🍁 Chapter 25

395 79 9
                                    

Hari masih gelap—matahari bahkan belum beranjak dari peraduannya. Cahaya bulan, bintang dan para hewan terbang di menara para peri masih terlihat. Tapi, tiga penyihir dari golongan berbeda itu sudah keluar dari menara. Bukan tanpa alasannya ketiganya keluar, mereka punya misi rahasia sehingga bisa melakukan itu.

Setelah keluar dari menara, ketiganya lalu melangkah ke arah salah satu pohon ekaliptus besar yang ada di belakang menara. Ketiganya memilih mengambil tempat pada sisi pohon yang menghadap langsung pada hutan di depan sana.

Si fuocosera, Hangyul memilih berjongkok di depan kedua temannya yang lain, Yunseong dan Junho. Penyihir wisteria itu lalu diam sesaat sebelum mengambil sebuah batu yang ada di tanah. Batu itu digenggamnya selama beberapa saat sebelum ia beri mantra—yang selanjutnya membuat batu itu melayang dan memunculkan api berwarna merah. Keadaan di sekitar mereka menjadi lebih terang setelahnya.

“Apa rencanamu, Hwang?”

Pertanyaan kemudian datang dari Junho. Ia dan Hangyul kini sudah sepenuhnya menatap pada Yunseong.

Tapi, saudara kembar Yohan itu tidak langsung memberikan jawaban. Ia masih diam di tempatnya selama beberapa saat. Lalu, setelah dirasanya cukup, ia memilih untuk mendongak dan menatap dahan pohon besar di belakang mereka sebelum kembali menatap kedua temannya.

“Tinggalkan batu api ini di sini sebagai pengalihan. Cha, kau juga di sini untuk pengalihan itu.”

“Di mana aku harus tinggal?”

“Di atas sana.”

Yunseong memberikan jawaban santai, tapi sukses membuat baik Junho dan Hangyul menatapnya tidak yakin. Bukan tanpa alasan. Memanjat pohon memang bukan perkara sulit, tapi mengingat apa yang pernah pohon-pohon itu lakukan, kegiatan bersembunyi di atas pohon terdengar lebih meragukan.

“Kau tidak gila menyuruhku melakukan itu, kan? Kau tahu apa yang terjadi pada saudara kembarmu.”

“Tidak perlu khawatir, dia tidak akan melakukan apapun padamu.”

“Oh, Hwang! Yang benar saja?!” Junho bertanya tidak percaya. Oh jelas, ia tidak mau bernasib sama dengan Yohan.

“Aku bisa menjaminnya.”

“Astaga!”

Tidak peduli dengan apapun yang Junho lakukan, penyihir edelweis itu memilih menoleh dan melemparkan tatapannya pada Hangyul. Wisteria itu masih sibuk dengan bola apinya.

“Tinggalkan apimu itu di sini, lalu kau pergilah ke taman botani.”

“Taman botani?”

“Tunggu di atap, yang langsung menghadap pada gerbang depan.”

“Baiklah.” Hangyul mengangguk acuh. Selanjutnya sibuk membuat dua batu api lagi untuk ditinggalkan di tempat itu bersama Junho. Tapi, saat merasa ada yang kurang, ia kembali melempar tatapannya pada Yunseong. “Lalu, apa yang akan kau lakukan?”

“Aku akan pergi ke kamar Minhee.” Menjawab pelan, Yunseong lalu mundur beberapa langkah hingga ia akhirnya bersandar pada batang pohon di belakangnya. “Aku butuh dia untuk berhubungan dengan para pemberi informasi itu.”

Hangyul mengangguk lagi, sedang Junho kini sudah terduduk di tanah. Penyihir gardenia itu tengah menatap ke gelapnya hutan di depan sana, sepertinya ia sedang melakukan sesuatu—entah apa.

“Sebenarnya aku masih sangat penasaran.” Lalu, saat belum ada satupun yang membuat gerakan untuk melakukan apa yang Yunseong katakan tadi lebih lanjut, Hangyul kembali berucap. Salah satu batu apinya kini sudah melayang lebih tinggi di atas kepala mereka. “Siapa sebenarnya Kang Minhee? Dia tidak terlihat seperti penyihir hebat layaknya kau, Hwang—dia bahkan terlalu ceroboh. Tapi, apa yang terjadi malam itu? Aku melihat sendiri bagaimana ia sekarat setelah dipaksa meminum racun oleh Minju dan Yohan. Lantas kenapa dia baik-baik saja?”

THE LAST AXELDIAN || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang