4. Kenzo VS Semesta

121 61 55
                                    

Senyum Reina luntur seketika setelah mendengar perkataan Arga. Ia sama sekali tidak mengerti maksud cowok itu berkata demikian. Hati-hati jenis apa yang ia maksud? Jika Reina memang harus berhati-hati, bukannya itu terhadap Arga, ya? Cowok menyebalkan yang bisa saja menyebabkan Reina masuk rumah sakit karena tekanan darahnya yang meningkat secara ekstrem.

"Maksud lo apaan?" Tanya Reina menatap Arga nyalang.

"Hati-hati aja, ntar lo baper, terus ternyata dia nggak serius, nanti nanges!"

"Bukan urusan lo!"

Bisa tidak sih kalau Arga diam sehari saja. Paling tidak, jangan mengajaknya berdebat atau semacamnya. Kan kalau seperti ini, Reina menjadi overthinking. Ah, cowok itu menambah beban Reina saja.

"Pokoknya gue udah ngingetin aja. Awas ntar kalo sampe ada bebek lampir yang bikin bangku ini jadi banjir air mata!"

"Bilang aja lo iri, kan? Sana nyari cewek biar gak gabut gangguin gue mulu!"

"Heh, siapa bilang gue gabut. Lagian lo geer banget sih, siapa juga yang gangguin lo?!"

"Buktinya, tiap hari lo cuma bisa bikin gue emosi aja."

Kali ini Arga memilih pergi. Kalau ia menanggapi ucapan Reina, Arga hanya akan menambah panjang durasi perdebatan tidak penting itu. Dan lagi, bel istirahat sudah berbunyi tentu saja ia lebih memilih mengisi perutnya yang kosong itu. Ditambah, Arka akan mengamuk jika ia sampai melewatkan kesempatan emasnya untuk mengisi tenaga.

"Ka, kantin sekarang, yuk!"

Tanpa basa-basi, Arka mengikuti langkah sahabatnya. Sedang di tempatnya, Reina sibuk memandangi ponsel miliknya yang dari tadi menampakkan pesan dari Kenzo. Kenzo memberinya kabar bahwa ia tidak akan masuk kelas sampai jam pelajaran terakhir nanti sehingga Reina bisa langsung menyusulnya ke parkiran ketika bel pulang berbunyi.

"Senyam-senyum mulu, lagi menang lotre?" tanya Vita setelah gadis itu menyerbu tempat duduk sebelah Reina.

"Lotre pala lu! Ini gue nanti pulang sekolah bareng Kenzo!" Reina hampir menjerit di ujung kalimat namun mengingat kelas masih terdapat beberapa anak, gadis itu sedikit menahan suaranya.

"Kesambet apaan si Kenzo?" kali ini Naura yang bertanya.

"Lo gak ngerti istilah PDKT apa gimana sih, Ra?"

"Istilah PDKT tuh gak berlaku buat manusia semacam Kenzo. Pasti ini dia lagi ngerencanain sesuatu."

"Ra, kok ngomong gitu?"

Selama ini Reina selalu mengabaikan jika dua sahabatnya bersikap tak peduli dan terkesan tak acuh saat dia bercerita tentang Kenzo. Namun, kali ini berbeda. Reina merasa dua sahabatnya sangat tidak suka terhadap Kenzo, seolah cowok itu adalah iblis yang perlu dihindari.

Reina menatap dua sahabatnya bergantian seolah menuntut penjelasan. Mengapa dua orang yang paling dekat dengannya itu tidak mendukung jalan percintaannya. Oh, ayolah Reina sudah menyimpan perasaan pada cowok itu hampir genap tiga tahun, dan kali ini ia mendapat kesempatan emas untuk mendekatkan diri.

"Rei, bukan tanpa alasan Naura ngomong kaya gitu. Lo hari ini boleh balik bareng dia, tapi ingat this is for the last time. Jangan libatin diri lo lebih jauh sama dia."

Pernyataan Vita itu serasa memukulnya dalam. Ini pengalaman cinta pertamanya. Mengapa pengalaman cinta pertamanya seakan ditentang oleh semesta. Bahkan 'musuhnya' sendiri juga sudah memberikan kode merah padanya. Sekarang, dua sahabatnya pun ikut melarang.

Ada apa dengan Kenzo? Tiga tahun mengenal cowok itu, Reina rasa tidak ada yang salah darinya. Cowok itu begitu pengertian. Begitu bijaksana dalam menangani masalah, tidak pernah melakukan atau terlibat dalam tindak kekerasan dan lagi, ucapannya sangat halus yang mampu menenangkan siapapun yang ia ajak bicara.

KarmaoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang