bedeuten

246 43 5
                                    

bedeuten

makna

15 Agustus, pukul 22.17

Tokyo, Jepang.

"Nanami-san kemari lagi?" tanya [name] sambil mengetuk pelan ponselnya. "Iya, ku pikir aku butuh istirahat disini," Nanami menjawab. Bunyi kendaraan bermotor yang lalu lalang dari jalanan terdengar menggema, menimbulkan sedikit kebisingan.

"Bagaimana keseharian Nanami-san selama 19 hari yang lalu?"

"Sama seperti sebelumnya."

"Tampaknya aku tidak perlu menanyakan hal itu ya," [name] merasa sangat canggung kala itu. Kepalanya berpikir keras untuk melancarkan percakapan mereka. "Aku penasaran dengan tipe wanita yang Nanami-san sukai, kira-kira seperti apa, ya?" Sedikit penasaran dan sedikit pasrah sebab hanya topik tersebut yang terlintas, [name] berkata demikian. "Tipe, ya.." Nanami terdiam, lalu kembali berkata. "Kurasa tidak ada, lagian, aku belum merasakan apa itu jatuh cinta, jadi agak sulit menentukan tipe," lanjutnya.

[name] menganga tak percaya. Baru kali ini ia mendengar bahwa adanya seorang pria dewasa yang belum pernah merasakan jatuh cinta. Wanita itu menggelengkan kepalanya demi menyanggah perkataan Nanami. Bukankah seharusnya pria dewasa yang matang dengan kedewasaan sebagai pelengkapnya seperti Nanami ini paling tidak memiliki mantan kekasih atau kekasih?

Jika diperlihatkan pesonanya, saudari mana yang menolaknya?

Akan mustahil bagi seorang wanita menolak eksistensi dari Nanami.

"Yang benar saja!"

"Maksudku begini, yah walau aku belum melihat rupa Nanami-san, tapi ku rasa akan banyak wanita yang tertarik menjadi kekasih Nanami-san lalu, kenapa tidak ada yang membuat Nanami-san jatuh cinta?"

"Entahlah, aku sendiri tidak tahu," jawabnya dengan singkat.

Mungkin Nanami skeptis terhadap cinta.

Atau mungkin ia belum menemukan wanita yang mampu meluluhkan hatinya.

Sementara itu, [name] berkalut dengan pikirannya. Mungkin aku bisa jadi cinta pertama baginya, batinnya berkata. Tapi, selama ini tidak ada wanita yang mampu meluluhkannya, pikirannya membalas. Bukankah itu sulit? pikirannya menambahkan. Apa kau benar-benar mampu? Apa lagi dengan dirimu yang seperti ini, pikirannya mulai tidak sinkron dengan batinnya.

"Apa Nanami-san tidak tergoda dengan wanita diluar sana? Yang mendekati Nanami-san atau bahkan menawarkan diri untuk menjadi kekasih Nanami-san," [name] semakin penasaran.

"Ku rasa yang mendekati Nanami-san semuanya wanita cantik dengan lekuk tubuh sempurna," ia menambahkan.

"Aku tak begitu peduli dengan tubuh wanita, jadi mau cantik atau biasa saja, rasanya bukan masalah," jawab Nanami.

Tiba-tiba saja, [name] mendapat ide untuk percakapan selanjtnya. Ia menghela napas, lalu membuka mulutnya. "Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya [name].

"Silakan saja," Nanami menjawab.

Di tengah gelapnya cafè, [name] sedikit cemas. Berkali-kali mengusap dadanya demi menetralisir detak jantungnya yang mulai tak keruan. "Apa pandangan Nanami-san tentang orang yang cacat dan berkebutuhan khusus?" [name] ingin memantaskan dirinya, barangkali Nanami merasa risih dengan mereka yang kekurangan, [name] bisa langsung mundur dari hadapan pria itu.

"Soal itu.."

Nanami terdiam oleh pertanyaan yang ditanyakan oleh [name]. Topik pembicaraan ini dengan sebelumnya berubah tiga ratus enam puluh derajat. Tiba-tiba langsung mengutarakan topik yang lumayan sensitif ini. Apa hampir semua wanita bisa menjungkir balikkan topik sama halnya seperti ini dengan mudah?

"Ini hanya pandanganku, ku rasa.. mereka istimewa. Terlepas dari apa yang mereka miliki dari segi fisik, mereka lebih istimewa. Sebelumnya juga aku belum pernah bertemu dengan orang berkebutuhan khusus dan semacamnya, setidaknya mereka bisa melewati masa-masa sulitnya dengan lebih yakin daripada orang normal sekalipun."

"Acara televisi kadang menampilkan beberapa narasumber berkebutuhan khusus, dari situ setidaknya ada gambaran tentang mereka secara objektif. Disitu juga tampak mereka yang jarang mengeluh seperti yang lain misalnya, 'Aku lelah dengan ini', 'Kapan aku bisa secantik atau setampan mereka?', 'Kalau aku memiliki tubuh seperti dia..' 'Andai saja..' dan lainnya."

"Bahwasanya dibalik itu pasti ada kelebihannya, Tuhan yang menciptakan mereka untuk mengajarkan kita agar bersyukur, menjadikan acuan untuk lapang dada."

Wanita dihadapannya terenyuh. Rasanya ia mengalir dalam buaian kata-kata cantik Nanami. Kata tadi seolah mencipratkan keteduhan kalbu.

"Bagaimana kalau ada orang sekitar Nanami-san yang berkebutuhan khusus?" [name] menahan suaranya agar tidak bergetar.

"Aku akan berterimakasih, juga harus melindunginya," jawabnya dengan tenang.

"Kalaupun itu aku, setidaknya ada makna dibalik semuanya," ucap Nanami.

Detik itu juga, [name] merasa tersentuh, sedikit mengalirkan air mata dalam diam.

to be continue.
______________________

setelah mengabaikan cerita ini sebulan penuh akhirnya saya update chapter baru!

saya gak begitu yakin sama tipe wanita yang disukai Nanami :/ tapi saya kira-kira kayaknya Nanami ini bukan tipe pria yang ngeliat fisik wanita tapi lebih ke kepribadiannya. tapi itu masih kira-kira juga sih...

saya baru bisa update sekarang, setelah lepas dari kesibukan saya sehari-hari, asli sebulan ini jadwal padat banget. tugas saya juga posesif jadi harus diladeni dulu. akhir-akhir ini juga kesehatan saya tidak stabil, jadi harus istiharat.

sebenernya, chapter ini terinspirasi dari percakapan saya dengan ibu saya. kadang-kadang ibu saya suka deep talk mendadak. entah ngomongin jenjang pendidikan lanjutan, jodoh, hari tua, kematian, pernah juga ngomongin soal akhirat.

percakapannya kalo saya inget-inget, saya, kakak-kakak saya sama ibu saya lagi nonton televisi bareng. tiba-tiba ibu saya nyeletuk buat ngebahas topik begini. terus bilang, 'semua manusia punya kelebihan masing-masing, entah itu bisa diliat atau engga. tapi Allah tahu kamu punya kelebihan itu, jadi jgn minder, terutama adek (ini merujuk pada saya, karena saya anak terakhir saya suka dipanggil adek)'.

mungkin dari situ saya paham, mungkin bukan fisik kita yang punya kelebihan. tapi hati kita yang punya kelebihan. banyak yang gak sadar mereka punya itu, dan akhirnya minder karena merasa gak punya sesuatu yang spesial.

tambahan, makasih banyak yang udah mau nunggu cerita ini update dan udah vote 💞

tacenda、 nanami kento.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang