Aku memegang erat tangan ibuku, ibuku juga memelukku erat. Pesawat yang kami tumpangi sedang berada di kondisi darurat. Beberapa saat lalu pilot mengumumkan bahwa ada kerusakan mesin pada pesawat.
Tabung oksigen turun dari langit pesawat. Ibuku mengambilnya kemudian memasangkannya padaku. Ibuku juga melakukan hal yang sama. Ia menyuruhku untuk memegang tabung oksigen itu.
Aku menatap ke jendela pesawat. Sebuah asap keluar dari sayap kiri pesawat. Bersamaan dengan pilot yang mengumumkan lagi jika pesawat kemungkinan akan jatuh.
"Sou, jangan lepaskan tangan ka-san" ibuku kembali menggenggam erat tanganku dan memelukku.
Terdengar tangisan para penumpang lain.
.
.Rasanya sakit.
Sangat sakit.
Hingga aku tak bisa menggerakkan seluruh tubuhku.
"Ka...san..." Aku mencoba meraih tangan ibuku, namun tak bisa.
Ibuku melindungiku dari benturan pesawat yang menghantam tanah. Badannya berlumuran darah.
Pandanganku mulai buram, samar-samar aku mendengar suara. "Disini ada dua orang!"
Dapat kurasakan ia memasang tabung oksigen di wajahku. "Hey nak, sadarlah"
Aku berusaha keras, sangat keras hingga dapat kurasakan tubuhku yang mati rasa. Dan saat aku membuka mata, pemandangan tidak mengenakkan terlihat.
Banyak orang-orang berlumuran darah tergeletak di tanah. Bangkai-bangkai pesawat yang berserak dimana-mana.
Gelap.
Saat aku tersadar, aku sedang berada di ruangan berwarna putih.
Sunyi. Bahkan suara detak jantungku bisa kudengar.
"Sou!"
"Ugh..." Aku duduk, memegangi kepalaku yang terasa berdenyut.
Lagi-lagi mimpi buruk itu. Mimpi yang terus-menerus menghantui ku sejak hari itu.
Kulihat jam di dinding ruang tamu.
Jam 15:37Sepertinya aku ketiduran di sofa sehabis mengantar Eve ke rumahnya.
Ngomong-ngomong tentang Eve. Anak itu aneh. Dia mengatakan jika aku tidak mengingatnya. Memangnya aku pernah bertemu dengannya? Seingatku tidak.
Namun jika bicara tentangnya, dia lumayan unik. Tingkahnya yang gugup itu cukup menarik perhatianku. Wajahnya juga cukup tampan. Mungkin perpaduan antara tampan dan imut.
Juga, saat di dekatnya ingatanku seperti berkecamuk. Mungkin benar apa yang dia katakan jika aku pernah bertemu dengannya. Tapi aku tak ingat apapun.
Apa ingatanku hilang saat kecelakaan itu?
Ceklek...
"Sou"
"Kau sudah makan?" tanya ibuku. "Belum"
"Ini, ka-san beli tadi"
Ibuku menyerahkan sekantong plastik. Kulihat isinya, satu paket ayam lengkap dengan nasi.
Aku menaruhnya di meja. Dan membukanya. Aku masih belum minta maaf tentang kejadian semalam.
"Ka-san sudah makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas (SouEve)
Fanfiction{HIATUS!} Warning: (Yaoi, Shounen-ai) Don't like don't read! Sebuah perahu kertas membuat kedua insan itu saling jatuh pada pesona masing-masing. Cast: Sou, Eve, and others Fanfic pertama yg gw tulis ◕ ᴥ ◕