Malapetaka

480 96 150
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, Pelangi bangun dari kasurnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Dia bersiap-siap untuk bertemu dengan Dejun satu jam lagi.

Gadis itu berdiri di depan lemarinya dan nampak binggung memilih baju apa yang akan di kenakan namun, tetap saja pilihannya jatuh kepada celana kain hitam dan hoodie yang memang menjadi favoritenya.

Setelah mengenaikan baju tersebut dia duduk di depan meja rias, menatap wajahnya yang masih polos namun, nampak sangat cantik.

Dia tersenyum dan mulai merias wajahnya tapi, tanpa sengaja lengannya menyenggol botol parfum kosong dan berakhir jatuh hingga pecah.

Gadis itu mendengus kesal dan bangkit dari duduknya, dia mengambil kresek kecil sebagai tempat pecahan beling dan sapu agar tidak ada bekas pecahan yang tersisa.

"Aww... " rintihnya tak kala pecahan tersebut mengenai jari telunjuknya dan berdarah. Tiba-tiba saja perasaannya tak enak.

"Kenapa perasaan gue nggak enak, ya? Ah.. Mungkin cuman parno aja," monolognya lalu kembali melanjutkan membersihkan pecahan tersebut.

Dia kembali melanjutkan acara merias wajahnya yang sempat tertunda tadi. Selesai, dia kini tinggal berangkat tapi, sayangnya saat dia keluar hujan deras tiba-tiba turun dan terpaksa dia harus mengambil kunci mobil di dalam kamarnya.

"Perasaan tadi pagi nggak papa deh. Kenapa sekarang hujan?" monolongnya sambil kembali keluar dengan kunci mobil. Dia berjalan ke area parkiran dan masuk ke dalam mobil hitam kesayangannya itu yang jarang dia pakai.

Dia mulai bergerak pergi meninggalkan kost tersebut. Biasanya kalau hujan seperti ini lalu lintas tak akan macet dan jalanan tampak sepi jadi dia bisa sampai dengan cepat.

Gadis itu juga sudah menerima pesan dari Dejun kalau dia akan sampai sebentar lagi.

Tak lama Pelangi berhenti salah satu parkiran cafe, dia turun dan melihat Dejun di sebrang sana tengah membawa sebuah bingkisan di tangannya.

Hujan juga sudah reda dan matahari sedikit demi sedikit mulai muncul kepermukaan. Pelangi melambaikan tangannya pada pemuda itu, pun dengan sang pemuda yang membalasnya.

Si cantik tersenyum tak kala pemuda itu melangkah mendekatinya. Harusnya dia sudah masuk lebih dulu menunggu si gadis namun, dia melihat toko hadiah di sebrang cafe dan keluar membelinya.

Langkah pemuda itu semakin dekat dan senyum serta raut bahagia terpancar jelas di wajah si cantik tapi, semuanya hilang begitu saja.

BRAK!

suara hantaman keras terjadi di depannya. Senyum yang tadinya merekah menghilang tak kala menyaksikan pemuda yang dia tunggu terkapar di tanah dengan darah yang mengalir dari kepalanya.

"DEJUN AKHHHH!" teriaknya histeris lalu terjatuh melemas. Semua orang berlari mengerumuni pemuda itu. Ada yang menelepon ambulan dengan cepat, ada juga yang membantu si cantik untuk bangkit.

Sabda Rindu [Xiao De Jun] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang