szomorúság

157 23 0
                                    

szomorúság

kesedihan

23 September, pukul 23.55

Tokyo, Jepang.

Tubuhnya terlentang di atas sofa tak bertenaga, di atas perutnya ada sebuah kotak berwarna abu-abu tua dengan tutup. Itu kotak untuk menyimpan abu dari jasad yang telah dikremasi sebelumnya. Terdapat label yang dipasang di kotak abu.

Rangkaian acara pemakaman dan malam berkabung dilakukan secara singkat mengingat pelayat yang datang tak begitu banyak, dan [name] tidak mau begitu repot mengurus kematian yang seharusnya dilaksanakan singkat dan khidmat saja bagi keluarga inti.

[surname] Kumiho.

Tutup usia sebab serangan jantung, malam kemarin, pukul 21.45 ketika melaksanakan rutinitasnya.

Padahal waktu itu beliau sehat-sehat saja, ceria seperi biasanya.

Takdir memang tak bisa ditebak, serangan jantung itu pun tak pernah [name] ketahui sebelumnya karena tidak pernah mendengar riwayat penyakit apa pun.

[name] tak berniatan untuk menjauhkan kotak itu darinya. Deru rendah dari AC menggantikan keheningan dari kamar apartemen yang ditempati [name].

"Cepat sekali, ya, waktu berlalu," [name] kembali bergumam. Matanya terpejam karena lelah dan rasa kantuk.

Benaknya memutar balik seperti kaset lama diputar ulang. Waktu itu umurnya baru 6 tahun, tahun pertama ia masuk sekolah. Ada Kumiho yang berpakaian rapi mengantar [name] ke depan gerbang sekolah, kemudian melambaikan tangannya sambil tersenyum melihat anak semata wayangnya itu bisa menempuh pendidikan dasar.

Kelas 9 SMP, waktu itu mereka berfoto di depan gerbang sekolah yang terdapat plat nama sekolah, seolah foto itu sakral bagi mereka yang sudah lulus.

"Harus banget foto di sana, ya?"

"Iya, setiap kali lulus harus foto di sana bukan?"

Kumiho menggenggam tangan [name] dengan lembut, mengajak [name] berdiri didekat plat nama sekolah untuk diambil potretnya. "Senyum~" Bunyi jepretan kamera terdengar sayup-sayup diantara keramaian lapangan.

Dia ingat di saat ramai itu, suara mereka berbaur. [name] membayangkan visual kejadian tersebut sambil menatap langit-langit kamar apartemen, sesuatu merayap masuk ke dalam hati [name]. Sesuatu bernama kesepian.

Telinganya lepas dari tugasnya ketika terdengar bunyi dering ponsel. Nama Tatsumi dan Kotoha muncul dilayar, berkali-kali melakukan hal yang sama namun tak kunjung mendapat balasan. Sang pemilik malah menatap kosong penjuru apartemen, barulah ia menjawab panggilan.

"Moshi-moshi?"

"Kami akan jalan ke apartemenmu, jadi kalau ada yang menekan bel kamarmu, itu kami."

"Kalian kemari?"

"Iya, kami berencana menemanimu beberapa hari sampai kau merasa pulih dari kejadian ini."

"Oh.. Makasih, ya."

"Ngomong-ngomong, kau sudah menghubungi orang itu?"

"Sudah."

Perbincangan dari telepon terhenti sejenak oleh keheningan. Hanya dari angin dari seberang yang terdengar, tampaknya mereka sedang mengendarai sepeda motor. "Bagaimana reaksinya?" Kotoha bertanya dengan hati-hati. "Begitu ku hubungi dia langsung menjawab dengan singkat, seperti ogah, 'Maaf tapi ini dengan siapa, ya? Tolong jangan menghubungiku lagi'," jawab [name] dengan datar.

Semuanya diam, lagi-lagi hanya deru angin yang kencang dari seberang terdengar jelas. "Kami akan sampai sedikit lagi, tunggulah."

"Iya, akan ku tunggu."

Untuk kesekian kalinya, ruangan itu hening juga hampa. Mungkin juga ruang itu mati.

Pukul 00.12

Sang pria tahu itu sudah tengah malam dan waktu ini memasuki waktu istirahatnya, tapi ia tetap duduk sementara waktu hanya untuk menunggu.

Musik bernada rendah mengalun halus di cafè. Hanya ia dan pemilik cafè yang menempati tempat asing itu.

Untuk memastikan, Nanami mengecek pesan apa saja yang masuk. Sebagian besar isinya hanyalah pesan tak berguna dari Gojo, tidak ada pesan yang masuk dari kontak [name].

Padahal sebelumnya, [name] mengatakan akan datang di pertemuan selanjutnya. Walau ditelepon pun, panggilan itu berakhir tidak terjawab. Nanami dibuat bingung juga gelisah karena absennya [name] yang tanpa alasan ini.

Padahal gelas yang ia pesan sudah juga menunggu sosok [name].

Anda
|[name]-san?

|Hari ini sedang sibuk, ya?

|Apa rencana hari ini dibatalkan saja?

|Hari ini kau juga tidak ada kabar

|Apa [name]-san punya masalah? Kalau iya kita batalkan saja pertemuan malam ini.

|Selamat malam, [name]-san


Kemudian musik yang disetel di cafè, mati.

to be continue.
_______________________

bonus update.

saya tahu ini udh jam 1 malem tpi malah belum tidur wkwkwkkwkw, entah mengapa emang masih belum bisa aja.

nanti tanggal 21 bakal tetep update, kok. ini saya baru bisa buka wp lagi setelah beberapa minggu(?) gk buka wp karena nugas sama sempet drop dulu (gara2 digempur tugas presentasi sama praktek).

mungkin kalo sempet saya bakal bonus update, maafkan saya yang malah gak konsisten updatenya
( /ω-、)

tacenda、 nanami kento.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang