mensonge

593 75 0
                                    

mensonge

kebohongan.

8 Juli, pukul 22.25.

Tokyo, Jepang.

Malam di Tokyo dihiasi berbagai lampu apik dari tempat yang beragam. Menjadikannya tetap hidup walau malam menyapa. Kegiatan berlangsung didominasi oleh orang dewasa yang berkeliaran diluar tempat tinggal mereka. Suara ramai dari luar cafè disampaikan lewat udara, membuat atmosfer bergetar. Disemua kebisingan dan dengungan itu, [name] duduk anggun disebuah kursi.

Menyesap kopinya, ditemani oleh ponsel yang ia bawa. Ditempat yang sama dan waktu yang sama, ia kembali menempatkan dirinya di tempat asing tersebut. Seolah ingin mengisolasi diri dari hiruk pikuk dunia yang sedang diambil alih orang dewasa. Sekarang, dirinya tengah mengharapkan seorang teman bicara seperti kala itu, kedatangan Nanami sebagai teman bicaranya di malam tempo hari.

Wanita ini ingin menyalurkan berbagai percakapan tentang apa yang terjadi padanya hari ini. Ia ingin bercerita pada seseorang tentang perasaannya kala ini, menginginkan seorang yang dapat dijadikan seorang pendengar.

Apakah ia tampak seperti orang yang kesepian?

Mungkin ia butuh tempat untuk hatinya berlabuh sementara waktu.

Bunyi detingan nyaring menggema dalam ruangan cafè kecil. [name] melihat ke arah pintu masuk cafè, namun sayangnya tak ada insan yang tertarik untuk memasuki tempat tak berada ini.

Saat itu mungkin ia agak kecewa.

Jiwanya tak henti-henti untuk berharap akan seseorang memasuki cafè selain dirinya. Berkali-kali membisikkan nama Nanami agar ia datang kemari. Menemani malamnya sekarang.

Tidak ada pengunjung lain selain aku disini? Yang benar saja, batin [name].

Kini, ia beralih mengetuk-ngetuk meja dari yang tampak berbahan linoleum dengan nada. Disela-sela ketukan itu, terdengar derap kaki yang halus. Hampir berbaur dengan ketukan dari meja.

Manik [e/c] milik [name] bergulir menuju pintu masuk cafè, sesuai dengan harapannya, seseorang masuk ke dalam tempat ini. Perasaan senang menjalar menggerayapi tubuh [name]. Tanpa ia sadari, ia sedikit menarik bibirnya untuk tersenyum. Siluet yang tampak menampilkan tubuh seorang lelaki, mungkinkah ia Nanami?

Siluet itu berjalan menuju meja kasir, tempat penjaga cafè berada. Memesan pesanannya kemudian beranjak dari tempat semula, menuju sebuah meja yang ditempati [name].

"[name]-san kemari lagi?" tanya sosok itu.

[name] sudah menduga siapa yang datang kemari dari suaranya. Suara berat yang memiliki gaya bicaranya tersendiri, hanya Nanami yang memiliki suara yang dimaksud. "Iya, hampir setiap hari saya kemari, jadi Nanami-san bisa menemukan saya di tempat ini beberapa kali," jawab [name].

Helaan napas sesekali terdengar keluar dari mulut Nanami, lantaran kelelahan dengan rutinitasnya sehari-hari. "Hari yang dilalui Nanami-san tampak melelahkan, ya?" tanya [name]. Ia memulai pembicaraan antara mereka berdua. "Begitulah, misi untuk menghadapi kutuk-ah bukan, menghadapi kerjaan di kantor yang begitu padat minggu ini," Nanami menutup mulutnya lantaran hampir saja menyebut hal yang ia jaga selama ini.

"Tadi awal Nanami-san bilang apa?"

[name] tersedot oleh perkataan yang diucapkan Nanami pada awal waktu. "Bukan apa-apa, mungkin [name]-san salah dengar," elak Nanami. Detak jantungnya bekerja lebih cepat karena panik. "Ah, begitu ya, di luar sini juga berisik jadinya suaranya berbaur makanya jadi salah dengar," [name] mengangguk-anggukkan kepalanya untuk mendukungnya.

"Memangnya Nanami-san bekerja sebagai apa?"

"Salaryman."

"Souka, Nanami-san pria pekerja keras ya," celetuk [name].

[name] mengistirahatkan pita suaranya yang tampaknya lelah mengeluarkan suara sedari tadi. "Sekarang, giliranku yang bertanya, [name]-san berkenan 'kan?" tanya Nanami. "Boleh, tanyakan saja apa yang ingin Nanami-san tanyakan padaku," [name] mempersilakan Nanami untuk melempar secuil pertanyaan padanya.

"Pekerjaan [name]-san itu sebagai apa?"

"Fotografer, sebenarnya sih juga bekerja di perusahaan majalah tapi bagian marketing saja, jadi tidak begitu mencolok," jawab [name].

"Merantau kah?"

"Tidak, aku tinggal bersama Ibu di apartemen disekitar wilayah ini."

"Ayahmu, bekerja ditempat yang terpisah?"

"Ayah, ya.. Aku tidak tahu orang itu kemana, soalnya sejak masih belia pun aku belum pernah bertemu dengan orang itu."

Nada yang terdengar dari ucapan [name] terdengar sendu juga sepi, tapi tidak begitu pilu. Disisi lain, Nanami merasa sedikit bersalah sudah lancang mempertanyakan hal yang menyayat hati [name] seperti ini. "Sebenernya aku tidak masalah jika Nanami-san bertanya semacam itu, lagipula saya tidak begitu tersinggung dengan hal semacam ini," Wanita itu berusaha meyakinkan bahwa pertanyaan tadi sangat baik-baik saja dipertanyakan.

"Kalau ada yang ingin [name]-san ceritakan, [name]-san bisa ceritakan padaku," Setelah menyesap minuman miliknya, Nanami berkata.

[name] yang hendak menyesap kopinya menghentikan kerja tangannya, membuatkan membeku ditempat. Kemudian tertawa kecil sebagai responnya. Di depannya, Nanami mengerutkan keningnya, berpikir apakah ia salah ucap?

"Tentu saja, Nanami-san juga, kalau ada yang ingin diceritakan bisa datang kemari dan cerita padaku. Aku ini pendengar yang baik lho!"

Setelah itu [name] bercerita pada Nanami, bagaimana hatinya berlangsung. Bagaimana pekerjaannya sebagai fotografer berlangsung hari itu. Dengan tekun Nanami mendengarkan, sesekali merespon dengan jawaban singkat namun tidak terkesan tak acuh.

Berbeda dengan saat Nanami mendengar ocehan Gojo, ia langsung jenuh juga sebal lantaran suara dari Gojo yang menganggu dan ocehan yang tak berfaedah.

Ditengah pembicaraan, [name] diam sejenak dan memperhatikan jam yang ada di ponselnya, waktu sudah menunjukkan bahwa hari sudah sangat larut. Pukul 23.28 malam.

"Waaah... hari sudah sangat larut, mungkin hanya segini dulu ceritanya, kapan-kapan mari bertemu lagi disini. Nanami-san juga kembalilah ke kediaman Nanami, saya duluan!"

Mereka tidak sadar, bahwa percakapan tadi masing-masing insan saling menyembunyikan kebohongan mereka rapat-rapat. Sampai-sampai tidak terendus satu sama lain.


to be continue.

_______________________

akhirnya saya selesai hiatus..

dichapter sebelumnya ada yang komen "lanjut", maaf ya baru bisa lanjut sekarang (*'-ω-)人

berhubung tahun ajaran baru saya memutuskan untuk hiatus waktu itu, kalau dibilang sibuk sih.... iya, tugas numpuk gak keruan ditambah harus menyesuaikan diri lagi ditahun ajaran ini. saya juga diserang beberapa ulangan yang pastinya saya harus belajar lebih keras. saya harap kalian paham alasan hiatus saya ini o(*・ω・)ノ

makasih juga yang sudah baca dan memberi dukungan!

sekian dari saya, terimakasih banyak! ( '・ω・)シ

tacenda、 nanami kento.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang