Chapter 8.2 : Gaara dari Padang Pasir
"Ck, berhenti mengucek matamu." Sasuke dengan tepat waktu menangkap pergelangan tangan Hinata yang lagi-lagi ingin mengucek matanya yang sudah memerah untuk kesekian kalinya. "Kau ingin buta, hah?"
Mereka telah melewati area lebatnya pasukan pepohonan di hutan dan memasuki kawasan gurun yang gersang. Sialnya angin gurun yang terlampau kencang menerbangkan butiran pasir di sekeliling. Tak sedikit dari pasir-pasir itu masuk ke mata menyebabkan iritasi khususnya di mata sensitif Hinata.
Dari kejauhan mereka bisa melihat benteng pasir yang menjulang kokoh mengepung Sunagakure. Seingat Hinata, bentengnya tidak setinggi ini saat terakhir ia kemari. Menurut kabar yang beredar, benteng dipertinggi lagi untuk memperkuat pertahanan militer setelah kejadian invasi Akatsuki. Diam-diam Hinata berdecak takjub dengan kemampuan Kazekage. Menjadi kage paling muda di antara aliansi tak membuat Gaara dipandang sebelah mata oleh para pemimpin senior. Itu karena selain kuat, ia memiliki kemahiran memimpin dan berstrategi yang lebih dari mumpuni. Salah satu bukti nyata adalah keberhasilan Gaara meredam pemberontakan yang gagal diatasi oleh Kazekage terdahulu selama beberapa dekade.
Atensi Hinata kembali tertuju pada partner misinya yang tengah merogoh saku celana. Sepintas kejadian tadi malam melintas lagi di pikiran Hinata. Mengapa Uchiha Sasuke yang ia lihat tadi malam berbeda dari biasanya? Rasanya seperti semua arogansi yang ia peragakan hanyalah kedok untuk memayungi kerapuhannya selama ini.
Sasuke-kun. Suffix baru yang tak sengaja disematkan di belakang nama Sasuke semalam . Agak aneh memang. Tapi ia yakin akan terbiasa. Lagipula yang bersangkutan juga tidak terlihat keberatan.
"Ini." Sebuah protektor dengan lambang Konoha disodorkan pada Hinata. Sama seperti ninja lainnya, Sasuke juga mendapatkan protektor Konoha sebelum menjalankan misi. Namun dengan rekam jejak sebagai pengkhianat membuat Sasuke geli dan pantang dengan sesuatu yang berbau nasionalis. Alhasil, barang itu ia simpan terus di saku celana selama perjalanan. "Tutup matamu dengan ini."
Tidak mengindahkan tatapan membunuh Sasuke, Hinata mengucek mata untuk terakhir kali sebelum menutupnya dengan protektor. Sekarang untuk menjadi penglihatan ia harus bergantung pada byakuugan.
Tepat saat hendak melanjutkan perjalanan, Hinata melihat dua cakra yang melesat ke sini lalu memberi isyarat pada Sasuke untuk berhenti. Benar saja, selang beberapa detik kemudian dua pria yang mengenakan seragam shinobi Sunagakure muncul di hadapan mereka. Lengkap dengan protektor Suna yang terikat rapi di kening masing-masing.
"Jelaskan tujuan kalian," kata salah satu dari mereka.
"Kami perwakilan perjanjian perdamaian dari Konoha," jawab Hinata dengan telunjuk yang mengarah ke protektor yang ia kenakan.
Kedua ninja Suna tersebut saling bertukarpandang sejenak sebelum memberi anggukan singkat. "Kalau begitu ikut kami."
Dua ninja penjaga membawa mereka menuju Sunagakure. Semua rumah penduduk terbuat dari pasir. Kebanyakan bangunan dibentuk dengan struktur layaknya mangkuk besar yang dibalik. Mereka semua berhenti di depan bangunan spherical dengan lambang Sunagakure.
'Akan bertemu dengan bocah kazekage itu lagi,' batin Sasuke sembari digiring memasuki sebuah ruangan.
"Kazekage-sama ada di dalam." Salah satu penjaga menunjuk ke arah ruangan. "Kalian berdua tunggu di sini dulu." Penjaga itu kemudian mengetuk pintu dan memasuki ruangan pimpinan Suna. Tak lama berselang, pintu terbuka dan kepala penjaga tadi menyembul keluar dari celah pintu. "Kalian dipersilahkan masuk."
Dua ninja Konoha yang dimaksud pun melangkah memasuki ruangan denggan tenang dan langsung berhadapan dengan pria bersurai merah bata yang duduk di belakang meja. Di samping meja berdiri seorang gadis pirang dengan kipas ukuran jumbo di belakang punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Uchiha's Bride
FanfictionKombinasi yang aneh. Putih dan Hitam. Lembut dan Brutal. Naif dan Keji. Putri dan Serigala. Mereka seperti...Yin dan Yang.