02 : Rokok

3.6K 395 171
                                    

Jangan lupa votementnya, ya!!!









***

Keesokan harinya, usai salat subuh dan merapikan tempat tidurnya, Tiyas keluar dari kamar. Melihat ruang tamu yang terlihat berantakan, ia pun berinisiatif membersihkannya. Memunguti bungkus-bungkus kacang, bekas puntung rokok, dan beberapa botol minuman keras lalu meletakkannya di tempat sampah.

Selanjutnya ia ke dapur, mencuci beberapa perabot yang tertumpuk di wastafel lalu membuka kulkas, mencari sesuatu yang mungkin bisa dimasak atau dimakan.

Jam tujuh pagi, Tiyas sudah selesai bersiap-siap dan hendak menyiapkan sarapan. Gadis berseragam putih abu-abu itu mulai menata makanan yang sudah ia masak di atas meja.

Tak lama kemudian, Jendral keluar dari kamar. Ia tertegun beberapa detik saat melihat ruang tamu yang sudah rapi. Melangkah ke ruang makan, sudah ada Tiyas di sana.

"Sarapan, Om," ajak Tiyas sambil menarik kursi untuk Jendral. "Oh, iya ... Om mau minum apa?"

"Susu."

Tiyas refleks menutupi dadanya. "Susu apa?"

Jendral melirik Tiyas yang nampak takut. "Susu UHT lah, tidak mungkin susu kamu."

Tiyas terdiam, ia langsung bergegas ke dapur untuk membuatkan susu. Tiyas menghela napas kasar dan menepuk-nepuk pipinya yang tiba-tiba terasa panas. Bisa-bisanya dia menganggap Jendral mesum, padahal pria itu sudah menolongnya tiga kali.

Usai membuatkan susu, Tiyas kembali ke meja makan. Jendral masih duduk di sana dan terlihat sibuk dengan ponsel. Tiyas meletakkan susunya di hadapan Jendral. "Ini, Om ... susunya."

"Hm," sahut Jendral tanpa menoleh.

Tiyas mulai memakan nasi goreng buatannya sambil melirik Jendral yang masih fokus pada ponsel. Tiyas langsung memalingkan wajah saat pria itu meletakkan ponselnya di atas meja dan mulai makan.

"Mulai besok tidak usah kerja di kafe lagi. Kerja sama saya saja, nanti saya bayar lebih tinggi dari gaji kamu di kafe," ujar Jendral tiba-tiba.

"Kerja apa, Om?" tanya Tiyas.

"Jadi asisten rumah tangga di sini."

Tiyas berpikir sejenak, lalu kemudian mengangguk. Toh ia juga tidak ingin tinggal cuma-cuma di rumah mewah itu dan menjadi beban untuk Jendral.

Usai sarapan, Tiyas segera membereskan peralatan makan sebelum bergegas kembali ke kamar untuk mengambil tas, kemudian memasang sepatu. Menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, tepat jam tujuh pagi. Ia segera keluar dari kamar dan hendak memesan ojek online lewat ponsel.

"Tiyas."

Tiyas menoleh, Jendral berdiri tak jauh darinya sambil memegang kunci. Ia melemparkan kunci itu pada Tiyas, dan Tiyas menangkapnya.

"Itu kunci rumah. Jam delapan malam jangan keluar kamar dan kunci pintunya, teman-teman saya mau datang," ujar Jendral.

"Siap, Om," sahut Tiyas tanpa protes.

"Gunakan semua fasilitas yang ada di sini sesukamu, asal jangan mencuri."

"Saya enggak akan nyuri." Tiyas langsung bergegas usai berkata demikian.

Between Candy and Cigarette ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang