Chapter 6

6.2K 202 3
                                    

Happy Reading!!!

***

Selesai dengan mengisi perut masing-masing, Alarick tidak lantas membawa pulang Anya, karena setelahnya pria tampan itu melajukan mobil mewahnya ke salah satu pusat perbelanjaan dengan niat membeli beberapa pakaian kerja mengingat dirinya tidak begitu banyak membawa perlengkapan tersebut.

Anya tentu saja tidak keberatan dan malah menarik Alarick dari satu toko ke toko lain untuk membeli apa yang pria itu butuhkan. Anya benar-benar menjadi pemandu yang baik sebab wanita itu tahu dimana saja letak toko yang menyediakan apa yang Alarick sebutkan dan dimana saja barang yang berkualitas baik bisa di dapatkan.

Untuk pertama kalinya Alarick merasa senang berbelanja padahal biasanya ia hanya menyerahkan kartu kreditnya dan membiarkan teman kencannya belanja sendiri. Sementara kebutuhannya Alarick serahkan pada orang kepercayaannya. Baru sekarang Alarick berinisiatif belanja. Entah ada magnet apa yang menariknya untuk melakukan hal ini, karena yang pasti Alarick selalu merasa tidak ingin waktu cepat berlalu setiap kali berada di samping perempuan yang belum lama ini dikenalnya.

“Kau tidak belanja?” Alarick melirik Anya yang berada dalam rangkulannya.

“Untuk kali ini tidak ada yang menarik. Mungkin lain kali,” senyum manis nan menggoda terukir di bibir wanita cantik itu, dan Alarick tidak segan untuk menciumnya.

“Kalau begitu, ke mana lagi kita sekarang?”

“Pulang saja, besok aku sudah harus bekerja.” Alarick mengangguk dan menarik lembut tubuh ramping Anya menuju basemen dimana mobilnya terparkir.

Sepanjang perjalanan banyak hal yang keduanya bahas seperti layaknya sahabat dan juga kekasih, terasa ringan dan nyaman, membuat Anya sadar bahwa ketertarikannya tujuh tahun lalu berkembang pesat dengan pertemuan dan kebersamaannya yang intens beberapa hari ini. Namun segera Anya mensugesti diri untuk tidak lebih dalam terjatuh pada pesona Alarick dan kenyamanan yang diam-diam tercipta.

Thanks,” ucap Anya dan Alarick bersamaan begitu mereka berada di delam lift dan menekan tombol lantai masing-masing, yang membuat keduanya terkekeh merasa konyol.

“Aku yang lebih berhak mengucapkan itu,” kata Alarick setelah menghentikan kekehannya

“Ya, kau benar. Kau yang sudah menggangguku istirahatku,” ucap Anya becanda.

“Kalau begitu aku minta maaf,” sesal Alarick di buat-buat yang kembali menghadirkan tawa di antara keduanya. Ini memang terkesan garing tapi entah mengapa Alarick ingin terus tersenyum bahkan tertawa jika berada di dekat Anya.

“Untuk kali ini maafnya aku gratiskan. Lain kali kau harus membayarku dengan makan di restoran mewah,” canda Anya.

“Aku tidak akan keberatan, bahkan jika kau meminta dibelikan restorannya sekali pun,” ujarnya sombong yang membuat Anya memutar bola mata disusul dengan cibiran yang semakin membuat Alarick gemas.

“Pergilah, dan istirahat. Sekali lagi terima kasih sudah bersedia aku repotkan,” Alarick melirik pintu lift yang terbuka. Dan Anya yang menyadari itu langsung saja melangkahkan kakinya keluar dari kotak besi ini, namun baru saja kakinya mencapai pintu lift, tangannya dengan cepat di cekal oleh Alarick yang membuat langkah Anya terhenti.

“Kenapa?”

Alarick tidak menjawab, laki-laki itu langsung menyambar bibir Anya, melumat dan menyesapnya brutal seolah pria itu tengah kehausan.

Meskipun sempat terkejut, Anya tetap membalas ciuman itu dan kini tangannya melingkar di leher Alarick, meremas rambut lebat pria itu dengan sensual, sementara Alarick menahan tubuh Anya agar tidak terjatuh. Dan begitu keduanya merasa puas, baru lah ciuman mereka terlepas dan berakhir dengan saling melempar senyum.

CanduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang