32 ⛵

300 107 106
                                    

breath in.. breath out.. happy reading🤍









Bus berjalan dengan kecepatan normal, selain Ryujin, anak-anak di bus juga bilang bahwa rest area kedua udah deket.

Tapi kenapa Chaewon rasa perjalanannya sangat-sangat lama.

Chaewon menghela lembut, natap jendela bus dengan tangan menggenggam liontin bunga yang melingkar indah bersama kalung di lehernya.

Kata Mama Hwasa, Chaewon selalu tampak lebih cantik dengan kalung itu.

"Sebut aja cara Ultraman. Setiap kali lo kangen sama gue, genggam aja kalungnya. Maka gue ngerasain hal yang sama."

Chaewon senyum, waktu itu belum aku-kamuan. Masih kayak, main-main buat pacaran.

Pernah Chaewon kira, hubungan ini gak akan bisa bertahan lama. Sampai insiden demi insiden terjadi, mereka saling mendalami dan memahami.

Jadilah sekarang, pasangan yang kata orang gak pernah terpisahkan.

"Dan gue akan cari lo sampai kita ketemu."

Kalimat terakhir yang Chaewon ingat waktu mereka kejebak hujan di kafe dan Felix ngasih kalung itu ke Chaewon.

"Cantik, kalungnya." Ryujin senyum ikut merhatiin. "Dari siapa tuuuh?"

Chaewon sedikit gugup, dia gak pernah cerita ke siapapun soal kalungnya. "Ah, ini.. uhm ini.."

Ryujin ketawa kecil. "Gue paham. Dari Felix kan?" Ngeliat Chaewon cuma diem dan senyum, Ryujin anggap itu jawaban iya. Lalu pandangannya terlempar ke jendela.

"Beruntung ya, jadi lo, punya pacar yang tajir dan super protektif," ucap Ryujin hambar. "Gue kadang iri malah."

"Gue yakin banget sih, kalo dia liat lo terluka sedikiit aja, dia bakal marah.." Ryujin menatap Chaewon.

".. tapi dia bakal makin sayang sama lo, Won."

Chaewon ngangguk, senyum dan nunduk sedikit. Gak bisa menyangkal karena Chaewon gak tau itu masuk pujian atau apa. Tapi itu kenyataannya

Ryujin natap ke sekitarnya. Ternyata penduduk bus lagi tidur, hampir semua, sisanya demus dan baca buku.

Mata Ryujin melirik Chaewon yang terus ngegenggam liontin kalungnya. Dia jadi penasaran.

"Sejauh mana hubungan lo sama Felix?" tanya Ryujin tiba-tiba.

Chaewon terkesiap. "Maksudnya?"

"Ya.. orang tua kalian udah saling mengenal kah, atau kalian lagi ada rencana apa gitu," ulik Ryujin.

Diam-diam Chaewon menggeleng kaku. "E..nggak.. tau. Rencana apa? Kalo orang tua, ya, gue udah kenal Mamanya Felix dan Felix udah kenal Mama Papa gue." Chaewon senyum kecil ngusap punggung tangannya.

"Oh.. gitu." Ryujin ngangguk ngerti sambil merhatiin kuku jarinya.

"Won, geseran coba," pinta Ryujin.

Chaewon gak banyak nanya dan tuker posisi sama Ryujin yang pingin buka jendela pintu bus.

"Gerah, hehe," cengir Ryujin lalu nikmatin angin. Padahal Chaewon rasa AC aja udah bikin dingin.

Tapi orang kan beda-beda.

Ryujin menopang dagu di bibir jendela. "Tau nggak, Won? Kadang gue serasa pengen terjun dari atas tebing."

"..dan ngerasain saat-saat tulang gua remuk ngehantam tanah." Ryujin memejamkan matanya sambil cerita.

Cerita yang genrenya kurang Chaewon suka.

Matcha Taste ᥫ᭡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang