Sixteen

3.2K 205 5
                                    

*AUTHOR*

Indah gelisah dalam tidurnya, dari yang nungging sampe jumpalitan. Gak tau deh lagi ngapain dia, padahal waktu sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari. Tapi kedua mata Indah tak mau terpejam jua.

Di pikirannya terputar kejadian beberapa jam yang lalu, seperti kaset rusak. Saat Bima menghadang langkah Indah dan Darin di jalan pulang. Itulah penyebab dia daritadi jungkir balik di kasur, hatinya gelisah.

Gelisah melihat Bima lagi pasca mereka putus waktu itu, hatinya kembali perih.

Melihat wajah yang selalu ia rindukan bahkan sampai saat ini, tiba-tiba muncul lagi di hadapannya membuat dia galau tingkat lantai 7.

Sedikit menggeram dia ambil ponsel-nya yang sempat berbunyi menandakan sebuah pesan masuk di meja nakas.

Sebuah pesan masuk dari Bima, Indah sedikit terbelalak baru menyadari berpuluh-puluh miscall dan pesan dari Bima masuk ke ponsel-nya. Belum lagi saat dia mengecek BBM dan yang lainnya. Wajar saja karena ponsel-nya itu tak pernah ia bawa, dia malas harus melayani Bima. Dan benar saja kan cowo itu membombardir dirinya dari segala macam akses media sosial.

Dia memejamkan matanya sekuat tenaga dan menyimpan kembali ponsel-nya itu dengan sekali hentakan keras, tanpa ia buka sama sekali pesan-pesan itu. Walau hatinya ingin sekali melihat barisan kalimat dari Bima tapi hatinya memutuskan untuk tetap tidak peduli lagi padanya. Apapun alasannya Bima harus ia hindari.

*Sementara itu....

Bima masih terdiam dan terpaku di jok kemudinya, walaupun waktu sudah lewat tengah malam. Ia masih betah disana. Berharap Indah membaca smsnya dan bersedia untuk turun ke bawah menemuinya.

Tak ada balasan apalagi tanda-tanda dia akan keluar dari rumahnya. Lampu kamar Indah sudah padam, mungkinkah dia sudah tidur?

Keadaan hati Bima sekarang adalah marah,sedih,letih dan rindu. Sampai sepertinya dia malas untuk pulang ke rumah sebelum mendengar penjelasan dari Indah tentang kemana dia pergi bersama Darin hari ini dan akan kemana mereka besok. Entahlah hatinya berbentuk seperti apa sekarang, rasanya sangat perih sekali melihat mereka berdua dekat kembali. Setelah bertahun-tahun lamanya kenapa Darin muncul lagi!

Ia meremas kencang bunga mawar hijau itu dan membantingnya ke jok samping, sekali lagi ia menoleh ke arah rumah Indah. Tatapannya terpancar kekecewaan mendalam, mungkin Indah gak mau ketemu sama dia lagi. Bima menarik nafas tertahan dan mulai memajukan mobilnya pelan.

Tapi sesaat kemudian, mobil itu melaju sangat kencang membelah suasana kelamnya malam.

Setidaknya mewakili kelamnya hati dia saat ini.

☻☻☻

"Ya ampun beneran pake baju merah." Darin terkekeh geli melihat Indah yang kelihatan begitu lemas saat ini.

"Ya siapa tau dia ngikutin gue." Jawab Indah malas.

"Pede,"

Indah mendelik kesal, si manusia irit ngomong. Sekalinya ngomong bikin kesel.

"Udahlah, balikan lagi aja." Kata Darin lagi.

Dia menyeruput teh hijaunya santai, meneliti Indah yang gak berubah sama sekali. Tetap gadis berambut pendek dan berpenampilan seenak udel. Pake seragam SMA juga masih pantes kayaknya.

"Ogah." Indah membuang muka kesal.

"Daripada harus ngikutin gue terus." Ucap Darin dingin.

Indah segera menatap Darin lagi, oh jadi Darin gak mau di ganggu sama dia gitu! Indah menghembuskan nafas malas.

About Them (#EG Series 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang