Hawii semuanya, jangan lupa tinggalkan jejak, ya 🌻😘
..
Gosip tentang dirinya dan Ivan sudah menyebar. Reina sampai tidak habis pikir apakah penghuni sekolah memang tidak ada pekerjaan lain selain menggosip? Bahkan dari kemarin Reina sudah mendapat tatapan mematikan dari kelas sebelah, kelas Hana.
Kini, Reina berjalan dengan tidak tenang menuju kelasnya. Gadis itu berusaha mengabaikan tatapan tajam dari anak-anak yang satu geng dengan Hana. Tepat sebelum masuk kelas, tangan Reina dicekal oleh seseorang.
"Rei, bantu gue!" tegas orang itu begitu Reina menatap matanya.
Gadis itu sedikit terkejut mendapati orang yang saat ini menatapnya dengan tajam. "Ale, lepasin tangan gue. Gue gak mau nambah musuh!" Sentak Reina pada Ale. Gadis itu sebenarnya sedikit takut dengan Ale. Melihat tatapan dingin itu membuat Reina ingin kabur, tapi ia harus tegas. Sudah cukup banyak mata yang membencinya, jangan sampai bertambah lagi.
Jika Ale memegang tangannya seperti ini, bisa-bisa orang lain akan salah paham dan Reina akan semakin mendapat masalah.
"Kita masuk dulu ke kelas, mumpung sepi," jawab Ale masih dengan menggenggam tangan Reina. Setelah masuk, Ale segera mengutarakan maksudnya.
"Bantu gue!"
"Bantu apaan? Kan lo lebih pinter daripada gue."
Mendengar jawaban Reina itu, Ale diam sejenak. Mungkin jika Vita atau Naura yang mendengarnya, mereka akan langsung menoyor kepala Reina.
"Bukan pelajaran."
"Terus?"
"Bantu gue baikan sama Vita."
"Hah, lo berantem ama dia? Sejak kapan? Gilak sih lo. Vita tuh gak pernah berantem ama cowok padahal. Mantan-mantan dia aja diajak putus baik-baik. Lo ngerebut bias dia apa gimana nih?"
Sekarang Ale membenarkan rumor yang beredar, bahwa berbicara dengan Reina itu harus memiliki kesabaran tinggi. Bagaimana tidak, Reina sekali bicara panjangnya seperti gerbong kereta manggarai.
"Rei, lo bisa diam dulu, nggak?"
"Oh, oke."
"Vita itu mantan gue pas SMP."
Reina baru saja akan membuka mulutnya namun Ale sudah melototinya. Hal itu membuat Reina bungkam seketika karena tatapan tajam Ale yang menakutkan.
"Dulu, kita putus karena gue bohongin dia."
"Lo yang salah, Le. Bukannya lo tahu sendiri kalau Vita paling gak suka dibohongi."
"Gue terpaksa!"
"Apapun alasannya, kalau gue jadi Vita gue juga gak bakal mau maafin lo!"
"Tiga minggu sebelum acara perpisahan, gue kecelakaan."
Pernyataan Ale membuat Reina mendongak menatapnya. Dan baru gadis itu sadari jika cowok di depannya memang memiliki bekas luka di keningnya yang selama ini tertutup dengan anak rambut.
"Le ... gue gak ...."
"Sampai sekarang gak ada yang tahu, bahkan Vita sekalipun. Orang tua gue nutupin ini semua dari siapapun atas permintaan gue sebelum gue koma. Semua orang cuma tahu kalau gue pindah ke luar negeri."
"Tapi kenapa lo harus bohong, Le?"
"Karena gue takut ninggalin Vita. Iya, gue emang bodoh waktu itu, yang gue pikirin supaya Vita bisa bahagia sama orang lain."
Reina diam sejenak. Cerita semacam ini merupakan hal yang ia benci. Reina sudah berkali-kali membaca novel dan menonton film yang mengisahkan tentang hal konyol seperti ini. Kisah tidak masuk akal, menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karmaolove
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW YA 🌻] Reina itu jauh dari tipe Arga, juga sebaliknya. Reina itu mulanya gadis yang gak suka ngomong kasar, tapi tidak berlaku saat berhadapan dengan Arga. Intinya, mereka itu gak mungkin disatukan dalam ketenangan tapi sepertiny...