Chapter 7.2

2K 273 17
                                    

Chapter 7.2 : Perjalanan ke Suna (bagian 3)

Sepasang mata pekat menjelajahi wajah Hinata dengan alis terangkat. Kecantikan putri Hyuuga satu ini tidak bisa dipertanyakan lagi. Terlebih lagi dengan sinar bulan yang menjadi nilai tambah karena menonjolkan struktur wajah semakin membuatnya terlihat anggun dan menawan. Sia-sia jika terus disembunyikan di balik topeng anbu sialan.

Melihat objek observasinya mulai menggeliat, Sasuke bergegas menarik kembali atensinya tepat sebelum Hinata sempat mengerjapkan kelopak mata. "Sasuke-san?" Hinata mengedarkan pandangan ke sekeliling berusaha mengumpulkan nyawa sembari memposisikan diri untuk duduk.

"Hn."

Hinata membelalak saat menyadari bulan purnama sudah tak berada di tempat semula. "Oh tidak, ini sudah pagi!" Suara paniknya masih terdengar serak akibat baru bangun. Amethyst mencari onyx. "Sasuke-san, kau tidak membangunkanku."

"Aku tak bisa tidur."

"Oh.."

Sasuke bangkit dan membuat gerakan peregangan singkat pada lehernya . "Karena kau sudah bangun, kita berangkat sekarang."

"Tapi Sasuke-san kan belum-"

"Tak masalah."

---------------------------------------------

Hatake Kakashi menutup buku kecil yang seukuran kantong dan memandang empat pahatan wajah raksasa dari bingkai jendela kantornya. Dalam beberapa hari ke depan akan ada tambahan satu wajah baru. Tapi untuk saat ini yang terlihat baru bentuk pahatan rambut-rambut jigrak dan satu mata sharingan.

"Rivalku, Kakashi." Guy memamerkan senyum lebar kebanggaannya kepada sang Hokage. "Aku tak sabar melihat wajahmu ikut terpampang di sana."

Sedangkan sang Hokage hanya bisa mengacak rambut silvernya dengan pasrah. "Aku sudah menolaknya, tapi kau tahu para tetua tetap bersikeras."

Guys menaikkan satu jempol besarnya. "Aku setuju dengan mereka, Kawan."

Kakashi melemparkan senyum simpul pada si maniak hijau Konoha sambil memberi isyarat untuk duduk. Beberapa menit sebelumnya, tanpa pemberitahuan apa pun Guy menerobos masuk ke kantor Hokage. Maksud kedatangannya tak lain dan tak bukan untuk mengajak Kakashi bermain batu-gunting-kertas di siang bolong saat sedang bertugas. Jangan ambil pusing dengan permintaan absurd dari orang absurd dan diiyakan oleh lawan yang sama absurdnya.

Hasilnya Hatake Kakashi-sang Hokage, kalah.

"Jadi, bagaimana dengan perjanjian perdamaiannya?" Tanya Guy.

"Beberapa perwakilan dari aliansi sudah ada di sini, sisanya mungkin akan tiba dalam beberapa hari ke depan. Sejauh ini semuanya berjalan lancar."

Shinobi berambut gelap yang terkenal hyperaktif hening dan merenung untuk sesaat. Bukan suatu pemandangan yang awam di Konoha. "Hei Kakashi, Kudengar kau mengutus Sasuke menjadi perwakilan. Ke desa mana?"

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Guy, mata sayu Kakashi membatu sejenak. Perubahan yang tidak kentara itu tetap tertangkap oleh mata jeli Guy. Si maniak hijau dapat mendeteksi sesuatu yang ganjil dengan rival lamanya ini.

"Aku mengirimnya ke Suna." Jawab Kakashi dengan memusatkan pandangan ke luar jendela sembari menghela napas pelan . "Pada awalnya tetua menentang ide ini, tetapi aku berhasil membujuk mereka. Mereka tidak percaya pada Sasuke." Guy mengangguk paham mengisyaratkan Kakashi untuk lanjut.

"Aku tahu Sasuke banyak membuat masalah di masa lalu. Tapi Konoha juga bertanggungjawab atas kehidupan tragis anak itu." Sang Hokage menyandarkan belakang kepalanya pada kursi. " Para tetua ingin jaminan bahwa Sasuke tidak akan mengacau kali ini. Akhirnya kami membuat kesepakatan." Kakashi menghela napas saat mengingat kebohongan mengenai misi pada Sasuke.

The Uchiha's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang