[03] Berharap

64 24 14
                                    

Selamat sore guys🙃

Ketika ingin berharap lebih dan kembali percaya bahwa waktu bisa merubahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika ingin berharap lebih dan kembali percaya bahwa waktu bisa merubahnya. Namun, rasa kecewa dahulu seakan merobohkan harapnya.

⚫⚫⚫

Ujian semester pertama sudah usai sejak kemarin dan seperti biasanya SMA Basita selalu melakukan gotong royong sebelum hari pembagian rapor nanti. Sudah tradisi memang, bahkan tak hanya SMA Basita saja, hampir seluruh sekolah melakukannya.

Ketiga remaja dari kelas 11 IPA 4—Ayasya, Bagas, dan Erin kini tengah berada di kantin SMA Basita. Mereka bertiga baru saja menyelesaikan kegiatan gotong royong di kelas tadi. Masing-masing remaja itu dengan lahap memakan makanan mereka dengan keheningan.

Mereka duduk di satu meja yang bisa diduduki untuk empat orang saja. Seperti biasa, Bagas selalu duduk berdampingan dengan Ayasya di sebelah kirinya. Sedangkan Erin berada di depan Bagas.

Dalam makan mereka, sesekali tampak Erin melirik Bagas yang fokus pada makannya. Erin mengulas senyuman tipis dengan mata yang tampak berbinar indah. Ia kembali melanjutkan makannya daripada terus menatap lelaki di depannya, takut jika tiba-tiba ia tertangkap basah sedang menatap penuh binar padanya.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, ketiga remaja ini baru menyelesaikan makan mereka setelah bekerja cukup lelah tadinya.

"Akhirnya kenyang," ujar Ayasya yang baru saja menyeruput habis lemon tea miliknya.

Bagas tampak menggeleng melihat tingkah Ayasya. Ia mengambil selembar tisu lalu mendekatkannya ke arah mulut Ayasya yang belepotan.

Ayasya terdiam kala merasakan tisu yang menyentuh area mulutnya. "Makasih, Gas." Ia tersenyum manis.

Tangan Bagas mengacak-ngacak rambut Ayasya dengan gemas.

Erin menatap jengah kedua temannya itu, ia berpikir sejenak sebelum tampak mengukir senyuman lebarnya.

"Abis ini jalan-jalan yuk, Ya, Gas!" Erin menatap keduanya dengan penuh semangat.

Ayasya mengangguk dan Bagas menggeleng.

Erin menautkan alisnya sesaat. "Hah gimana?"

"Kita berdua gak bisa, Rin," tolak Bagas.

Erin mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia terdiam setelah mendengarnya. Wajah yang penuh semangat tadi kini sudah sirna.

"Bagas! Kok gak bisa sih?!" dumel Ayasya.

Lelaki itu mengalihkan atensinya pada Ayasya. "Ay, kita habis ini masih ada bimbingan buat Olimpiade. Lo gak lupa 'kan?"

Ayasya menepuk dahinya pelan. "Untung kamu ingetin, Gas!" Ia pun beralih menatap Erin. "Maaf, Er. Kita berdua gak bisa dulu nih, aku sama Bagas masih sibuk sama Olimpiade sekarang. Nanti kalau kita udah selesai, tinggal atur waktunya buat jalan-jalan. Iya 'kan, Gas?"

AYASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang