Sebenernya sih Kala malu banget ya karena terciduk menguping. Tapi karena ia mimisan jadi malunya dikesampingkan dulu, keselamatan nomor 1.
Keenan menyumpal hidung Kala dengan tisu sambil menekan pangkal hidung adiknya agar pendarahan berhenti.
Hari ini Kala sudah 2 kali terbentur, yang pertama karena terjungkal ditarik Kalia, dan yang kedua karena tersungkur didorong Kalia.
Ya walaupun Kalia tidak sepenuhnya salah, pintu yang dibuka tiba-tiba juga menjadi sumber permasalahannya.
Tapi sepertinya bukan. Sumber permasalahannya adalah mereka yang menguping. Mungkin kena karma, tapi tidak adil bukan? Hanya dirinya yang terkena karma, sedangkan Kalia tidak.
Kembarannya itu malah duduk manis di kursi samping kasur sambil memandanginya prihatin.
Hendery yang baru sadar atas apa yang terjadi langsung mengintrogasi Kalia, jawabannya udah ketebak sih, pasti karena penasaran.
"Abisnya tadi aku denger kata nangis-nangis gitu. Aku pikir ada apaan, lagian aku diajak Kala."
Kala melotot. Mungkin karena ini hanya dirinya yang terkena karma, ya karena dia yang mengusulkan untuk menguping, Kalia ngikut saja.
Sepertinya jika ia mau terjun ke jurang pun bisa-bisa Kalia ikut terjun.
Hendery yang tiba-tiba membanting pintu dan Keenan yang terlihat serius saat menghampiri kamarnya membuat Kala makin penasaran.
"Tadi kalian ngomongin Mama, emang dia kenapa? Kok tadi Kakak bilang nggak nyangka? Nggak nyangka kenapa?" tanya Kalia bertubi-tubi.
Hendery melirik abangnya, Keenan galau. Cepat atau lambat adiknya pasti akan tau, pilihannya ada 2; kasih tau apa yang terjadi, atau tunggu mereka tau sendiri.
Kalau mereka tau sendiri, maka mereka berdua akan kecewa karena abang dan kakaknya menyembunyikan fakta. Tapi jika diberi tau sekarang, mereka akan sedih dan kemungkinan terburuknya adalah tidak fokus ujian.
Ujiannya kali ini tentu bukan ujian biasa, ujian ini menentukan nilai kelulusan, sangat disayangkan kalau nilai mereka jelek karena kehilangan semangat belajar.
"Abang bakal kasih tau kalian, tapi nanti, kalo udah selesai ujian," ujar Keenan.
Hendery juga berpikiran yang sama dengan Keenan, jadi ia ikut saja keputusan abangnya. Biasanya Keenan memiliki feeling yang kuat sebagai abang. Ia tau apa yang harus dilakukan pada adik-adiknya.
"Janji?" Kalia mengacungkan jari kelingkingnya.
Keenan gelagapan, masalahnya ia tidak mau adiknya sedih. Setelah ujian, prom akan diadakan, sangat tidak lucu kalau Kalia sedih di hari yang ia tunggu-tunggu.
"Janji." Dengan ragu Keenan membalas uluran jari kelingking adiknya, membuat mereka melakukan sebuah pinky promise. Ia pasrah, adiknya juga sudah cukup dewasa, semoga Kalia bisa menyikapinya dengan baik.
Sedangkan Hendery sedang mencuri pandang, sepertinya Kala tidak me-notice plester princess-nya. Baguslah, Ia bernapas lega.
🏘️🏘️🏘️
Hendery baru menyelesaikan kelas pertamanya hari ini, kelas kedua diadakan jam 1 siang, ia masih punya waktu untuk istirahat.
Karena lapar, ia pergi untuk makan di restoran cepat saji. Awalnya sih sendirian, tapi tidak lama kemudian Ashana datang sambil membawa paket kids meal dari restoran tersebut.
"Eh, Hendery. Kebetulan ketemu disini, jadi kemaren di kantong hoodie adik kamu ada lipstick aku. Lupa belum dikeluarin, jadi bisa tolong ambilin? Maaf ya ngerepotin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doesn't Feel Like Home
Fanfiction❝ Waktu tidak bisa diputar, kenangan hanyalah kenangan. Bisa kah segala kenangan diulang secara utuh? Kami rindu 'rumah' yang dulu. ❞ 。.゚+ 。.゚+ ⟵。.゚+ ⟵。.゚+ ⟵ Start : 5 Mei 2021 Happy reading ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡