah polosnya.

"Panggil Alena aja, lagian kita kan seumuran" Ucap Alena tersenyum.

"Tapi bu..."

" Nggak ada penolakan !! ini perintah" Tegas Alena dan tak terbantahkan.

" Okeh okeh, baik lah" jawab Breza lesu.

Breza melangkahkan kakinya kebagian pernak pernik.
Mata cantiknya tertuju pada sepasang jepit rambut pink dengan bentuk hati.
Lucu banget, kalo dipake Zea kayaknya cantik banget, ambil ahh itung-itung ucapan terima kasih udah di bekelin makan malam kemaren, batin Breza

Breza berjalan kembali ke arah Alena.
"Jadinya ambil yang mana ?" tanya Breza.

"Kayaknya yang white aja deh" Alena akhirnya memilih boneka kecil berwarna putih.

"putih juga imut, terus nyari apa lagi abis ini" tanya Breza sembari berjalan disamping Alena.

" Keknya makan aja yuk, aku laper banget nih, ehh kamu beli buat siapa itu imut amat" Alana melihat jepit rmbut yang dipegang sama Breza.

"Buat anak aku" Jawab Breza spontan.

"Hah, kamu udah punya anak ?" Alena melotot tak percaya memandang Breza.

"Eehh bukan, maksud aku itu anak yang kemarin aku anterin pulang " Jelas Breza gugup.

" Lah, kirain lu udah punya anak "  Alena terkikik pelan melihat wajah cengo Breza.

"Kagak lah, nikah aja belum gimana mau punya anak" Protes Breza.

" Okeh okeh, kalo lagi berdua panggilnya lu gw aja kali Bre biar enak, gw ja dulu sama sii Ratna kayak gitu siapa tau kita bisa jadi sahabat bahkan sodara" Ucap Alana sambil meletakkan beberapa barang dimeja kasir.

"Gak enak akunya Len" tolak Breza halus.

"Santai siihh kita formal cukup dikantor dan saat ada yang lain aja, biar profesional aja, kalo lagi berdua santai aja kali biar enak juga kerjanya" Jelas Alena.

Setelah selesai dengan urusan bayar membayar akhirnya merwka memutuskan untuk mengisi nutrisi agar cacing diperut mereka tidak berteriak terus menerus.

*~~~~*

11 September 2019

23.59 WIB

Married With DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang