🌹Bagian satu🌹

16 1 0
                                    

Sudut pandang pertama

"Ka mentari." Aku berteriak memanggil kaka ku yang berjalan melewati gerbang sekolah smp ku.

Aku tersenyum lebar melambai-lambaikan tangan padanya. Berlarian kecil menghampirinya yg sekarang berdiri melihat kepadaku.
"Aku ikut kaka yah. Ayah barusan telpon aku katanya ayah ga bisa jemput dulu. Kaka tau kan kalo pulangnya harus nyeberang jalan besar. Aku takut ka banyak mobil sama motor yg pada ngebut, Aku kan ga bisa nyeberang jalannya ka" Ujarku tak sabar. Tanganku memegang tali tas sekolah dari kedua sisi, menunggu ka tari berujar.

"Ya." Ujar ka tari. Wah kaka cantik aku tambah cantik deh aku kegirangan mendengarnya. Biasanya aku pulang selalu dijemput ayah dan ka tari selalu menolak. Ka tari selalu bilang mau pulang bareng temen sekelasnya tapi sekarang aku seneng banget. Untuk pertama kalinya dari aku mulai masuk sekolah smp sampai dua tahun ini aku ga pernah pulang bareng ka tari.

"Asyik.. ayok ka." Aku mengapit lengan ka tari. Ka tari melepaskan kaitan tanganku pelan tapi aku kembali menarik nya dengan kedua tanganku yg mengapit tangannya kembali.

Aku menoleh melihat ka tari dari samping
"Ka."

"Hm."

"Kaka ga bareng temen sekelas kaka?"

"Ngga."

"Kenapa?" Aku penasaran sekali ka tari kalo pulang sama temennya yg mana sih. Namanya siapa, orangnya yg mana. aku bahkan ga tau mana temennya ka tari soalnya ka tari belum pernah liat ka tari bawa temennya ke rumah.

"Ka. Kita ga naik angkot ya? Ko kaka jalan terus itukan abang angkotnya pada kelewat." Aku menunjuk beberapa angkot yg ngetem di belakang.

"Ngga. Jalan kaki aja."

"Oh yaudah deh." Aku mangut paham

Melihat jalanan. Langit mendung aku menoleh lagi pada ka tari. "Tapi ka kayaknya mau ujan. Ini, mendung ka liat deh." Aku melihat ke atas dan menunjuk ke arah langit.

"Udah jalan aja cepet. Biar ga keujanan." Ujar ka tari. Aku mengangguk berjalan dalam diam. Saat waktu menyeberang jalan aku semakin mengeratkan pegangan tanganku ke ka tari. Ini pertama kalinya aku menyeberang jalan, mobil dan motor berlalu lalang dengan cepat. Kami berdiri di ujung jebra cros menunggu untuk bisa berjalan maju.

Setelah berhasil menyeberang aku menghela napas lega. "Huh ka.. aku takut tadi, kaka tau ga tadi aku lemes banget tau, untung ada kaka yg bisa aku pegangin kalo ngga kayaknya aku ga bisa jalan saking lemesnya tadi." Keluhku

🌹🌹🌹

"Assalamualaikum." Aku dan ka tari mengucap salam lalu masuk ke dalam rumah barengan setelah melepas sepatu.

"Waalaikumussalam. Kalian sudah pulang. Maaf ya sayang tadi ayah ga bisa jemput." Aku dan ka tari bersaliman pada ayah.

"Iya gapapa yah. Yah aku Tadi nyeberang jalan berdua loh yah, ayah tau ga, tadi aku sempet lemes banget waktu nyeberangnya tapi untung ka tari pegangin tangan aku." Racauku.

Ayah tersenyum lebar mengusap kepalaku pelan.
"Pinter anak ayah. Kalian masuk kamar terus mandi dulu yah nanti turun buat makan. Ayah buatin makan siangnya dulu." Ujar ayah. Aku mengangguk dengan semangat.

"Aku mau belajar yah sampe sore. Nanti makannya malem aja." Ka tari bicara, aku menoleh melihatnya.

"Nanti ayah antar makanannya ke kamar kamu nak. Makan dulu baru belajar ya." Ka tari mengangguk pasrah kemudian berjalan ke kamarnya. Ka tari itu memang susah disuruh makan. Katanya kalo makan siang suka ngantuk terus ga fokus belajarnya karna jadi pengen tidur mulu.

"Ayah aku ke kamar yah." Ujarku

"Iya nak."

🌹🌹🌹

"Maaf pak saya belum ada uang untuk melunasinya." Aku mengintip dari jendela kamar. Mendengar suara gemetar dari ayah. Ayah berjongkot dengan ka tari yang menangis di samping ayah.

"Alah gue ga mau tau. Lo harus bayar hutang lo sekarang juga!" Ujar salah satu dari ketiga bapak tua yang badannya gede itu.

"Maaf pak saya bener bener belum ada buat bayar. Saya mohon beri saya waktu buat lunasin nya pak." Ujar ayah.

"Ayah ayo masuk yah ayo.." Ka tari menarik tangan ayah untuk bangkit. Suara ka tari gemetar. Ka tari di tarik oleh bapak tua itu dan ayah dipukuli. Aku menangis melihat nya. Aku bangkit dan berlari ke arah pintu namun pintunya dikunci. Aku kembali berlari melihat mereka dari jendela. Ayah di tendang keras hingga terdengar suara tendangan itu. Ayah terus dipukuli, ka tari berteriak menangis sama halnya dengan diriku

Aku terus menangis memanggil ayah.

"Kita bakal terus datang sampai lo lunasin semua hutang-hutang lo. Ngerti!!" Ujar bapak tua itu. Mereka pergi meninggalkan ayah yg berbaring di teras rumah dengan banyak luka pukulan. Mereka jahat.

Aku melihat ayah dibopong ka tari masuk kerumah. Aku berlari berteriak menggedor pintu
"Ayahh... bukain pintunya.. ayah.." racauku dengan tangis kencang.

"Ayah.."

"Ayahh.." racauku dengan terus menggedor pintu.

Aku dapat mendengar suara langkah mendekat. Aku semakin mengeraskan tangisku kembali.
"Sayang bentar nak ayah bukain ya." Aku menumbruk badan ayah saat pintu sudah terbuka. Muka ayah banyak lukanya, bahkan ada darah segar mengalir dari sudut bibirnya.

Aku terus memeluk ayah dengan tangis tersedu. Isakan tangis ka tari dan aku terus beradu. Kami memeluk ayah dengan sayang, Kasian ayah.

BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang