Setelah sekian lama mempertimbangkan, Keenan akhirnya memutuskan untuk memelihara seekor kucing untuk menemani dia dan adik-adiknya.
Rumah memang sudah ramai karena mereka 4 bersaudara, tapi ia rasa kehadiran seekor kucing bisa menambah suasana rumah menjadi lebih berwarna.
Keenan tidak bilang pada adik-adiknya, karena ia sudah yakin semua adiknya akan setuju-setuju saja.
Di tambah karena sedih perihal permasalahan orangtuanya, Keenan butuh tempat curhat. Aneh memang curhat pada kucing, walaupun kucing mungkin tidak mengerti curahan hatinya, tapi setidaknya Keenan memiliki tempat untuk mencurahkan seluruh kegundahannya.
Jika kalian bertanya-tanya mengapa tidak curhat pada adik-adiknya? Jawabannya, karena Keenan pikir ketiga adiknya memiliki masalah masing-masing. Selama ini ia selalu menjadi tempat adiknya berkeluh-kesah, sedangkan dirinya tidak memiliki tempat untuk berkeluh-kesah.
Keenan hanya tidak ingin menambah beban pikiran ketiga adiknya, cukup ia simpan sendiri.
Ia memasuki petshop ditemani Rea, ia sudah berkomunikasi dengan pemilik tempat tersebut untuk mengadopsi seekor kucing. Saat dia datang, kucingnya sudah siap diadopsi.
Keenan tersenyum lebar sembari mengelus lembut badan kucing tersebut. Fokusnya teralih pada seekor kucing lainnya di dalam kandang.
"Mas, yang itu udah ada yang adopsi?"
Pemilik toko itu menggeleng.
Keenan berpikir sebentar, kucing di dalam kandang itu terlihat sangat lucu. Sepertinya ia tidak keberatan jika harus mengadopsi 2 kucing.
Tapi Keenan memilih membawa kucing adopsinya terlebih dahulu, jika adiknya bisa menerima atau malah berebutan kucing, ia akan mengadopsi seekor lagi.
Kucing itu duduk di dalam kandang yang dipangku oleh Rea. Keenan membawanya ke mobil untuk dibawa pulang. Kucing tersebut terlihat sedikit panik, mungkin karena masih asing.
Selama perjalanan Keenan terus mengajak kucing itu berbicara sambil memikirkan nama yang pas untuk kucing tersebut.
"Kamu, saya kasih nama adek aja gimana? Tapi masa gitu doang sih. Atau chocho? Tapi udah mainstream."
"Awalnya saya mau kasih nama dia gabungan dari nama kita, tapi nggak jadi," ujar Keenan pada gadis di sampingnya.
Rea tertawa kecil. "Kenapa nggak jadi?"
Duh, Keenan deg-degan. Gini ya kalau cewek kalem ketawa, bawaannya adem banget. Apalagi senyumnya, double kill.
"Karena nama kita kalo disatuin jadi Kere, kan jelek banget gitu kesannya," jawab Keenan disertai tawa.
"Dulu aku punya kucing, namanya Leon. Tapi belum sebulan diadopsi, dia mati karena sakit." Rea cemberut. Dia sangat menyukai kucing, namun trauma untuk memelihara karena takut kehilangan.
Ditinggal kucing yang belum sebulan bersama, gamon-nya berbulan-bulan. Semenjak itu dia tidak mau lagi memelihara hewan.
Keenan mendadak mendapat ide. "Kalo gitu, saya kasih nama kucing ini Leon aja. Kalo kamu kangen Leon, kamu tinggal ke rumah, nanti ketemu Leon juga." Lelaki itu tersenyum lebar.
Kesannya memang bucin banget, tapi ya ... Keenan memang bucin. Dari dulu jika ia memiliki pacar, dia selalu jadi bucin mampus sampai jadi sadboy karena saking bucin-nya ia dimanfaatkan. Gini banget ya jadi Keenan.
Keenan mengantar Rea terlebih dahulu ke rumahnya, selepas itu baru dia pulang ke rumah.
Ternyata reaksi adiknya sangat baik. Seperti saat ini, Kalia asik memangku Leon, Hendery dan Kala berada di sisi kanan dan kiri kaki Kalia untuk mengelus kucing tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doesn't Feel Like Home
Fanfic❝ Waktu tidak bisa diputar, kenangan hanyalah kenangan. Bisa kah segala kenangan diulang secara utuh? Kami rindu 'rumah' yang dulu. ❞ 。.゚+ 。.゚+ ⟵。.゚+ ⟵。.゚+ ⟵ Start : 5 Mei 2021 Happy reading ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡