2. Negara Api Menyerang

127 66 66
                                    

Hari ini Reina berangkat pagi sekali karena ia ingin mencontek tugas biologi milik Ziva, murid yang paling rajin di kelasnya. Ziva memang bukan peringkat kelas namun setidaknya gadis itu yang paling awal mengerjakan tugas dan tentunya tidak pelit.

"Zivaaa, lo udah ngerjain biologi, kan?" Teriak Reina ketika melihat Ziva sedang menyapu kelas. Iya, alasan lain ia menyontek Ziva karena hari ini cewek itu sedang piket kelas, tentu saja ia akan berangkat pagi.

"Udah, Rei. Ambil aja di loker meja."

"Siap bos. Makasih ya Ziv, lo baik banget deh."

Dengan segera Reina mengambil buku milik Ziva dan menyalin semua jawabannya namun sudah Reina ganti dengan kalimatnya sendiri. Reina kalau menyontek selalu memiliki trik agar tidak ketahuan yaitu dengan membuat seolah kalimat itu berasal dari pemikirannya sendiri.

Gadis itu hampir berteriak melihat jawaban Ziva. Bagaimana tidak, ia melihat berlembar-lembar jawaban hanya untuk lima soal saja. Inilah yang ia benci dari pelajaran biologi. Setiap soal akan melahirkan jawaban yang panjang lebar.

"Gila, ini gimana gue ngeringkesnya, coba?" Tanya Reina pada dirinya sendiri.

"Wah, wah lo nyontek ya?" Teriak seseorang tepat di sebelah Reina.

Tolong, Reina sedang buru-buru saat ini tapi malah ada orang yang dengan seenaknya mengganggu konsentrasinya. Ia tahu suara itu, hafal malah. Suara cowok menyebalkan yang sudah beberapa minggu ini menjadi teman sekelasnya.

Dia Arga, cowok yang waktu itu tiba-tiba mengajak Reina adu mulut. Ternyata perseteruan itu berlanjut ke hari-hari berikutnya termasuk hari ini.

"Lo bisa diam gak? Kalau gue nyontek emangnya kenapa, nggak ngerepotin lo juga kan?" Reina membalas teriakan Arga tadi dengan tak kalah sewot.

"Gue bakal diem kalau lo mau berbagi," Kali ini Arga berseru dengan santai dan wajah tanpa dosa.

Reina tidak mau ambil pusing. Ia biarkan saja Arga duduk di sebelahnya dan ikut menyalin jawaban Ziva. Mereka duduk dengan damai hingga beberapa menit kemudian Arga berteriak, "Heh jangan dibalik dulu, gue belum selesai halaman ini!"

"Salah sendiri ngapain lo ikutan nyalin bareng gue di sini, noh si Arka aja tadi datang cuma ngefoto doang, lo kenapa nggak minta foto dari dia aja sih!" Seru Reina sedikit kesal. Bukan, sangat kesal maksudnya.

Beberapa waktu lalu, Arka datang dan menanyakan perihal jawaban biologi pada Ziva dan langsung gadis itu beri tahu kalau bukunya sedang berada di tangan Reina. Alhasil Arka datang dan langsung memotret jawaban Ziva lalu cowok itu segera menyalin jawaban dengan tenang di bangkunya.

"Kok lo ngatur-ngatur gue sih?" Tanya Arga dengan suara ngegasnya. Arga jika sedang bicara dengan Reina pasti langsung menggunakan mode galak.

"Saudara Arga yang terhormat, gue cuma ngasih pilihan yang gampang. Kalau lo minta foto dari Arka, lo gak bakal ribet berantem sama gue di sini. Lo bakal nyalin jawaban dengan aman dan nyaman di bangku lo," Ucap Reina panjang lebar dengan senyum creepy-nya.

Gadis itu berusaha untuk sabar pada Arga. Ia tidak mau mood yang sudah ia bangun dengan baik pagi ini kembali hancur hanya karena berdebat dengan cowok menyebalkan macam Arga.

"Terus kalau gitu, kenapa nggak lo aja yang minta jawaban dari dia?"

Tuh, kan. Arga memang tidak bisa untuk diajak berkompromi sedikit saja. Selain suka ngegas, cowok itu juga tidak mau mengalah seidkitpun. Sikap apapun yang Reina gunakan untuk menghadapi Arga pasti akan percuma.

"Ga, lo pernah dengar kisah gadis lugu yang berani nonjok teman sekelasnya cuma gara-gara rebutan contekan, nggak?"

"Maksud lo, lo gadis lugu gitu? Dari sisi mananya lo ada tampang lugu?"

KarmaoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang