12 : Terluka

2.7K 296 19
                                    

Update, nih, jangan lupa votement yang banyakkk!!!




Seminggu berlalu, sudah tiga hari Jendral tidak pulang ke rumah. Tiyas sendiri tidak tahu ke mana suaminya itu pergi. Ia sudah menghubunginya berkali-kali, tapi tidak nomor ponselnya tidak dapat dihubungi.

Jam satu malam, Tiyas terbangun karena hujan tiba-tiba turun dengan sangat deras disertai petir yang beberapa kali menggelegar. Tiyas sengaja tidak mematikan lampu, ia takut tidur di kamar yang luas dalam keadaan gelap.

Beberapa saat kemudian, seseorang langsung membuka pintu kamar dan masuk. Tiyas terkejut bukan main, Jendral datang dalam kondisi berdarah-darah. Ia berjalan gontai masuk ke dalam kamar.

Tiyas bergerak mundur, ia ngeri melihat darah yang mengalir dari kepala dan perut Jendral. Pria itu terus mendekat dan naik ke tempat tidur.

"Aaak?!" Tiyas memekik saat kakinya ditarik kasar hingga ia terlentang dan ditindih oleh Jendral.

Rasa anyir darah terasa dalam mulut Tiyas saat Jendral menciumnya. Tiyas tidak nyaman dengan itu, ia mendorong tubuh Jendral sampai tautan bibir mereka terlepas. Jendral menatapnya sayu, sebelum akhirnya ambruk tak sadarkan diri di atas tubuh Tiyas.

"Om? Om kenapa?!" tanya Tiyas panik, namun tidak ada respon. Tiyas mendorong tubuh besar itu ke samping. Dan menyalakan lampu. "Astaghfirullah!" pekiknya, kondisi Jendral sangat memprihatinkan.

Tanpa memedulikan pakaiannya yang terkena darah Jendral, Tiyas bergegas ke dapur, mengambil wadah, lalu mengisinya dengan air. Ia juga mengambil handuk untuk membersihkan tubuh Jendral.

Tiyas meneguk ludah kasar. Entah darimana suaminya itu sampai-sampai pulang dalam kondisi terluka parah di bagian perut dan kepalanya. Walaupun ia tidak fobia darah, namun, ia tetap ngeri melihat darah yang begitu banyak.

Setelah bersusah payah, akhirnya Tiyas berhasil membuka kemeja abu-abu yang dikenakan Jendral. Tiyas menekan luka di perut suaminya dengan handuk kering untuk menghentikan pendarahannya dan mengganjalnya dengan bantal, lalu mengurus luka di kepala Jendral.

Selesai dengan luka di kepala, Tiyas kembali fokus pada luka di perut Jendral. Ia menghela napas lega karena akhirnya pendarahannya berhenti. Tiyas membersihkannya dengan sangat hati-hati, kemudian mencari sesuatu di kotak obat dan menemukan strip, sejenis perekat untuk luka robek. Tiyas pun menggunakan itu agar luka Jendral tidak terbuka lagi. Ia cukup pandai mengurus luka dan melakukan pertolongan pertama karena merupakan ketua organisasi palang merah sewaktu SMA.

Setengah jam berlalu, Tiyas sudah selesai membersihkan luka-luka di tubuh Jendral. Ia membuang air yang bercampur darah di kamar mandi.

***

Jendral koma selama tiga hari. Beberapa kali Dokter datang untuk memeriksa keadaannya. Dokter mengatakan kalau kondisi Jendral sudah membaik dan sebentar lagi akan sadar.

Malamnya, Jendral akhirnya sadar dan perlahan membuka mata. Ia menoleh ke arah Tiyas yang sedang melaksanakan salat Isya.

Usai salat, Tiyas melihat ke arah suaminya dan terkejut sekaligus senang. Ia melangkah ke dekat Jendral dan duduk di sampingnya. "Alhamdulillah ... akhirnya Om bangun juga."

Jendral melirik tubuhnya yang sudah bersih dan lukanya yang terbalut rapi dengan perban. "Saya pikir saya sudah mati," ujarnya dan hendak beranjak bangun.

Between Candy and Cigarette ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang