Chapter 3 : Mengejar
Hinata bertanya-tanya kenapa tugas mengawasi Sasuke hari ini jadi jatuh kepadanya. Ia memutar kembali kejadi-kejadian hari ini seraya mencuri pandang ke arah lelaki yang berjalan di sebelahnya.
Ia, Shino dan Kiba berencana untuk meninggalkan restoran daging panggang untuk menghindari pertemuan dengan Naruto. Dan entah alasan apa Sasuke -pria di sebelahnya ini- dengan seenaknya memutuskan untuk ikut. Sebagai seorang ninja yang bertanggung jawab, Naruto menolak berpisah dari Sasuke, sahabat sekaligus tanggung jawabnya hari ini. Namun akhirnya si jinchuriki hanya bisa terdiam pasrah saat Sasuke menyindir dan mengungkit kembali bahwa Naruto juga sudah melalaikan tugasnya tadi pagi untuk menemui Sakura. Jadi apa bedanya?
Hinata tidak merasa keberatan dengan bergabungnya Sasuke. Prioritasnya saat itu hanya menjauhi Naruto dan Sakura secepat mungkin. Lalu muncul yang terjadi di luar skenario awal. Seorang anbu mendarat di hadapan mereka berempat, mengabarkan bahwa Hokage meminta kehadiran Kiba dan Shino dengan segera. Shino sebenarnya enggan meninggalkan Uchiha pada Hinata sendirian, namun Hinata berhasil meyakinkannya. Dia ini seorang kan seorang anbu.
Dan karena tinggal ia seorang, jadinya tugas mengawas otomatis jatuh pada Hinata. Yang sedikit mengganjal di pikirannya sekarang adalah bertugas tanpa menggunakan seragam dan topeng anbu. Ia merasa sebagian identitasnya hilang, tidak lengkap.
Sasuke mengatupkan rahangnya karena kesal. Ia sedang merasa terusik dengan semua pengawasan bodoh yang membuatnya terlihat seperti bocah ingusan. Apa yang orang-orang idiot ini pikirkan? Apa mereka lupa dengan reputasinya sebagai ninja paling berbahaya di seluruh aliansi? Rasanya ia ingin memberikan pelajaran pada para anbu dan membuktikan betapa omong kosongnya mereka.
Tunggu, kenapa tidak sekarang saja.. Onyx Sasuke bergulir ke arah gadis di sebelah kanannya. Hari ini seragam anbu yang biasa ia kenakan digantikan oleh jaket ungu kebesaran dan celana panjang warna khaki. Sasuke menaikkan alisnya saat menangkap melihat Hinata menggigit bibir bawahnya.
Manis.
"Hyuuga."
Hinata berhenti melangkah dan menengadahkan wajah. Ia jauh lebih pendek dari Sasuke, jadi mau tidak mau harus sedikit mengeluarkan energi ekstra untuk mendongakkan kepala agar bisa bertemu pandang. "Ya, Sasuke-san?"
"Kau sanggup mengejarku?"
Butuh waktu bagi Hinata untuk memproses pertanyaan random barusan. Sebelum ia sempat bereaksi, Sasuke telah melompat ke salah satu atap bangunan terdekat dengan seringaian di wajah tampannya. Mari kita lihat, Hyuuga.
Sasuke akui setelah berbulan-bulan menjadi ninja tanpa misi, tubuhnya terasa agak kaku dan mati rasa. Betapa rindunya ia dengan kegiatan fisik, tak masalah sekalipun hanya kegiatan sepele. Dalam hati ia hanya bisa berdoa agar gadis anbu ini mau ikut dalam permainan bodohnya ini.
Hinata mengejar mengikuti Uchiha terakhir yang melompati atap-atap dengan mudah. Hinata tahu Sasuke tak akan bisa meninggalkan desa karena adanya tanda kutukan. Satu langkah saja di luar teritori Konoha maka bisa dipastikan ia akan segera menyesali rasa sakit yang tidak bisa dibayangkan.
Sasuke terus bergerak maju, melewati daerah pemukiman warga dan melompat dari pohon ke pohon. Mereka berdua bergerak gesit, membuat pemandangan di kanan-kiri yang mereka lalui terasa seperti seberkas bayangan saja. Tahu-tahu mereka sudah memasuki area hutan Konoha. Hinata mengaktifkan Byakugannya untuk mencari Sasuke dan tak lama kemudian ia langsung menemukan sebuah cakra kebiru-biruan. Gerakan Sasuke lincah dan berbahaya.
Pengejaran yang terus berlanjut membawa keduanya ke bagian hutan yang lebih dalam. Tempat ini dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi dari segala penjuru. Biasanya akan ada shinobi yang berpatroli ke dalam hutan. Hinata berharap mereka juga berpatroli sampai ke area tengah hutan. Hinata berhenti saat ia dapat merasakan keberadaan cakra di dekatnya. Ia segera menoleh ke samping saat telinganya sayup-sayup menangkap suara kaki yang mendarat pelan. Tidak ada apa-apa.
Dia tahu titik butaku. Hinata panik. Dengan mengaktifkan Byakugan, semua klan Hyuuga memiliki jangkauan penglihatan hampir 360 derajat. Tetapi mereka punya satu titik buta, yaitu di belakang leher.
Hinata tidak tahu apa yang sedang coba dimainkan Sasuke, tapi yang pasti jika ia memutuskan untuk bertindak gila, maka Hinata ada dalam masalah besar.
Sasuke mengamati Hinata dengan penuh ketertarikan. Dia gesit dan bernyali, Sasuke akui itu. Hinata telah berkembang pesat sejak terakhir kali dia dihabisi Neji di ujian Chunin.
Mantan nuke-nin hanya ingin sedikit bermain-main, tapi tampaknya Hinata tidak berpikir demikian. Sasuke harus sedikit menahan diri, ia tidak ingin menakuti pengawas kesayangannya ini.
"Kita harus segera kembali." Rambut Hinata sedikit melambai ringan terkena angin. "Hentikan ini sekarang juga, Sasuke-san."
Sasuke mendarat tanpa suara di belakang Hinata. Ia tak kuasa menahan senyum saat hidung mancungnya dapat menangkap aroma lavender yang menguar dari lawan mainnya. Ia ingin berdiam di posisi ini lebih lama.
Dia di belakangku.
Hinata membiarkan cakranya mengalir ke ujung-ujung jari. Selanjutnya tanpa aba-aba, dengan gerakan secepat kilat mengarahkan jarinya yang penuh cakra ke arah titik aliran cakra Sasuke. Pria Uchiha itu pasti sedang tertawa puas mengejeknya. Tapi jangan harap ia bisa kabur dengan mudah.
Sasuke menahan pergelangan tangan Hinata sebelum serangan sempat menyentuh titik vital. Hinata yang terus melakukan perlawanan, membuat Sasuke sedikit kewalahan. Dia harus menangkap kedua tangan Hinata agar gadis itu tidak melumpuhkan aliran cakranya. Hyuuga terkenal dengan trik ini. Hinata memang cepat, tapi Sasuke jauh lebih cepat.
"Sialan Hyuuga, Aku hanya bermain-main."
"Bermain-main?"
"Aku tidak akan kabur." Kedua tangan Hinata dilepaskan saat tidak ada lagi perlawanan. Sasuke dapat merasakan napas Hinata tersenggal dan pipi yang memerah.
"Kukira kau serius." Hinata bisa merasakan saraf-saraf di tubuhnya bergetar dari dorongan adrenalin barusan. Ia pikir ini adalah hari di mana ia harus bertarung melawan si legendaris Uchiha. "Jadi bisa kita kembali sekarang, Sasuke-san?"
"Hn." Sasuke melompat ke salah satu cabang pohon. "Percayalah jika hari ini Aku memutuskan untuk benar-benar pergi, Kau tak akan sanggup menahanku, Hyuuga."
"Itu tidak akan terjadi dengan mudah." Hinata tidak biasanya berbicara dengan kasar, tapi kata-kata Sasuke kali ini sangat menusuk. Ia muak dengan orang-orang yang terus mencemooh kemampuannya. Selama beberapa tahun ini, ia terus menghabiskan waktu dengan berlatih dan berlatih. Malam hari saat semua anggota klan Hyuuga sudah tertidur, ia akan menyelinap keluar untuk berlatih sendirian di tepi danau. Dengan menjadi seorang anbu membuktikkan bahwa ia juga bisa menjadi seorang kunoichi yang tidak bisa dianggap remeh.
Sasuke tersenyum mengejek. "Percaya diri yang bagus, Hyuuga. Mari kita lihat siapa yang sampai duluan dalam perjalanan pulang."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Uchiha's Bride
FanfictionKombinasi yang aneh. Putih dan Hitam. Lembut dan Brutal. Naif dan Keji. Putri dan Serigala. Mereka seperti...Yin dan Yang.