“Aish, bukan lewat sini, bodoh!”
“Lalu, ke mana?”
“Jangan bertingkah seakan kau sudah meninggalkan tempat ini selama ribuan tahun! Kau baru pergi semalam, Lee Hangyul bodoh!”
“Aku terlalu panik.”
“Sialan!”
Tidak peduli dengan apa yang akan Hangyul lakukan, Yohan memilih untuk meraih tangan lelaki Lee itu dan berlari memutari perpustakaan hingga mereka sampai di depan dapur akademi. Setelahnya, berlari melintasi area itu kemudian area kelas sebelum akhirnya berhenti di gedung utama akademi. Kebetulan sekali, mereka sampai saat Mr. Sebastian juga keluar dari sana. Penyihir tua itu nampak menatap mereka dengan khawatir.
“Aku merasakan keberadaan kalian di sekitar sini. Apa yang terjadi? Lalu, di mana Kang Minhee?”
Kepala akademi itu bertanya lebih dulu, tapi baik Yohan dan Hangyul tidak bisa langsung menjawabnya. Keduanya terlihat diam sesaat, mengatur napas mereka yang tak beraturan karena berlari dalam hutan. Sialan, karena terlalu panik, keduanya sampai lupa jika mereka bisa menggunakan sihir teleportasi.
“Sesuatu terjadi, sir.”
Hangyul menjawab lebih dulu dan Yohan menyetujui dengan sebuah anggukan cepat.
“Kami tidak tahu pasti apa yang terjadi. Suasana di hutan tadi sangat-sangat tidak baik. Minhee masih berbicara dengan dua orang peri, tapi tiba-tiba dia mengumpat lalu pergi begitu saja.” Saudara kembar Yunseong itu menambahkan kemudian.
“Pergi?”
Kedua penyihir muda itu mengangguk cepat.
“Kami sempat mengikutinya, tapi saat jarak sudah lumayan jauh, sayapnya tiba-tiba terbuka dan dia terbang begitu saja.”
“Hanya kalian berdua kan yang melihatnya saat ia berubah? Dua peri itu tidak melihatnya, kan?”
“Kami tidak tahu, sir. Saat Minhee pergi, mereka tidak melakukan apa-apa. Tapi, kamu juga tidak sempat bertemu dengan mereka saat kembali ke—”
Ucapan Yohan kali ini tidak selesai. Sebuah bunyi asing yang tiba-tiba terdengar di telingnya membuatnya diam begitu saja. Ia kemudian melirik Hangyul dan Mr. Sebastian—hendak memastikan jika apa yang ia dengar, didengar juga oleh temannya dan kepala akademi itu. Tapi, keduanya justru menatapnya dengan tatapan heran.
“Ada apa, Hwang?”
Yohan tidak langsung menjawab. Saudara kembar Yunseong itu lebih memilih untuk menfokuskan telinganya untuk mendengar bunyi itu lebih jelas. Ia bahkan sempat menatap ke sekitar sebelum kembali menatap dua penyihir yang bersamanya.
“Seperti ada yang bernyanyi.” Gumamnya kemudian, masih dengan telinga yang dipasang baik-baik untuk mendengar lebih jelas.
“Bernyanyi?”
Kali ini, penyihir suolosera hanya mengangguk saja. Selanjutnya, ia bergerak cepat untuk menunduk dan menyentuh tanah yang dipijaki dengan tangannya—sebelum mendongak untuk menatap Mr. Sebastian dan Hangyul bergantian.
“Ada yang bernyanyi, suaranya didengar sesuatu dan mengantar bunyinya ke tanah. Apa itu terdengar juga, sir?”
Kali ini, tatapan kedua penyihir pelajar itu tertuju pada sang kepala akademi. Sedang penyihir tua itu diam sesaat sebelum mengangguk kecil sebelum mengatakan hal lain pada kedua muridnya itu.
“Segera siapkan diri kalian, malam ini akan ada penyerangan lagi—atau yang lebih buruk adalan akan terjadi perang. Ayahmu, Hwang, baru saja mengirim pesan jika suadara kembarmu juga menghilang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST AXELDIAN || HwangMini
Fanfiction(Sedang Revisi) Kang Minhee tidak pernah berpikir jika masuk ke kelas unggulan untuk manusia di akademi sihir itu akan membuatnya bertemu ribuan masalah. Mulai dari anak kelas yang sering memojokannya, teror-teror tidak penting dan menyebalkan, hing...