🍁 Chapter 29

361 79 15
                                    

Beberapa saat setelah hilangnya sisa elang hantu dan gagak merah di atas langit sana, Minhee masih diam di posisinya. Ia sibuk mengatur napasnya yang tiba-tiba tidak beraturan. Dadanya juga ikut sesak seakan ada yang menahan udara untuk masuk ke sana.

Lalu, setelah dirasanya sesaknya mulai berkurang, kedua tangannya naik dan membekap mulutnya sendiri. Maniknya sudah kembali berwarna hijau—kini bergerak acak memindai apa yang ada di sekitarnya. Hingga saat maniknya menangkap pemandangan menara peri di ujung sana—yang saat ini keadaannya sangat gelap, ditambah matahari yang sudah sepenuhnya terbenam—setetes air mata jatuh begitu saja dari manik indahnya. Dan semakin banyak jatuh saat manik indah itu bertemu dengan manik Yunseong yang masih berdiri di tempat yang sama.

Tidak bisa diam di situ lebih lama, axeldian itu memilih berbalik dan melangkah pergi dari tempat itu. Ia juga tidak peduli dengan tumpukan bangkai burung yang sempat diinjaknya atau bahkan ikut terseret saat ia melangkah.

Tetap sesaat setelah Minhee menjauh dari sana, sebuah cahaya hijau tiba-tiba muncul dari tempatnya berdiri, melebar hingga menutup seluruh akademi dan hilang dalam sekali kedip.

“Apa itu?”

Hangyul mengajukan pertanyaan lebih dulu. Matanya kini bergerak untuk menatap ke sekelilingnya. Semua masih sama—yang berbeda hanya para penyihir lain yang terlihat kebingungan. Mereka seakan tidak tahu jika pertempuran melawan mahluk dari gerbang gelap sudah berakhir beberapa saat yang lalu.

Hal itu membuatnya melangkah cepat ke arah menara. Saat ia sampai di sana, Mr. Han dan Junho juga baru sampai.

“Yang tadi itu apa, sir?” Lalu, tanpa menunggu, penyihir wisteria itu langsung mengajukan pertanyaan penuh kebingungan pada Mr. Han. Junho yang sudah berdiri di sampingnya turut mengangguk setuju.

“Sihir manipulasi ingatan.”

“Manipulasi ingatan?”

Mr. Han mengangguk dua kali. Tapi, penyihir pengajar itu tidak memberikan jawaban lebih lanjut. Ia lebih memilih untuk menatap ke arah barat, membuat dua penyihir pelajar ikut melempar tatapan mereka ke arah yang sama. Ada Yunseong yang sedang berjalan ke arah mereka. Penyihir edelweis itu bersama Mr. Sebastian—kepala akademi.

“Manipulasi ingatan untuk apa?”

Pertanyaan itu datang dari Junho saat Yunseong dan Mr. Sebastian sudah sampai di dekat mereka. Tapi, masih tidak ada jawaban. Kedua penyihir tua itu hanya saling menatap sebelum mengangguk saja. Selanjutnya, Mr. Han memilih untuk melangkah entah ke mana sebelum kembali lagi ke tempat itu.

“Aku sudah meminta Mr. Lee untuk mengurus semua kekacauan ini, sir.”

Mr. Sebastian mengangguk. Selanjutnya, penyihir tua itu menoleh dan menatap satu per satu penyihir pelajar yang berdiri bersama mereka di depan menara itu.

“Selain kalian bertiga, siapa lagi yang bertemu Kang Minhee selama hari ini?”

Mr. Sebastian mengajukan pertanyaan itu kemudian, membuat Hangyul dan Junho saling melirik. Keduanya lalu menatap Yunseong dulu sebelum Junho membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan kepala akademi itu.

“Hwang Yohan, sir.”

“Yohan sudah kembali?”

“Sepertinya belum, dia tidak ada di sini.”

Penyihir tua itu kembali mengangguk sebelum menatap Yunseong secara penuh dan fokus pada saudara kembar Yohan itu. “Bagaimana, Hwang?”

Yunseong menggeleng pelan. “Ini sulit, sir. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi baik ayah ataupun ibuku, aku tidak bisa membuat kontak dengan keduanya.”

THE LAST AXELDIAN || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang