Selamat Hari Raya Idul Adha bagi umat muslim.
Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin ya🙏
Lebarannya ditemani AYASYA yuk😁
Rasanya sudah tak sabar menanti hari esok yang terasa bermakna. Lebih tepatnya, sangat bermakna.
⚫⚫⚫
Di kediaman Driansyah, Ayasya yang masih mengenakan seragam sekolahnya baru saja memasuki rumah.
"Bi Ati!" panggil Ayasya saat melihat wanita tua yang tengah melintas di dekatnya.
"Non Aya? Kok telat banget pulangnya?" tanya Bi Ati ketika melihat jam dinding.
"Lagi sibuk persiapan untuk Olimpiade, Bi. Jadi, aku pulangnya telat deh." Netranya menatap sekilas arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata sudah jam lima sore, pantas saja Bi Ati sampai bertanya.
"Oalah gitu toh." Bi Ati pun manggut-manggut. "Non Aya udah makan? Mau makan sekarang?" tanyanya beruntut.
Ayasya menggeleng pelan. "Tadi aku udah makan bareng Bagas, mungkin nanti malam aja makannya, Bi."
Sebenarnya Ayasya sudah pulang sejam yang lalu, tepatnya jam empat sore. Tapi, karena perutnya sudah meronta-ronta meminta asupan nutrisi membuat ia pun mengajak Bagas untuk terlebih dahulu mencari makan sebelum kembali ke rumah.
Alhasil, mereka berdua makan di salah satu tempat yang jaraknya tak terlalu jauh dari sekolah.
"Oke, Non. Bibi lanjut kerja lagi, ya." Bi Ati berkata sembari menjalankan kakinya, tetapi terurungkan kala mengingat sesuatu. "Eh iya, hampir aja lupa!" Ia menepuk dahinya pelan.
Ayasya menatap bingung pada Bi Ati. "Apa, Bi?"
"Ibu Safira udah pulang tadi siang," ujar Bi Ati.
Mata Ayasya berbinar, wajahnya tampak berseri-seri. "Beneran, Bi?" tanyanya masih kurang percaya.
Bi Ati tampak terkekeh geli menatap ekspresi nona mudanya ini. "Iya atuh, Non. Ibu tadi masih di kamar, mungkin lagi istirahat juga."
"Ya udah, Aya mau ketemu Mama dulu. Makasih, Bi!" Tanpa berlama-lama, Ayasya langsung pergi meninggalkan Bi Ati sendiri.
"Non Aya, Non Aya." Bi Ati geleng-geleng kepala melihatnya.
Ayasya berjalan menuju kamar Mamanya dengan penuh semangat. Sesampainya di depan pintu kamar mamanya, ia langsung mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya membuka pintu saat terdengar suara sang Mama.
"Mama?" Ayasya menatap wanita yang tengah fokus pada ponselnya.
Safira berdehem pelan. "Apa?" tanyanya tanpa mengalihkan atensinya.
"Aku mau bicara sama Mama sebentar," ujar Ayasya. Ia tampak memilin jari-jarinya, entah mengapa rasa gugup melanda dirinya begitu saja.
"Bicara apa? Mama masih capek, butuh istirahat."
Ayasya yang semula berdiri di dekat pintu kamar pun berjalan mendekat Safira. "Mama besok sibuk gak?" Ia bertanya, walau rasanya agak ragu dikecewakan.
Safira mengerutkan dahi kala mendengarnya. "Memangnya kenapa?"
"Besok di sekolah ada pembagian rapor semester, Aya mau Mama mengambilkannya. Bisa 'kan, Ma?" Ayasya mengutarakannya diiringi senyuman tipis, matanya pun menatap agak cemas.
Safira terdiam beberapa saat, ia tampak sesekali memgerutkan dahinya sekilas. Ia pun menghela napas pelan sebelum berujar, "iya, bisa."
Mendengar dua kata itupun membuat Ayasya melotot tak percaya. Ia mengukir senyuman lebarnya.
"Terima kasih, Ma!" ucap Ayasya dan setelahnya ia langsung pamit dari kamar Safira.
Diiringi kepergian Ayasya, Safira tampak menatapnya dengan lekat dan sulit diartikan.
⚫⚫⚫
Ayasya langsung memekik girang setelah pintu kamarnya tertutup. Ia melempar asal tas sekolahnya.
Ia berjalan ke arah tempat tidur lalu membanting tubuhnya disana. Ayasya berbalik dan menutup wajahnya, ia memekik di dalamnya.
Gadis ini terlalu bahagia walau hal sekecil ini. Karena biasanya Safira selalu sibuk dan tak pernah bisa menyempatkan waktu untuk ke sekolah Ayasya.
Walau begitu Ayasya masih bersyukur, setidaknya sang Mama tidak seburuk dengan apa yang pernah dipikirkannya.
Terkadang Ayasya lebih sering ditemani orang terdekat lainnya daripada keluarganya sendiri. Namun, hari ini Ayasya merasa sangat senang. Setelah kemarin sang Papa menjanjikan hal yang diinginkannya dan sekarang sang Mama pun akan datang mengambil rapornya.
Ah ... rasanya ingin sekali ia memamerkan ini pada Bagas sekarang, tetapi harus terurungkan kala merasa tubuhnya yang terasa lengket.
"Rasanya aku gak sabar lagi nunggu besok," gumam Ayasya setelah memindahkan bantal yang berada di wajahnya tadi. Senyuman pun masih terukir jelas di bibirnya.
Ayasya merasa tak sabar menanti hari esok yang bermakna. Lebih tepatnya ... sangat bermakna.
Usai merasa senang, Ayasya langsung beranjak membersihkan tubuhnya.
625 Word
|Publish: 20 Juli 2021|A/N:
Tunggu kelanjutannya, ya!
Jangan sampai ketinggalan loh😌
Please vote, comment & share this story🙏
Thank you!See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
AYASYA
Teen Fiction[Plagiat🚫] Ayasya Nadira, perempuan cantik nan manis ini memimpikan bisa memiliki hidup layaknya seorang putri yang disayangi, dimanja, dan kehadirannya dianggap berharga. Sayang, semua hanya bisa menjadi mimpi baginya. Ia memang terlahir dengan se...