Chapter 6 : Perjalan ke Suna (bagian 2)
Hyuuga Hinata sampai di gerbang utama Konoha selama beberapa menit dan sedang menunggu cemas kehadiran partner misinya kali ini. Merasa tak sabar, ia mengaktifkan Kekkei Genkai klan Hyuuga dan berusaha untuk melacak cakra khas dari Uchiha. Penantiannya membuahkan hasil saat mendapati sebuah cakra kebiruan yang tak begitu jauh sedang bergerak menuju ke sini. Mungkin tinggal menunggu beberapa menit lagi mereka sudah bisa memulai misi secara resmi.
Dalam hati Hinata benar-benar berterimakasih pada Sasuke karena tidak berbuat hal yang aneh-aneh. Hinata benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan jika Sasuke memutuskan untuk mengabaikan misi. Jelas partner misinya kali ini bukan pria yang mudah diajak bekerjasama, terbukti dari kejadian semalam dan tadi pagi.
Sebuah cahaya jingga tertangkap oleh Byakugan Hinata. Sebuah cakra yang sudah kelewat familiar. Selang beberapa detik diikuti oleh cahaya kehijauan.
Naruto-kun dan Sakura-chan.
Hinata segera menonaktifkan Byakugan, mengambil topeng anbu yang dikaitkan di pinggang dan memakainya sambil berusaha menyamankan sandaran di pohon saat dua pasangan yang sedang kasmaran itu mendekat.
"Hei, Hinata-chan..?" sapaan yang lebih terdengar seperti pertanyaan.
"Ini memang Hinata, baka! Dan apa kau lupa? Kita tidak boleh menyebut nama anbu yang sedang memakai topeng." jelas kunoichi berambut pink.
"Oh...Kau benar.." diikuti dengan cengiran malu.
Bibir Hinata menampilkan senyum hangat saat melihat pria Uzumaki di depannya ini menggaruk kepala dengan cara yang sangat menggemaskan. Suasana ini membangkitkan memori lamanya saat mereka berada di medan perang. Bagaiamana Naruto menggenggam tangannya erat dan mengatakan Hinata adalah salah satu orang yang berhasil memberinya kekuatan. Bagaimana mereka saling melempar kata-kata penyemangat pada satu sama lain. Mungkin bagi Naruto itu semua hanyalah bagian dari sentimen yang terucap saat terjepit dalam keadaan hidup dan mati. Tapi bagi Hinata itu semua seperti mantra yang selalu sanggup membuatnya merasa istimewa.
Merasa diakui-
Merasa terlihat.
Sesuatu yang tak pernah berani ia bayangkan sekalipun dalam mimpi.
Kelihatannya sekarang kita sudah berada di jalan yang berbeda. Ya kan, Naruto-kun?
"Semoga misimu lancar dan tolong jaga Teme ya, Hina- maksudku Anbu-chan." Sakura dan Naruto pamit dan melambai pada Hinata seraya melangkah menjauh.
"Tolong jaga dia, Sakura-chan." bisik Hinata saat keduanya sudah hilang dari pandangan.
Biasanya mereka akan datang menghampirinya dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk membicarakan apa saja dengan bebas. Tapi sekarang semuanya sudah berbeda. Hinata sadar Sakura akan merasa canggung jika mereka bertemu, terutama dengan adanya kehadiran Naruto. Raut wajah kunoichi bersurai pink tersebut selalu menyiratkan rasa bersalah meskipun Hinata telah pernah meyakinkan bahwa semua ini bukan masalah. Mungkin hanya dengan berjalannya waktu yang bisa membuatnya kembali ke sedia kala.
.
-----------------------------------------------------------------
.
Uchiha Sasuke sedang dalam perjalanan ke gerbang Konoha saat sebuah kepulan kabut hitam tiba-tiba muncul di hadapannya. Kabut itu sengaja menutupi jalannya. Sedikit kernyitan terbentuk di wajah nya saat ia menyadari suara desisan yang berasal dari benda di depannya ini. Ini jelas bukan kabut.
'Ini serangga', batin Sasuke.
Onyx tajamnya menyapu sekeliling dan berhenti saat menemukan seseorang yang yang duduk di sebuah dahan pohon yang berjarak beberapa meter tempatnya berdiri. Sasuke siaga saat merasakan kumpulan serangga tadi membentuk lingkaran dan mengepungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Uchiha's Bride
FanfictionKombinasi yang aneh. Putih dan Hitam. Lembut dan Brutal. Naif dan Keji. Putri dan Serigala. Mereka seperti...Yin dan Yang.