Hei I'm back
Di tempatku sekarang mau jam 12 siang
Kalok di tempat kalian jam berapa?
Jangan lupa makan siang ya, sambil baca part ini🌅🌅🌅
"Tuhan! Mengapa diriku berbeda dari Shaula? Kenapa dia sibuk sedangkan aku enggak?" keluh Candhani.
Entah sudah berapa banyak keluhan yang ia tumpahkan pada Tuhan. Rasanya begitu tidak enak bila berjalan seorang diri dari kelas menuju kantin dan dari kantin menuju kelas kembali. Ternyata kehadiran Shaula seberpengaruh itu bagi kehidupannya. Padahal sebelum Shaula hadir, ia terbiasa kemana-mana sendiri.
"Min Yoongi! Tolong jemput istrimu ini. Dia udah gak kuat menjalani hidup. Maunya langsung kaya aja. Terus dapet bonus jadi ibu dari anak-anakmu." Candhani terus mengoceh sendiri sambil melangkah menyusuri koridor yang ramai.
Berbagai tatapan aneh dari para penghuni koridor tak ia perdulikan. Mengingat perhaluan ini semakin menyenangkan, maka lanjutkan saja. Tidak peduli tempat dan waktu.
"Bismillah, jodohnya Min Yoongi!" ucap Candhani dengan mantap kemudian menyeruput es jeruk.
Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti di tengah jalan. Otaknya yang pas-pas an mulai memikirkan sesuatu dan juga beberapa kemungkinan.
"Kalau gue ke kelas sendiri, bakal gabut banget gak ada Ula. Jadi, Candhani yang cantik ini harus kemana?" Candhani menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencoba mencari seseorang yang sekiranya ia kenal.
Namun, nyatanya nihil. Candhani tetap saja gadis yang tidak terlalu pandai bergaul seperti Shaula. Teman sekelas pun hanya sebatas partner sekolah. Tidak ada yang bisa disebut teman. Sampai Shaula pun datang dan merubah segalanya.
Apa Candhani terlalu lebay?
"Ke gedung Big Hit aja kalik ya. Nyari suami." Candhani mulai ngelantur lagi.
"Atau ngelamar jadi tukang lap keringatnya Bangtan aja?"
Oke, mungkin Candhani sudah nampak seperti orang gila sekarang.
Akhirnya dimenit keenam, Candhani sadar dari dunia perhaluan dan kembali melanjutkan langkah kaki. Bagai seorang anak kecil yang tersesat di pasar, Candhani terus menyusuri koridor demi koridor sambil terus menoleh ke kanan dan ke kiri.
Saat hendak berbelok menuju koridor yang lain, tiba-tiba tangan kanannya ditarik seseorang kemudian dirinya diseret begitu saja menuju lantai tiga. Untuk hari-hari spesial macam ini, lantai tiga yang dominan lab dan juga perpustakaan bebas dari yang namanya siswa.
Candhani memilih mengekori saja kemana manusia satu ini membawa dirinya. Hingga sampailah keduanya di ujung koridor. Dari sini, sudah nampak ada dua manusia lainnya yang sedang bersandar santai di pembatas.
Sepertinya kedatangan Candhani dan juga manusia yang menyeret Candhani kemari disambut hangat oleh kedua manusia tadi.
"Jangan bilang lo lupa sama kita. Mentang-mentang udah ada temen baru," ujar si laki-laki bertopi abu-abu terbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita
TeenfikceSelagi waktu bergerak lambat, segala warna masih bisa dinikmati. Entah itu biru, kuning, jingga, merah, atau pun ungu. Maka dengan senang hati ia menikmati warna-warna yang disediakan sang waktu tanpa tau ada warna hitam yang sebentar lagi datang da...