18 : Januar H.N.A

2.3K 252 7
                                    

Makin sepi, ya ....

Jangan lupa votement!






Libur akhir pekan, Jendral menghabiskan waktu di rumah bersama istri dan anaknya yang sudah berusia delapan bulan. Sementara istrinya tengah membuatkan sarapan, Jendral memandikan Maven. Bayi gembul dan menggemaskan itu kesenangan dimandikan oleh ayahnya.

Usai memandikan Maven, Jendral memakaikan pakaian pada bayinya, lalu membawanya pergi keluar kamar.

Di dapur, Tiyas baru selesai memasak dan sedang menyiapkan sarapan di atas meja makan. Senyumnya terulas melihat suaminya datang sambil menggendong sang anak. Jendral menarik kursi, lalu duduk sambil memangku sang anak.

Maven mengulurkan tangan mungilnya ke wajah sang ayah. "Aaa ... yah!"

Jendral terkejut mendengar kata pertama yang diucapkan sang anak. "What did you say, Baby?"

Sang anak tergelak sambil mengusap pipi Jendral. "Aaa ... yah ...! Ayah!"

Hati Jendral menghangat, senang sekali mendengar Maven memanggilnya ayah. Ia menoleh pada Tiyas yang duduk di sampingnya. "Dia panggil aku ayah, Sweetie ...."

Tiyas tersenyum. "Iya, aku dengar ...."

"Bubuuu ...." Maven kembali bersuara sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Tiyas. "Buu ... mamm!"

Tiyas mengambil alih Maven dari Jendral. "Maven panggil Ibu?"

"Bububu ... mamm," kata Maven lagi.

"Oh, my Cutie." Tiyas mengecup pipi gembul Maven, lalu mulai menyuapinya bubur bayi.

Menjelang siang, Maven tertidur pulas di kasur usai menyusu. Di sofa, Tiyas sedang duduk di pangkuan suaminya. Selain menyusui Maven, ia juga menyusui bayi raksasa kesayangannya yang tak lain adalah Jendral sendiri. Tiyas tidak pernah protes, Jendral cukup membantu karena ASI milik Tiyas sangat melimpah dan membuat payudaranya cepat bengkak walaupun sudah diberikan pada Maven dan dipompa.

"Aku enggak akan berubah status jadi anak kamu karena minum ASI kamu terus, kan?" tanya Jendral tiba-tiba.

Tiyas terkekeh sambil mengusap rambut suaminya. "Enggak, Sayang."

Jendral mengancing kembali baju Tiyas, lalu memeluk tubuh istrinya. Ia melirik jam, masih jam sebelas. Ia beranjak berdiri sambil menggendong istrinya ala koala dan membawanya ke tempat tidur, mengajaknya tidur sebelum waktu Zuhur tiba.

***

Genap satu tahun usia Maven, Jendral dan Tiyas merayakan ulang tahun putra mereka di rumah bertiga saja dengan kue yang dibuat dan dihias sendiri oleh Tiyas. Sebenarnya bisa saja mereka menggelar pesta ulang tahun yang meriah, tapi Tiyas tidak mau karena anaknya juga belum mengerti tentang pesta.

Tiyas mengusap rambut Maven. "Semoga jadi anak yang shalih, Mavendra sayang."

"Ibu ... mam." Maven menyodorkan kue pada sang ibu dengan tangan yang belepotan, bibirnya pun penuh dengan krim kue.

Jendral meraih tangan Maven dan memakan kue di tangan putranya itu. "Selamat ulang tahun, Jagoan Ayah," ucapnya.

Maven masih melongo, ia bermaksud menyuapi ibunya, tapi sang ayah malah lebih dulu memakannya. Ia mengambil lagi kuenya dan menyodorkannya pada Tiyas. "Ibu mam, Ibuuu ...."

Between Candy and Cigarette ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang