09. Kangen

49 9 27
                                    

Keenan sedang mengompres kepala Hendery yang benjol karena gayung keramat. Dia sudah sadar dari pingsannya namun kepalanya masih terasa sakit.

Kala memijat kaki kakaknya itu, sebenarnya Hendery bingung, Kala kok tiba-tiba baik. Namun karena masih pusing jadi dia diam saja.

Kala melakukan itu karena merasa bersalah, lagian Hendery iseng sih, kan jadi begini. Oke, jangan menyalahkan korban, TAPI DIA JUGA KAN KORBAN.

Tapi Kala tetep salah sih, karena kalau hantu kan nembus, harusnya kalo dipukul bunyi tuk, ya berarti bukan hantu. Kenapa dia malah pukul bertubi-tubi?

Ya namanya juga orang panik - Kala.

"Masih pagi udah ada korban aja," ujar Kalia sambil menaruh segelas teh hangat untuk Hendery. Biasalah, apapun sakitnya, teh hangat solusinya.

"Coba jelasin kronologinya, kok gayung lope sampe melayang?" Entah itu bertengkar atau tidak, Keenan hanya heran, kok bisa sampai ada korban luka-luka.

Hendery meringis. "Tadi Kala kebelet, terus aku haus, karena kita sama-sama takut, jadi kita mutualan, Kala ke kamar mandi, aku ke dapur ambil air," jelas Hendery.

Dia berhenti sebentar lalu meminum teh hangatnya. "Terus aku tungguin Kala selesai, tapi ya pengen isengin aja. Jadi aku matiin lampu, terus Kala takut."

"Dia cosplay jadi Pak kunti, jelas aku kaget lah. Mana tadi malem disumpahin bakal di datengin setan. Aku tadi refleks mukul Pak kunti." Kala melanjutkan.

"Apa-apaan Pak kunti," ujar Kalia sambil menahan tawa.

"Ya lagian hantu cowok nggak ada namanya."

"Pocong."

"Pocong itu bisa cewek bisa cowok," balas Kala.

"Lah, apa kabar sama orang-orang yang nge-ship Mbak kunti sama Pocong. Gimana kalo ternyata Mbak kunti di boongin, jadi dalem pocongnya cewek," sungut Kalia.

"Berarti kebetulan pocong yang di-ship cowok, kalo bukan cowok gimana bisa mereka punya anak."

"Mereka kan udah mati, mana bisa punya anak!"

"Berarti Tuyul anaknya siapa dong?"

"Anak pungut!" imbuh Hendery. Ternyata menyimak tentang silsilah keluarga Tuyul seru juga, pikirnya.

"Sstt! Kok jadi ngomongin ginian sih?" Keenan protes. Ia memeras kain bekas kompres tadi dan menepuk-nepuk kepala Hendery pelan.

"Kamu kuliah pagi, nggak usah ke kampus, ya?"

Hendery menggeleng. "Nggak papa, nanti sembuh sendiri."

"Yakin? Ini benjolnya keliatan banget loh?"

"Yakin, Pak Dokter." Lagi pula sakitnya sudah mereda, pusingnya juga berangsur hilang.

Setelah insiden gayung melayang selesai, mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Tadi saat siap-siap kuliah, Hendery menemukan sticky notes ditempel di laptopnya.

Maafin gue y.
Lain kali jgn cosplay lgi.

- Kala rndr ckrnl.

Walau isinya singkat, tapi Hendery tau adiknya itu ikhlas meminta maaf. Dia merasa dejavu. Mengingat kenangan lama saat mereka masih kecil, Kala pernah memberinya surat untuk meminta maaf. Kadang ia merasa ingin kembali ke masa-masa itu.

Masa dimana yang ada dipikirannya hanya main layangan sehabis pulang sekolah hingga dijewer mama karena sudah lewat jam 6 tidak mau pulang.

Dulu mama bilang, kalau sudah jam 6, harus sudah ada di rumah, kalo engga nanti diculik wewe gombel.

Doesn't Feel Like HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang