🌹Bagian sembilan🌹

6 0 0
                                    

"Ngapain kamu?"

Aku memutar tubuh. Di sana om erick berjalan menuruni anak tangga, dengan kaos hitam berlengan pendek dan celana selutut menempel di tubuhnya. Satu tangannya ia selipkan di saku.

"Bunga lagi nge pel lantai om."

"Ya saya tau itu, yang saya maksud kenapa kamu nge pel lantai, saya kan ga suruh kamu." Dia berjalan hingga kini berdiri tak jauh dariku

Ya iya juga sih, om erick ga suruh. tapi kan gatel aja gitu liat lantai pada kotor begini. Bahkan ini sudah ketiga kalinya aku ganti air untuk mengepel. Yang biasanya hanya dua kali ganti air. Saking kotornya ni lantai.

"Malah bengong."

"Eh iya?"

"Udah tidak usah kamu pel. Biarkan saja itu kotor jangan di pedulikan."

Eh elah bagaimana ini. Memangnya kenapa sih, kan bagus kalo di bersihin, Emang dia ga risih gitu kalo rumahnya kotor.

"Gapapa kan om kalo bunga bersihin? bunga kurang nyaman kalo pada kotor begini om."

"Ya terserah saja lah."

Om erick berjalan ke arah meja makan dan duduk di salah satu kursi di sana. Tangannya yang besar dan cantik itu mengambil jeruk dan dikupasnya. Ya benar, cantik. Jarinya panjang dan kurusnya. Boleh ku sebut dia Om-om tampan berjari cantik haha.

"Om." Panggilku. Om erick terdengar berdeham menanggapi.

"Ini rumah om mau di jual ya?" Tanyaku. Terlihat raut wajahnya mengernyit ke arahku. Ya, ga salah kan aku tanya begitu? rumah ini barang-barangnya pada ditutupi kain putih gini, aku pikir kalo rumah ini bukan mau di jual ya, berarti ini rumah baru di beli sama om erick. Gitu aja sih.

"Gak, kenapa tanya gitu?" Om erick memasukkan kembali jeruk yang sudah ia kupas itu ke dalam mulutnya.

"bunga kira rumahnya mau dijual sama om, soalnya yang bunga liat barang barang di sini pada ditutup kain putih."

"Gak. Ini rumah lama hanya saja saya jarang ke sini karna faktor pekerjaan yang mengharuskan saya pindah-pindah tempat. Ini rumah udah 5 tahun sengaja saya beli. Tapi baru beberapa bulan ini saya pindah untuk menetap di sini, biasanya hanya dua bulan dalam setahun saya tinggal di sini." Jelasnya

Aku mantuk-mantukkan kepala
"Gitu ya om."

"Om mau menetap di sini berarti kejanya deket sini ya om?"

"Iya begitu lah."

Berarti aku harus keluar dari sini sebelum keluarga om erick datang kemari. Kan tidak enak kalo menampung di sini walaupun om erick pernah bilang tinggal saja selama aku mau. Tapi kan ga enak sama keluarga om erick nanti.

"Berarti keluarga om juga tinggal di sini ya om? Kalo gitu bunga bantu rapihin rumah nya ya. Bunga kerjain sekarang aja deh supaya cepet beresnya." Ujarku. Aku mengayunkan langkahku menuju ruang tamu.

Lihatlah ini

Ruangan yang pertama kali terlihat saat aku masuk ke rumah ini. Sampai aku menyebutkan rumah ini rumah hantu.

Kemarin malam itu cukup terlihat seram

Bayangkan saja. Lewat tengah malam di ajak masuk ke dalam rumah yang tidak ter urus. Ah pokoknya seram aja lah.

Aku sudah siap dengan senjata kemoceng di tanganku. Bersiap untuk tempur membasmi debu hehe.

Aku menarik kain putih dari beberapa barang. Baguslah semua barang ini di tutup dengan kain jadi debunya ga terlalu tebal. Tinggal cuci kain putihnya, menyapu lalu mengepel lantai di sini.

BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang