Awali pagi dengan senyuman, itu kalimat yang sering dilontarkan banyak orang namun, kalimat itu tidak berlaku untuk seorang gadis bernama Pelangi Chintia Putri, gadis 20 tahun yang selalu mengawali harinya dengan banyak beban. Iya, beban pikiran, keluarga, kampus, bahkan sampai organisasinya.
Ini masih pukul 7 pagi tapi, suara klakson dari Lukman, sahabatnya sudah terdengar sejak tadi di depan kostnya. Untung saja tetangga kamarnya tidak riweh dan sudah terbiasa dengan hal itu.
Pelangi menghela nafas panjang lalu keluar menemui Lukman. Lukman yang melihat hal itu tersenyum tanpa dosa pada si cantik.
"Puas bunyiin klaksonnya? Sumpah, ya, ini masih jam 7!" tegas Pelangi dengan rawut wajah kesalnya.
"Hari ini ada rapat jam 8 pagi, Neng. Lo mau telat terus di omelin sama ketua lo, iya?" tanya Lukman sembari memberi helm padanya.
"Kenapa sih rapatnya sepagi ini?! Emang sore atau siang nggak bisa? Aelah rempong amet jadi orang!" cercanya kesal.
"Buruan naik! Ngomelnya nanti aja di depan kahim kalau lo berani," ujar Lukman menantangnya. Pelangi hanya memasang wajah kesalnya mendengar hal tersebut, dengan segera dia naik ke motor Lukman dan sang sahabat langsung melaju meninggalkan halaman kost gadis itu.
Siapa yang tidak kesal, kahim alias ketua himpunan kampus Pelangi menyuruh semua anggota harus ada di ruang sekretaris sebelum jam 8 dan tidak boleh terlambat karena, kalau hal itu sampai terjadi maka semua anggota tanpa terkecuali, akan di hukum oleh sang kahim.
Terlebih Pelangi adalah sekretaris otomatis dia harus tiba di sana dan mengurus semuanya dengan baik sebelum para anggota datang.
Dia hanya berdoa semoga pagi ini tidak macet dan dia tidak mendapat omelan sang kahim di depan anak-anak yang lainnya.
Lukman dan Pelangi sampai di parkiran kampus, si gadis dengan cepat membuka helm dan berlari menuju ruang sekretaris. Dia berharap sang kahim tidak mengeluh akan dirinya lagi.
"Tumbe pagi," ujar pemuda yang sudah menggunakan almamaternya dengan rapi.
"Kenapa emang?" tanya Pelangi dengan raut kesalnya.
"Nggak. Buruan tugas lo kerjaiin," balasnya dingin. Pelangi hanya diam, dia menyimpan tasnya di atas meja tepat di samping pemuda itu.
Satu persatu anggota organisasi itu mulai bermunculan dan dudul di kursi yang sudah di beri nama oleh Pelangi.
"Acara mulai jam 8, kan? Gue mau ke kantin dulu," ucap Pelangi.
"Nggak!" tegas pemuda tadi.
"Jun, gue laper, belum sarapan dan lo ngelarang gue ke kantin? Lo mau gue pingsan di sini?!"
"Dua puluh menit lagi jam 8 dan lo mau pergi?"
"Dejun, ketua himpunan gue, kantin di depan ruangan ini dan nggak lama. Lima menit aja udah nyampe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Rindu [Xiao De Jun] ✔
Fanfiction❝Dejun, pemuda yang menyukai pelangi namun, membenci hujan❞ Rank #9painful 040821 #21azaleaspublisher 040821 #17azaleaspublisher 040821 #13azaleaspublisher 020921 #6azaleaspublisher 060921 #6painful 060921 #4painful 070921 #5azaleaspublisher 070921 ...