Bijak dalam membaca ya, guys!!!
Happy Reading !!!
***
“Boleh aku duduk di sini?” suara berat nan seksi itu mengalihkan tatapan Anya yang semula menunduk fokus pada makanannya.
“Sesukamu,” jawabnya singkat dan kembali fokus pada makanan di depannya, walau sebenarnya Anya merasa tidak berselera.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya suara itu lagi.
“Sudah lebih baik. Dan kau boleh pesan apa pun di sini, nanti aku yang bayar sebagai ucapan terima kasihku,” ucapnya sedikit mengulas senyum.
“Mungkin lain kali, aku baru saja selesai.” Anya hanya mengangguk kecil tanpa berniat memperpanjang obrolan. Memilih untuk segera menyelesaikan makannya dan kembali ke apartemen. Namun sepertinya laki-laki itu memang datang untuk mengobrol dengannya, entahlah apa maksudnya, Anya tidak terlalu peduli.
“Kau tinggal di apartemen ini juga?” tanya Anya saat mereka sudah keluar dari cafe yang memang berada di depan apartemen yang menjadi tempat tinggalnya selama tujuh tahun ini. Apartemen yang Alisya berikan, namun berhasil Anya bayar dengan mencicilnya karena Anya tidak ingin semakin menjadi tidak tahu diri.
“Ya, aku baru pindah ke sini dua minggu lalu,” jawab Alarick apa adanya.
“Pantas aku tidak pernah melihatmu.” Setelahnya obrolan ringan menjadi teman mereka selama di perjalanan hingga tidak terasa bahwa lift berhenti di lantai kamar Anya dan Alarick ikut keluar karena mereka yang asyik mengobrol, membicarakan segala macam hal yang memperlihatkan keakraban keduanya. Padahal, ini adalah kali kedua mereka bertemu, namun sudah seperti kawan yang lama tak berjumpa.
Anya mempersilahkan Alarick masuk dan membawa pria itu untuk duduk di sofa ruang tengah.
“Soda bagaimana?” tanya Anya berniat menjamu tamunya. Dan Aldrick hanya menjawab lewat anggukan singkat. Setelahnya Anya melangkah menuju dapur, dan kembali dengan dua botol soda juga beberapa camilan yang selalu tersedia dalam lemarinya.
“Ck, sial!” umpat Anya saat soda yang baru saja di bukanya menyembur keluar hingga membasahi baju tipis yang dikenakannya, dan efek dari rasa dingin itu berhasil membuatnya merinding, terlebih cairan itu mengalir membasahi dadanya yang hanya terlindungi kaus over size yang dikenakannya.
Alarick menelan ludahnya susah payah, saat melihat bagaimana ekspresi Anya yang merinding akibat rasa dingin dari soda tersebut, wajah cantiknya terlihat seksi dan tiba-tiba saja Alarick berfantasi liar mengenai hal itu. Sampai akhirnya tanpa aba-aba, Alarick menyiramkan soda dingin miliknya pada tubuh bagian atas Anya, membuat perempuan itu terkejut dan hendak mengeluarkan protesannya, namun dengan cepat Alarick membungkam mulutnya, mencium Anya dengan tergesa.
“Ekspresimu begitu menggoda saat soda ini membasahi tubuhmu,” bisik Alarick di depan bibir Anya yang sedikit bengkak akibat ciumannya.
“Sensasinya menyenangkan, dan ini membuatku terangsang,” Anya mengatakan yang sejujurnya tanpa sedikitpun rasa malu. “Apa kau ingin menuangkannya lagi? Sepertinya aku suka dengan sensasi ini,” lanjut Anya seraya mengedipkan sebelah matanya, menggoda pria di depannya.
“Dengan senang hati,” jawab Alarick semangat.
“Tapi aku ingin yang lebih dingin. Bisa kau ambil yang baru?”
tanpa menjawab, Alarick bergegas bangkit dan menuju dapur mengambil beberapa kaleng soda dengan senyum terukir di bibirnya, fantasinya sudah benar-benar membuatnya gila, dan ia ingin segera menikmatinya.
Senyum Alarick semakin lebar saat didapatinya Anya sudah melepaskan kaos yang semula menyembunyikan keindahan tubuhnya. Tanpa basa basi lagi Alarick langsung membuka penutup kaleng soda itu, meneguknya sedikit lalu ia tumpahkan perlahan pada tubuh bagian atas Anya, hingga cairan bening itu mengalir, melewati dada Anya yang menggantung indah dan semakin turun membasahi celana pendek yang masih melekat sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu
RomanceSelalu ada alasan dibalik kebiasaan yang tak mampu dihilangkan. Selalu ada alasan dibalik kesedihan yang sengaja disimpan. Selalu ada alasan dibalik ketakutan yang hanya mampu dipendam. Dan selalu ada alasan dibalik candu yang Anya rasakan. Cand...