Eleven

3K 193 0
                                    

*AUTHOR*

Indah melangkah riang membawa kotak bekal di tangannya, hasil kerja kerasnya selama ia ijin gak masuk kuliah karena luka di tangannya. Kerja keras yang membuahkan hasil setelah akhirnya Mamahnya sang guru masak memberikan pujian pada masakan Indah. Yah walau selalu gagal dan menghasilkan masakan yang buruk berhari-hari. Semalam adalah malam yang membuatnya bernafas lega.

Ayam rica-rica buatannya lezat.

Dia menunggu di tempat duduk kayu depan kelas Bima, yang saat ini Bima masih mengikuti pelajaran di dalam. Dengan senyum yang terkembang bahagia, dia pandangi pintu kusen kelas di depannya dengan senang. Berharap Bima cepat keluar secepatnya.

Penantiannya tidak sia-sia juga, karena tidak lama kemudian pintu itu akhirnya terbuka. Malas menunggu maka Indah pun masuk kelas Bima tanpa permisi, Indah segera berlari menuju pojok ruangan kelas. Karena Bima ada disana, dia sedang duduk fokus pada layar laptopnya.

Indah sudah ada di sampingnya dengan seulas senyum manis terukir di bibirnya, tapi Bima masih belum sadar juga dari pekerjaan barunya tersebut. Senyuman Indah berubah menjadi segaris tipis nyaris bisa disebut cemberut.

Tiba-tiba ponsel Bima berbunyi.

"Ya hallo assalamu'alaikum Bu." Kata Bima sopan santun.

"Nak Bima tolong jemput Noura, dia kabur saat di rumah sakit. Entah kemana Ibu harus mencarinya, padahal Ibu sudah memberikan surat ijin pada pihak kampus kalau hari ini Noura berhalangan masuk, tapi setibanya disana Noura kabur Nak... I..Ibu kaget kenapa tiba-tiba hilang!!" Suara Ibu Noura terdengar sangat ketakutan dan sarat kecemasan.

"A..apa Bu? Ya.. ia Bima akan segera mencarinya." Bima langsung tegak dari duduknya dan menggaruk kepalanya gusar, masih tetap tidak menyadari Indah berdiri mematung di sisinya.

"Makasih Nak, tolong dia ya. Ibu gak tau harus gimana lagi..." Desah Ibu Noura putus asa.

"Gak masalah Bu, Bima cari dulu ya." Pamit Bima kemudian.

"Ia, hati-hati Nak."

Telphon pun terputus.

Bima cepat-cepat membereskan semua buku-buku yang berserakan di mejanya, mematikan laptopnya yang bahkan belum sempat terselesaikan pekerjaan orderan terbarunya itu. Tergesa-gesa ia lakukan itu semua, di saksikan oleh Indah yang bisa menatap semua kelakuannya dalam kesal dan diam.

Saat Bima berdiri dan mendongak, barulah ia sadar ada gadisnya yang sedang menunggunya entah sejak kapan disitu. Bima meringis dan segera mencari alasan untuk pergi secepatnya dari hadapan Indah.

"Eh Sayang, dari kapan ada disini?" Tegur Bima manis.

"Lo pikir?" Jawab Indah bete.

"Hehe jangan marah dong, gue lagi sibuk barusan. Sekarang juga...ehm harus cari...Anak Ibu tetangga gue dulu. Yaaa soalnyaa Anaknya itu deket banget sama gue. Ia jadi gue udah di percaya gitu sama Ibunya." Jawab Bima kikuk sambil menggaruk hidungnya gugup.

Indah memicingkan matanya sebelah, Bima seperti berkata bohong padanya.

"Oh gue baru denger lo deket sama Ibu-Ibu plus Anaknya juga." Kata Indah dengan nada yang masih sama, ketus.

"Ya.. baru kemaren-kemaren sih. Lo udah sembuh? Hmm gue tinggal bentar ya. Gue gak enak sama Ibunya." Pamit Bima hati-hati.

"Pergi aja, " Ujar Indah sambil berusaha menyembunyikan tas kotak bekal di balik punggungnya.

"Ah kamu baik banget sih, Aa pergi dulu ya Neng." Ucap Bima sedikit bercanda untuk menghilangkan suasana tegang di antara mereka saat ini.

Tanpa pikir panjang Bima undur diri dari hadapan Indah, setelah sekilas mengecup singkat kening Indah dan tersenyum padanya.

About Them (#EG Series 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang