Sengaja ketiga gadis itu berangkat siang berharap bahwa papan pengumuman akan sepi. Naas, harapan mereka hanya sebatas mimpi karena kini di depan mereka telah dipenuhi lautan manusia yang ingin tahu kelas mereka. Ya, setelah libur panjang kenaikan kelas akhirnya mereka masuk, meski sebenarnya enggan.
"Rei, liatin kita sekelas lagi apa enggak," titah Pavita pada Reina.
"Iya, liatin coba!" Kali ini Naura yang menyahut.
Dengan cekatan Reina mencoba menyelendup diantara kerumunan siswa. Inilah keahlian Reina. Gadis bertubuh pendek itu bisa menyingkirkan orang-orang yang menghalanginya menggunakan kekuatan yang ia punya. Meskipun bertubuh mungil, namun jangan pernah meremehkan kekuatannya.
Reina mencari namanya di antara lembar kertas yang tertempel di mading. Gadis itu mendapati namanya beserta kedua sohibnya berada di satu kelas. Namun matanya langsung membelalak ketika melihat satu lagi nama yang tertempel di sana. Ferdian Kenzo Agusta. Nama yang selama ini ia kagumi, pemilik nama itulah yang berhasil mencuri hati Reina selama dua tahun terakhir.
Reina berbalik keluar dari kerumunan. Lalu gadis itu menemui dua sahabatnya dan berteriak gembira, "Huwaaa coba tebak, gue sekelas lagi sama Kenzo. Akhirnya setelah kelas sebelas gue harus pisah sama dia."
Kalimat Reina tidak ditanggapi oleh kedua sahabatnya hal itu membuat gadis tembam itu jengkel minta ampun, "kalian kenapa sih?"
"Dasar bego! Lo tadi kita suruh apa?" Ucapan Naura membuat Reina terdiam sejenak. Naura memang tipe orang yang suka bicara ceplas-ceplos, dia bisa mengeluarkan perkataan pedas pada siapapun bahkan kepada sahabatnya sendiri.
"Ya ampuun, maaf gue lupa. Tapi kita sekelas kok, kaya tahun-tahun sebelumnya."
"Kita di kelas apa?" Kali ini Pavita yang bertanya.
"Hehe maaf, gue lupa lihat yang itu."
Selalu seperti ini. Reina kalau dikasih tugas pasti ada saja yang tidak selesai. Pasti gadis itu melupakan titik terpentingnya, bahkan hal ini juga sering terjadi saat gadis itu mengerjakan tugas. Untung saja saat ujian ia tidak lupa untuk mengeklik jawaban yang menurutnya benar. Untung saja sekarang ujiannya sudah berbasis komputer, kalau saja belum, pasti gadis itu lupa untuk menulis namanya sendiri di lembar jawaban seperti yang terjadi saat SMP dulu.
"Haduh, yaudah biar gue yang lihat," Vita si cewek yang terkenal suka gonta-ganti pacar itu menyusup diantara kerumunan siswa yang mulai memudar. Tak lama ia kembali membawa berita penting yang seharusnya Reina sampaikan sejak tadi.
"Kita di kelas IPA 5. Kuy langsung aja, ntar bangku pojok keburu diisi orang."
"Kuy!"
Mereka bertiga berhasil sampai kelas dengan selamat tak kurang suatu apapun. Apalagi Reina, gadis itu dengan cengiran khasnya berhasil menduduki bangku pojok belakang. Lalu di depannya, ada Naura dan Vita yang duduk sebangku. Sudah menjadi kesepakatan bersama jika Naura duduk bersama Vita, sedangkan Reina duduk sendiri.
"Lo beneran gak papa Rei?" Tanya Vita memastikan karena ia merebut Naura untuk duduk dengannya.
"Yaelah biasa aja kalee. Lagian gue kasihan sama lo, Vit. Sering ganti pacar tapi gak pernah ada yang sekelas. Jadi jomblo kan lo kalo di kelas."
"Urat malu lo udah putus ya Rei, lo yang jomblo karatan, bego!" Sarkas. Ucapan Naura memang diakui ketajamannya bahkan melebihi silet.
"Lo gitu amat sih, Ra. Gue gak jomblo, cuma doi gak peka aja."
"Bodo amat!"
Reina memancungkan bibirnya sampai panjangnya saja bisa dijadikan galah untuk memetik rambutan. Lalu gadis itu membuka ponsel miliknya dan mendapati notif bahwa Kenzo memasukkanya ke dalam grup kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karmaolove
Novela Juvenil[JANGAN LUPA FOLLOW YA 🌻] Reina itu jauh dari tipe Arga, juga sebaliknya. Reina itu mulanya gadis yang gak suka ngomong kasar, tapi tidak berlaku saat berhadapan dengan Arga. Intinya, mereka itu gak mungkin disatukan dalam ketenangan tapi sepertiny...