🌹Bagian tigabelas🌹

0 0 0
                                    

Tanganku memasukkan pulpen ke dalam kotak pensil. Mejaku yang tadinya penuh dengan buku-buku milikku kini sudah ku masukkan semua ke dalam tas.

Dari pagi sampai jam belajar selesai aku tidak mendengar syaqila membahas rencana kita untuk belajar bersama. Apa dia lupa? Atau aku tanya aja kali ya, siapa tau dia beneran lupa.

"qila, ini jadi ga belajar bareng nya? Aku dari tadi nunggu kamu loh ngomongin soal itu tapi sampai sekarang ga ada aku denger. Jangan-jangan Kamu lupa ya"

Syaqila melirik padaku kemudian memasukkan kembali buku ke dalam tas

"Aku ga lupa. Iya jadi ko, Kamu udah bawa baju ganti nya?"

Aku mengangguk pasti. "Iya bawa ko." Sebenarnya aku sedikit heran kenapa syaqila menyuruhku harus membawa baju ganti. dia mau ajak aku berenang kah?

"Kita ganti baju dulu ke toilet yah." Syaqila memakai tas gendongnya setelah mengeluarkan baju untuk ganti nanti.

mungkin nanti saja aku tanyakan

"Hum iya." Dengan cepat aku membuka tas dan mengeluarkan goodie bag yang berisikan seragam bebas ku.

Kami pun berjalan menyisir area sekolah. Suasana sekolah masih belum ramai. Para murid yang mendapat jatah masuk siang belum banyak yang datang, Mungkin akan ramai sebentar lagi. hari jum'at memang seperti ini, jam belajar sedikit di mundurkan karna kebanyakan di sini beragama islam. Mereka akan memulai pembelajaran setelah selesai ibadah sholat jum'at selesai.

"qila." Panggilku. Aku menolehkan kepala pada syaqila yang berjalan di sampingku.

"Iya."

"Ini tuh emangnya harus banget ya ganti baju dulu? Kita kan belajarnya di dalem rumah kamu bukan di luar." Mungkin kalo mau belajar di tempat lain aku ga akan tanya. tapi ini kan cuman belajar di dalem rumah. Padahal ga perlu menurutku sih.

"Oiya aku lupa bilang. Jadi gini, Emm ... rumah aku itu jalannya ngelewatin sekolahan smp lain dan rumormya sih pernah ada kecelakaan yang ngebuat siswa smp di sana itu luka parah karna ulah anak smp dari sekolahan kita. Aku takut aja kalo lewat sana pake seragam sekolah ini soalnya pernah ada juga setelah kejadian itu, anak sekolah kita dikeroyokin di daerah situ dan pelakunya anak smp di sana."

Aku melongo mendengar penjelasan syaqila dan lebih kagetnya lagi sih karna kaget dia bicara sepanjang itu. Dia kan diem mulu tapi giliran menjelaskan sesuatu panjang juga yah.

"Kamu... ngerti kan?"

"Ngerti-ngerti." Aku mantuk-mantukkan kepalaku.

"Aku sempet mikir kenapa mereka jadi kayak musuhan gitu yah. Padahal kejadian itu udah ditangani pihak berwajib dan yang ngelakuin kejahatan itu juga udah dihukum."

Aku mengendikkan bahu.
"Aku gatau. Mungkin ada alasan mereka ngelakuin itu. Kita kan gatau isi kepala mereka dan kejadian yang sebenarnya."

Kami sudah keluar dari area sekolah.

"Iya juga."

"Kamu tau, baru kali ini aku bawa temen sekolahku ke rumah, nanti ... jangan kaget ya kalo mama aku cerewetin kamu."

"Beneran!?" Bukan kaget akan di cerewetin mama nya tapi aku kaget karna perkataan syaqila yang bilang kalo ini baru kali pertamanya bawa teman sekolah ke rumah. Serius! Apa dia ga ada teman sama sekali? Diakan anak pintar di sekolah.

"Wah suatu kehormatan jadi teman perdana yang bisa dateng ke rumah kamu qil. Hehe."

"Kan kamu mah spesial bunga. Tapi bukan martabak." Kekehnya

BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang