Chapter 5

7.6K 211 6
                                    

Happy Reading!!!

***

Selama acara ulang tahu putri dari Aliana dan Devario, Anya hanya duduk-duduk di kursi yang tersedia cukup jauh dari orang-orang yang asyik dengan pesta anak-anak itu, menikmati beberapa camilan yang juga tersedia di meja depannya. Sesekali Anya akan tertawa saat melihat kekonyolan anak dan orang tua di depan sana hingga kemudian Alarick datang menghampiri dan ikut duduk di sampingnya, menghalangi Anya dari tontonan yang sejak tadi dinikmatinya.

“Kenapa tidak ikut senang-senang bersama yang lain?” tanya Alarick.

“Tidak, terima kasih, aku lebih senang menonton dari pada ikut terlibat,” jawab Anya seraya menggelengkan kepala tanpa menatap pria di sampingnya. Anya memilih menatap lurus ke depan sambil sesekali menyesap tipis lemon jus-nya.

“Ah, ya, Aliana bilang aku akan pulang bersamamu, apa bisa dimajukan jadwalnya? Sore nanti mungkin,” Anya mengalihkan pandangannya pada pria yang semalam berhasil menerobos kamarnya dan berakhir dengan aktivitas panas hingga pagi, membuat Anya kelelahan dan merasa mengantuk hingga saat ini. Namun tidak berani untuk izin tidur pada si pemilik rumah, karena Anya ingat kedatangannya ke tempat ini untuk memenuhi undangan sang sahabat menghadiri ulang tahun anaknya, bukan untuk tidur seenaknya.

“Tapi kalau kau masih ada urusan tidak apa, kita bisa pulang sesuai jadwal,” dengan cepat Anya melanjutkan kalimatnya, tidak ingin dianggap terlalu merepotkan oleh pria yang baru beberapa hari ini dikenalnya.

“Tidak masalah, lagi pula aku datang khusus untuk menghadiri ulang tahun keponakanku, bukan untuk pekerjaan dan semacamnya,” jawab Alarick dengan seulas senyum terukir, tanda bahwa pria itu tidak sama sekali keberatan meskipun harus kembali saat ini juga. “Ngomong-ngomong kenapa kau ingin cepat kembali?” tanyanya dengan raut penasaran.

“Selain karena pekerjaan, sepertinya aku tidak bisa memberitahumu,” ucap Anya seraya melempar senyum tipis, dan kembali menyesap sisa minuman di gelasnya.

Alarick hanya menganggukkan kepalanya singkat, mengerti dengan privasi yang perempuan itu inginkan. Lagi pula mereka tidak sedekat itu sampai harus membuatnya tahu apa yang menjadi kepentingan Anya. Alarick harus ingat bahwa mereka hanya di dekatkan oleh ranjang bukan perasaan.

***

Setelah perdebatan yang cukup panjang bersama Aliana dan Alisya, Anya akhirnya berada di bandara, lebih tepatnya di pesawat pribadi milik Alarick yang tidak pernah Anya sangka sebelumnya. Dalam benaknya Anya bertanya-tanya tentang seberapa kayanya pria itu, dan seberuntung apa perempuan yang menjadi kekasih dari laki-laki yang sudah dua kali berhasil naik ke atas ranjangnya.

Alarick, selain kaya dan tampan, pria itu juga terbilang lembut dalam memperlakukan perempuan. Anya sudah merasakannya dua kali dan sepanjang pergulatannya itu Anya merasa nyaman. Alarick tidak terlalu mendominasi, tidak juga terlalu buru-buru.

Seks yang Alarick lakukan terkesan santai, tapi memberi kenikmatan yang luar biasa. Baru kali ini ada pria yang dapat mengimbangi gairahnya dan memuaskannya lebih dulu, karena seingat Anya selama ini selalu pria yang naik ke ranjangnya yang lebih dulu mendapatkan kepuasan, sedangkan Anya tertinggal di belakang, bahkan tak jarang ia tinggalkan tanpa mendapat kepuasan yang diinginkannya, hingga mengharuskan Anya mencari mangsa yang lain dan Anya tidak akan berhenti hingga dirinya terpuaskan.

Dalam satu malam Anya bisa tidur dengan dua atau bahkan tiga laki-laki dengan jarak yang cukup tipis. Namun meski begitu Anya dapat memastikan bahwa dirinya sehat, sebab Anya rutin memeriksakan kondisi kewanitaannya, dan memberikan perawatan yang memakan biaya tak sedikit untuk tetap menjaga kesehatannya. Karena bagi Anya itu penting terlebih dirinya yang memiliki gairah melebihi perempuan normal lainnya. Dan tentu saja sebelumnya Anya pun memastikan bahwa pria yang menjadi teman tidurnya tidak memiliki riwayat penyakit yang akan menular.

CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang