🌹Bagian sebelas🌹

2 0 0
                                    


"Masa mau tiduran mulu sih om?"

"Gatau saya ngantuk, Saya tidur hanya dua jam tadi malam."

"Om emangnya ga kerja ya? Ini udah jam 10 siang loh om."

"Saya mau libur sekarang."

Enak ya bisa gitu, emang dia ga di marahin bosnya gitu?

"Yaudah deh terserah om."

Setelah waktu selesai makan sahur, om erick merebahkan badannya di sofa sambil menonton tv. Dan Saat ku lihat lagi dia tau-tau sudah ketiduran di sana.

Dan sekarang ini om erick mengeluhkan badannya yang lemas, dia bertanya padaku 'apa itu efek samping berpuasa' dia bilang biasanya sekalipun dia tidak sarapan pagi dia tidak selemas ini, dia bilang kenapa dia bisa lemas walaupun sudah makan, begitu katanya.

Aku hanya bilang kalo om erick belum terbiasa dengan sahur kali, kalo puasa itu ga ada efek samping buruknya ko, gitu.

Aku menyalakan tv, duduk agak berjauhan dari om erick yang tertidur di sofa.

Saat sedang pokus menonton aku merasa pergerakan di samping di lihat dari sudut mataku.

Om erick merubah posisi nya menjadi duduk lalu berdiri masih dengan wajah mengantuk dan lemasnya. Hehe lucu juga liatnya.

om erick itu kan biasanya segar bugar di pagi hari, tapi sekarang loyo begitu, ada kasian nya juga sih.

"Om mau ke mana?"

Om erick melihatku sekilas
"Saya mau mandi lagi."

🌹🌹🌹

Setelah selesai mendaftar ke sekolah smp bersama om erick. om erick mengajakku untuk ke restoran cari makan, rupanya dia lupa kalo sedang puasa.

"Untung kamu ingatkan saya, kalau begitu kita langsung pulang saja."

"Iya om wajar ko kalo om lupa."

Aku ingat semalam itu aku lupa menanyakan soal ka mentari pada om erick, lebih baik sekarang saja aku tanya.

"Om, bunga mau tanya sesuatu."

Om erick melihat ku sekilah sebelum kembali pokus pada jalanan

"Apa?."

"Hm om pernah lihat ga kira-kira tante karin pernah membawa kaka nya bunga ke klub itu?"

"Kaka kamu siapa? Kamu punya potonya tidak?"

Oh iya kan om erick ga kenal sama ka mentari ya. Gimana dong, mana ponselku juga gaada, Gimana mau kasih lihat poto ka mentari kalo begini.

"Namanya mentari om, tapi buat poto nya bunga ga ada." Ujarku pelan. Aku berharap om erick mengingat kalo misalkan jika dia melihat tante karin pernah membawa ka mentari ke sana.

Om erick berdeham pelan. "Saya ga tau."

Aku menghelakan napas lelah, sekarang bagaimana lagi cara aku bisa tau keberadaan serta keadaan ka mentari.

Apa aku harus tanya langsung pada tante karin, siapa orang yang membawa ka mentari? Tapi aku masih takut kalo berhadapan dengan tante karin, bisa saja dia kembali berusaha menjualku lagi, aku takut.

Hari semakin sore, aku berniat untuk ngabuburit dulu, hanya berjalan-jalan ke luar saja ga jauh-jauh, tapi sebelumnya aku akan bilang dulu pada om erick karna nanti mau sekalian beli es kelapa buat buka puasa siapa tau dia mau titip pesan.

Aku sudah mencari om erick ke ruang tv, ke kamarnya bahkan ke dapur hingga belakang rumah tapi aku belum menemukannya.

"Di mana sih, di cari ke mana-mana kaga ada." Aku jadi capek sendiri.

BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang