🍁 Chapter 31

343 74 15
                                    


“Kang hei, tunggu dulu!”

“Jangan gegabah, kau tidak bisa langsung kembali ke desa begitu saja!”

“Kang Minhee!”

“Diam, Hwang Yunseong! Mereka membawa ibuku!”

Yunseong mendengus malas. Kakinya tetap bergerak untuk mengikuti ke mana Minhee melangkah. Ia tidak boleh membiarkan axeldian itu melakukan sesuatu yang membahayakan.

Oh ya, ini jika ada yang ingin tahu. Tadi itu, setelah mereka berhenti sebentar untuk membicarakan mengenai penyihir hitam yang menyusup masuk ke akademi, Minhee dan si kembar Hwang itu kembali melanjutkan jalan mereka untuk masuk lebih dalam ke hutan. Mereka masih harus melakukan tugas yang diberikan Mr. Sebastian pada mereka.

Lalu, saat matahari semakin naik dan mereka sudah entah berada di begian hutan mana, suasana tiba-tiba menjadi tidak menyenangkan. Angin bertiup kencang dan pohon-pohon bergerak seperti akan tercabut dari tempat ia ditanam. Bagi manusia ataupun peri lain yang melihatnya, hal itu wajar karena angin yang bertiup kencang itu. Tapi Minhee jelas bukan jenis manusia atau peri seperti itu sehingga ia tidak tahu jika ada hal lain yang terjadi.

Setelahnya, datang dua kupu-kupu berwarna merah yang langsung terbang di sekitar Minhee sebelum berakhir di telapak tangan axeldian itu. Entah apa yang para serangga itu katakan pada Minhee, tapi setelahnya axeldian itu hampir mengambuk dan membentangkan sayapnya. Beruntung salah satu pohon terdekat bergerak lebih cepat dengan ranting-rantingnya sehingga sayap Minhee tidak jadi terbuka.

Yunseong dan Yohan tentu tidak tahu apa yang terjadi juga apa yang harus mereka lakukan. Keduanya baru paham ketika Yunseong berusaha membaca Minhee sebelum memberitahunya pada sang saudara kembar. Setelahnya, mereka harus sama-sama kalang kabut karena Minhee yang sudah khawatir berniat untuk kembali ke desa dan mencari ibunya sendiri.

Yunseong masih mengejar langkah Minhee, sedang penyihir bersayap itu mulai berjalan dengan tidak teratur. Yohan sedikit tertinggal di belakang mereka. Keadaannya yang baru membaik membuatnya belum bisa bergerak secepat sebelumnya.

“Minhee—”

“Kubilang diam, Hwang!”

“Hati-ha—”

“Aish!”

Yunseong meringis kecil karena axeldian itu baru saja tersungkur karena tersandung akar pohon yang menyembul dari tanah. Bukan karena tidak sengaja, Yunseong tahu jika akar pohon itu adalah hasil kerja salah satu pohon yang ada di situ. Mereka tentu juga khawatir pada pengendali mereka itu sehingga mereka akan melakukan apapun untuk menahannya. Ini bukan keadaan biasa.

Tapi, walaupun meringis karena melihat keadaan Minhee saat ini, penyihir Hwang itu sama sekali tidak bergerak untuk menolong si manis. Ia tetap diam di posisi yang sama, menatap Minhee lebih lama sebelum melirik ke arah pohon yang ada di sebelah kanannya dan mengangguk begitu saja.

Sementara itu, Minhee sudah menggeram kesal di tempatnya—masih pada posisi yang sama. Kedua tangannya lalu bergerak kesal meremas daun-daun kering yang bisa masuk dalam genggamannya. Setelah itu, ia segera beranjak dan menatap pohon tadi dengan tatapan tajamnya.

“APA YANG KAU HHMMPPPP!!”

Axeldian itu akan marah besar—sudah dapat dipastikan. Tapi, Yunseong bergerak lebih cepat untuk membekap mulutnya. Minhee tidak boleh bertingkah bodoh saat ini.

“Jangan mengacau, Kang aaw!”

Yunseong meringis, karena Minhee malah melempar sihir pada tangannya yang membuatnya menarik tangannya dari mulut axeldian itu. Tapi, bukan berarti itu membuatnya melepas Minhee begitu saja. Nyatanya, tangan kirinya masih mendekap axeldian itu dari belakang.

THE LAST AXELDIAN || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang