Twenty One

3.6K 196 4
                                    

*AUTHOR*

Bima bergerak gelisah dalam baringannya. Coba di versuskan antara kasur king size di kamarnya dengan segulung tikar yang membentang yang ia tiduri sekarang. Antara langit dan bumi jauhnya, wajar saja jika Bima tak kunjung terlelap. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari. Ia lirik gadisnya yang tengah tertidur lelap di samping atasnya. Tidur di kasur empuk dan nyaman, Bima ngiler..

Pengen banget tidur disana.

Tapi ia gak tega membangunkan Indah dan menyuruhnya untuk bertukar tempat tidur, tidak tidak. Bima gak jahat kok cuma nyuruh aja. Sifat bawaannya sejak lahir ya begitu.

Ia bangkit duduk dengan meringis, punggungnya terasa pegal sekali. Ia kembali melirik Indah yang sedang terlelap itu, karena sudah tidak tahan dengan cobaan nista ini. Bima naik perlahan ke sebelah kanan kasur yang kosong, sedangkan Indah tidur terlelap di sebelah kiri kasur.

Karena sudah lelah dan matanya terasa berat, Bima dengan cueknya berbaring disana dan mencoba untuk tidur. Masa bodoh lah, pikirnya. Ia butuh kenyamanan untuk tubuh letihnya saat ini.

Dengan tanpa perasaan, Bima merebut guling yang sedang Indah peluk erat. Lalu Bima terkekeh senang setelahnya. Maka guling pun jatuh pada pelukan Bima, sambil tersenyum letih ia berbalik menghadap Indah yang ada di depannya.

Inginnya sih ia peluk Indah bukan guling, tapi ia masih tau aturan juga. Gak baik!

Tidur seranjang saja kalau belum muhrim juga dosa sekali, tapi ia gak macem-macemin Indah kok. Dia hanya ingin tidur nyenyak sambil memandangi wajah Indah yang kelihatan cute di mata Bima kalau lagi tidur seperti ini.

Senyum Bima semakin terkembang, betapa jinaknya Indah kalau sedang tidur. Ingin rasanya Indah selalu terlihat manis seperti ini. Baik itu saat dia terbangun atau tertidur. Rasa kantuk mulai datang, senyum Bima sedikit demi sedikit mulai memudar seiring dengan kelopak matanya yang mulai terpejam.

Sebelum kelopak mata itu menutup sempurna, ia sempat melihat benda hitam yang menempel di telinga kanan Indah. Dan kedua mata Indah yang terbuka,.

Tunggu!

Bima dengan cepat membuka matanya kembali.

Indah tengah menatapnya datar, Bima meringis pasrah.

"Selama disana kamu ngapain aja sama Noura?" Indah tiba-tiba berujar dengan nada yang lembut tapi menusuk.

Menusuk hati Bima yang bingung jawab apa, orang disana Bima 'di-apa-apain' kok sama Noura. kedua mata Bima bergerak liar mencari jawaban yang tepat.

"Aku udah tau kalian pergi berlibur, terus disana ngapain aja?" Kata Indah lagi yang menyadari bahwa Bima sedang gugup dan susah untuk menjawab.

"Ya.. jalan-jalan lah sayang.." Ucap Bima terbata.

"Hmm?"

"Ayo kita bobo lagi." Kata Bima dan mengusap rambut Indah lembut, mau belokin suasana maksudnya.

"Aku kok gak yakin ya." Balas Indah yang berpura-pura berpikir keras.

"Ini apa Yang? Sejak kapan kamu pake aksesoris?" Tanya Bima yang sekali lagi mencari bahan obrolan lain, sambil memegang telinga Indah yang tersampir anting hitam itu.

"Sejak Darin yang kasih buat aku." Kata Indah jujur dan polos.

"Darin?"

"Ia, dia kasih ini buat oleh-oleh katanya. Emang ilang sebelah, katanya buat jimat biar bisa ketemu sama belahan jiwa aku." Terang Indah tanpa rasa takut sedikit pun.

Di depannya Bima sudah menahan emosi sampai ubun-ubun, tapi ia masih bisa kuasai karena gak baik ribut sekarang mana udah dini hari pula.

Bima terdiam dan memejamkan matanya pura-pura tertidur agar Indah gak bahas anting jelek itu.

About Them (#EG Series 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang