Selamat membaca :)
Rimbunnya sebuah hutan tak membuat panas pada kepala seseorang padam. Angin yang membantu mendinginkan suhu tubuhnya juga tak mempan untuk kepalanya. Wajahnya terlihat begitu merah, merasakan amarah yang meletup-letup.
"HEH!! JANGAN DEKAT DEKAT!!! DEKU SIALAN!" Ia terus saja mengumpati orang yang berada di sebelahnya. Naas sekali nasib Midoriya yang saat ini di tempatkan di sebelah si landak itu.
"Bakugo!! Kamu tidak seharusnya berbicara seperti itu ke Deku-kun!" Bentak Ochaco yang berada si sebelahku.
"Benar yang dikatakan oleh Uraraka-chan! Kamu tidak seharusnya membentak orang, apalagi dia temanmu sendiri!!" Seru ketua kelas, membenarkan ucapan Ochaco-perempuan imut dengan rambut coklat sebahu.
Si laki-laki berambut landak dengan temperamen yang sangat rendah. Tersentuh saja sudah langsung mengamuk dan mengangkat meja sekolah untuk dilemparkannya ke orang yang telah mengganggunya. Untungnya saat ini kami sedang berada di hutan. Tentu kekuatannya tidak sebesar itu sampai ia sanggup mengangkat bebatuan besar di hutan ini untuk mengurangi kemarahannya.
Suasana yang tadinya tenang, berubah menjadi tegang semenjak Bakugou marah-marah. Atau lebih tepatnya, semenjak sesi pemotretan untuk kelas 3-A dimulai.
"Bakugo, kamu sangat jahat. Bagaimana bisa kamu membentak Deku yang sangat baik terhadapmu?!" Perempuan cantik berambut hitam yang menduduki peringkat pertama di kelasku pun akhirnya angkat bicara.
kenapa keadaannya jadi kacau begini sih? Bahkan Momo-chan ikut memarahinya!!
"Hmm-mm!! Benar tuh! Kamu jahat!!" Mina ikut menimpalinya.
"Tidak berperasaan." Meskipun Tsuyu hanya berbicara dua kata, tapi dampaknya sangat besar.
"HAAAAH?! APA KAU BILANG?!?!" Benar saja, emosinya langsung terpancing.
Selagi beberapa teman di kelasku menyudutkan Bakugo, aku diam menatap ke arah Deku secara perlahan-lahan. Posisinya mempermudahku untuk melihat keadaannya. Mengingat tempatku berdiri saat ini tepat berada di sebelahnya.
"Midoriya, apa kamu baik-baik saja?" Bisikku kepadanya di tengah-tengah keributan antara teman sekelasku. Ku pegang sebelah tangannya. Ia terlihat murung karena perkataan tajam Bakugou.
"A-ah, aku baik-baik saja kok." Ia yang tersadar segera mengulas senyum manisnya kepadaku. maafkan aku Midoriya. Aku tidak tahu kalau akhirnya akan seperti ini.
"Cukup, cukup. Bakugo, tenangkan dirimu. Kita akan melakukan sesi pemotretan setelah kelas lain selesai saja." Dengan itu, kelas kami pun segera bubar, dan mencari tempat duduk sembari menunggu kelas lainnya selesai.
• • •
Tahun ini, tahun terakhirku di bangku SMA. Dan kami tentu harus membuat buku kenangan seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku selaku perwakilan kelas, segera berembung dengan beberapa perwakilan kelas lainnya untuk memutuskan tempat yang kami gunakan nantinya.
Gunanya agar memperkecil dana pemotretan. Secara, buku kenangan ini kan di ambil dari kas kelas. Jadi, aku berusaha agar uang yang dikeluarkan tidak terlalu banyak.
Setelah melewati banyak ide, kami memutuskan memilih tempat di hutan. Tapi tema setiap kelasnya tetaplah berbeda. Ada yang temanya colorful. Ada yang temanya safe earth. Ada temanya aesthetic. Ada juga yang bertemakan spiritual.
Kupikir semuanya akan berjalan dengan baik, sampai Bakugo mulai naik pitam.
Kelas 3-A tentu kelas pertama yang difoto, karena sesi berfotonya di lakukan sesuai dengan urutan kelas. Dari kelas A sampai kelas H.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anime X Reader
FanfictieBuku ini berisikan tentang macam-macam cerita happy ending dari beberapa karakter di anime . ⚠⚠ WARNING ⚠⚠ Ada beberapa cerita juga yang agak menjurus ke hal "ambigu" Jikalau kalian suka silahkan vomment cerita ini, saya tidak memaksa kok hanya ing...