8. Pernyataan Mendadak

75 37 39
                                    

Hai, ketemu lagi sama Rusa, Bubunnya Arganta dan Reina kkkkk ☺️🌻

Jangan lupa tinggalkan jejak, ya... terima kasih. Selamat membaca☺️🌻

.

.

Ivan terkejut saat melihat kedatangan Reina. Selama ini gadis itu tidak pernah mau ke ruang UKS jika ia tidak memohon-mohon. Baru kali ini Reina dengan sukarela menuju ruang UKS.

"Tumben lo dateng, Rei?" tanya Ivan masih dalam keterkejutannya.

"Gak boleh, ya?"

"Bukan gitu, ya udah sini masuk."

Reina mengikuti langkah Ivan ke dalam UKS. Hari ini ternyata memang cukup banyak anak yang pingsan di lapangan, anggota PMR sendiri merasa kewalahan karena sudah semakin sedikit anggota yang mau ikut berjaga saat upacara.

"Anak-anak mau lomba, ya?" tanya Reina karena belum lama ia mendapat kabar bahwa PMR SMA Airlangga akan mengikuti perlombaan cabang provinsi.

"Iya. Lo kenapa gak pernah datang latihan, Rei?" kali ini Ivan bertanya sembari merapikan kotak obat yang tadi digunakan.

"Lo tahu sendiri, Van kalau gue udah gak bisa lagi gabung latihan. Bahkan jabatan sekretaris aja udah gue lepas lama. Tapi lo gak pernah ngehapus nama gue."

"Gue kangen lo, Rei."

Ucapan Ivan itu membuat Reina menghentikan aktifitasnya yang sedang merapikan sarung tangan latex. Sesaat terbayang ketika Reina masih aktif dalam PMR. Kejadian suka dan duka saat latihan, hukuman-hukuman yang didapat dari para fasilitator, piket jaga malam saat ada acara di sekolah, serta bagaimana mereka menghabiskan waktu luang di ruang PMR terbesit dalam benak Reina.

Reina juga rindu itu semua, tapi ia tidak bisa lagi ikut bergabung. Keputusannya untuk mundur saat kelas sebelas semester dua, tidak akan ia tarik lagi. Memang hanya ada beberapa orang yang tahu perihal kemundurannya. Maka dari itu, semua masih mengira bahwa Reina adalah bagian dari angota PMR.

"Gue juga kangen, Van. Tapi gue beneran gak bisa...."

"Gue suka sama lo, Rei."

Lagi. Reina terdiam mendengar pengakuan Ivan. Selama ini ia menganggap Ivan sudah seperti kakaknya sendiri. Tentu saja pengakuannya barusan membuat Reina terkejut setengah mati.

"Gue tahu lo nganggep gue cuma sebatas teman, tapi gue suka sama lo. Gak papa, gue gak minta lo balas perasaan ini kok. Gue cuma mau nyatain ini supaya lega aja. Sebentar lagi kita bakal lulus dan gak tahu bisa ketemu lagi atau enggak. Makanya, gue gak mau ada penyesalan."

Ivan tersenyum menatap Reina dalam keterdiamannya. Dan tanpa mereka sadari, sudah ada beberapa anggota yang menyaksikan pengakuan cinta itu. Kalau seperti ini, pasti akan ada gosip yang menyebar dan membuat Reina kewalahan.

"Gak papa, ntar gue yang urus," pungkas Ivan yang melihat kekhawatiran Reina.

Gadis itu mengangguk lantas meneruskan kembali aktifitasnya merapikan peralatan Pertolongan Pertama. Setelah selesai, ia pamit undur diri. Jujur, sekarang gadis itu merasa canggung karena tidak bisa berbuat apa-apa atas perasaan Ivan. Cinta bertepuk sebelah tangan itu tidak hanya menyakiti orang yang memberi saja, tetapi juga yang menerimanya.

Reina adalah tipe orang yang sangat memikirkan perasaan orang lain. Ia sebisa mungkin tidak menyakiti perasaan orang lain. Namun, nyatanya masih saja ada hati yang harus terluka karena dia.

Sekarang ia tidak tahu harus menuju mana. Yang pertma ia lakukan hanya berjalan di koridor yang sepi sendirian. Mau kembali ke kelas itu jelas tidak mungkin karena Arga pasti masih ada di sana. Mau ke UKS lebih tidak mungkin lagikarena Ivan juga di sana, beserta anggota PMR lainnya, lagi.

KarmaoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang