Five

4.9K 223 2
                                    

*INDAH*

Ahhhh gue kangen mereka semua....

Sili, sekarang menjadi seorang mahasiswi jurusan seni di suatu universitas tekenal di jakarta lah pokoknya. Selain jago taekwondo dia juga ternyata punya bakat seni terpendam. Gue bangga lah sama dia, siapa tau kan dia jadi pemain sinetron gitu atau sadisnya jadi pemain film? kyaaaa gue bakal porotin duitnya kalau ia hahahaha

Mayka, sama seperti Sili. Dia juga seorang mahasiswi di kampus yang sama dengan Sili jurusan apa ya gue lupa, pokoknya MIPA gitu kalau gak salah. Wah ini anak emang lebih intelek sih dari dulu diantara kita bertiga. Sukses deh gue doain sama dia.

Dan disini lah kita hiyaaaaaa reunian gitu.

“Gue gak nyangka lo jadi berubah Sil.” Kata Mayka.

“Berubah gimana?” Sili berjengit menimpali ucapan Mayka.

“Jadi lebih beda aja.” Jawab Mayka.

“Ia bedanya gimana kunyuk!”

“Lebih hmmm,.. astaga kacau.” Gue yang jawab.

Yah gue jujur aja sih, Sili tampil lebih gak jelas. Rambut panjangnya jadi keriwil persis Lorde gitu tapi Sili lebih merajuk pada buntalan benang kusut, bajunya overall motif garis-garis hitam putih, pake sepatu kets biasa, dan pake tas punggung bentuk monyet. Ini kenapa ya? Gue jadi nyesel kenal sama cewe abstrak kayak dia.

Jauh beda sama Mayka, yang asalnya dulu itu feminim banget tapi sekarang lebih sopan. Rambutnya di iket rapih, bajunya kemeja flanel warna hijau toska dan skiny jeans lalu tak lupa memakai wedges, oh tambahan dia sekarang berkacamata. Tipe-tipe cewe cerdas tapi gahol gimana gitu.

Lah gue? Ya sama aja kayak dulu hehe.

“Gue tuh anak seni woy, ya kita itu begini rupanya. Banyak berekspresi hahaha.” Jawab Sili sambil gebrak meja. Ih anak siapa ini.

Gue dan Mayka berpandangan penuh arti, arti yang berarti ‘oyyy gimana kalau kita kirim aja dia ke tempat rehabilitasi’ kira-kira semacam itu lah artinya.

“Di, lo gak malu apa ya?” Tanya gue prihatin pada Aldi yang duduk di sebelah Sili.

Ehem, mereka masih langgeng loh hihihi.

Saking langgengnya Aldi sampe ikut-ikutan masuk universitas dan jurusan yang sama bareng Sili, serta sang adik Aldo. Hanya Aldo gak ikut-ikutan sampe masuk jurusan seni. Kalau Hazam satu kampus sama gue dan Bima. Jadi yaaa itulah kami, sebisa mungkin sih selalu kumpul tiap bulan sekali di kafe yang selalu gue kunjungi sejak dulu. Kafe susu murni hehe.

“Malu apanya Ndah?” Tanya Aldi polos.

“Itu, pacar. Emang lo gak malu bawa-bawa orang stress kemana-mana?” Tanya gue serius.

Hal itu membuat kepala gue langsung di toyor sama Sili. Buset dah tenaganya dari dulu gak kurang-kurang. Selalu poll maknyuss nyakitin sangat.

“Kurang asem lo! Buktinya dia nerima-nerima gue aja tuh, sampe sekarang aja kita masih lanjut.” Protes Sili gak terima.

“Ya gak usah noyor juga keles.” Ucap gue keki.

“Sayang, sakit ya? Sil! lo jangan kasar-kasar kali, noyornya ke gue aja jangan ke Indah!” Dan Bima pun berkata bak pahlawan.

Setelah Bima berkata seperti itu semua langsung terdiam dan memalingkan muka mereka asem abis. Gue yang di belain aja langsung enek masa. Mulai lebaynya kumat Si Bima.

“Ya kadang emang gue malu juga sih.” Gumam Aldi lumayan kencang yang mampu terdengar oleh kita semua.

“Apa???apa???” Sili mulai melotot pada Aldi yang sekarang terlihat sangat kecil sekali. Ternyata dia melorot dari kursinya saking takutnya.

About Them (#EG Series 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang