Twelve

3.2K 200 6
                                    

*AUTHOR*

Indah menatap lukanya yang tak kunjung sembuh juga, memang luka itu sudah mengering. Tapi ia masih merasa linu dan masih susah untuk bergerak. Sedikit bergerak keras atau refleks saja lukanya itu semakin sakit rasanya. Ia jadi ragu untuk kembali berlatih drum.

Soal kejutan masakan gagal sudah. Ia sangsi akan memasak enak lagi seperti kemarin, kemarin saja dirasanya merupakan sebuah keajaiban. Belum tentu ia dapat memasak enak lagi, Indah gak mau harus belajar seminggu lagi. Mungkin tentang rencana membahagiakan pacarnya itu dengan masakan di cancel saja dahulu dan sudah pasti tentang bermain musik. Butuh waktu lama untuk bisa menggebuk drum lagi.

Huufttt masalah tersebut seakan membuatnya sulit untuk membuat Bima care terhadapnya seperti dahulu lagi.

Dia jadi ragu sendiri, apa yang di lakukannya sekarang ini benar atau sia-sia saja?

Pintar? Feminin? Jago masak? Jago musik? Perhatian, pendengar yang baik? Apa itu semua! Indah menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kenapa Bima menyukai hal-hal yang bukan sekali mencerminkan sifat dirinya sendiri?

Mungkin persepsi kalau Bima mulai berpaling dan mengagumi perempuan lain itu adalah benar, lalu buat apa dia lakukan ini semua jika tetap saja Bima tak juga meliriknya. Buktinya kemarin siang, dia acuh saja melihat dirinya masuk kuliah kembali. Padahal sudah seminggu ia tak bertemu dengannya. Mungkin hanya sekali saja Bima menjenguknya, saat Bima datang malam-malam ke rumahnya dan menginap disana. Setelah itu dia tidak datang lagi.

Indah tersentak halus, lalu ia ingat. Sms-sms atau telfon-telfon Bima sangat jarang sekali terhadapnya. Bahkan nyaris bisa dikatakan 2 kali sehari. Tidak seperti Bima dulu dimana setiap sejam sekali Bima selalu sms apapun pada Indah.

Indah mengerti akan hobi barunya dalam usaha blog-nya itu, tapi ini terlalu drastis. Bima seakan-akan tak terlalu peduli lagi terhadapnya.

Indah curiga, apa benar ada pihak ke 3 di hubungan mereka. Kalau Galang ia tak peduli, toh ia hanya anggap dia teman dan dia tak mempunyai perasaan yang sama terhadap Galang. Nah, bahkan Bima sudah biasa saja kalau Galang terlihat berdua dengannya. Memang sempat membuatnya cemberut, tapi hanya sebatas itu gak lebih. Gak lebay larang ini itu lagi pada jndah maupun Galang.

Fix, Indah harus mencari tau apa akar penyebab perubahan sikap Bima akhir-akhir ini terhadapnya.

☻☻☻

"Bim, kita jalan-jalan yuk!" Ajak Indah saat dirinya sedang berdua dengan Bima di suatu siang.

Bima yang masih fokus pada garisan abstrak membentuk pola Naga di layar photoshop nya, menoleh kebingungan pada Indah.

"Hah? Dalam rangka apa?" Tanyanya lalu kembali menatap layar.

"Ya gak dalam rangka apa-apa, bentar lagi kan minggu tenang menjelang UAS. Kan ada waktu 2 minggu tuh kosong. Kita jalan-jalan aja yuk." Pinta Indah sedikit manja.

"Oh ia ayo aja." Bima menimpali seadanya.

Indah sempat keki sama reaksinya itu, seperti terpaksa.

"Kalau gak mau sih gue gak maksa juga." Kata Indah akhirnya.

"Bukan gak mau, gue mau-mau aja kok. Tapi ya lebih baik sih belajar aja Ndah, kan mau UAS." Timpal Bima.

"Oh ia ya harus pintar." Indah berkata sedikit menyindir dirinya sendiri.

"Ga harus pintar juga yang penting bisa jawab soal Ndah." Jawab Bima kalem.

"Ia sama dengan pintar juga kali." Ucap Indah bete.

About Them (#EG Series 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang