Kekhawatiran.

57 17 8
                                    

Sekeras apapun saya mencoba untuk bersikap baik,
Penilaian ayahmu tentangku, tetaplah sama.

- Juandra





Hari ini adalah hari rabu. Hari dimana sebenarnya juandra sedang dalam masa sibuk-sibuknya dengan urusan amal dan BEM. Namun untuk menepati janjinya pada alisha, ia sengaja melimpahkan tanggung jawabanya sehari kepada Lucas dan Yangga — wakil dan tangan kanannya dalam urusan kampus.

Hanya sehari, itupun Juan tetap memantau perkembangan persiapan acara melalui dua temannya itu. Tenang! Dia tidak lepas tanggung jawab begitu saja.

Sebenarnya hal ini tidak dibenarkan juga. Dia memiliki tanggung jawab yang besar mengenai kesuksesan acara. Namun disisi lain ia juga tidak bisa membiarkan Alisha datang ke konser itu sendiri. Ia takut akan terjadi sesuatu pada gadisnya itu.

Lagipula, juan juga sudah pernah berjanji akan selalu menemani Alisha untuk pergi ke konser-konser atau fansign. Tak mungkin kan jika dia mengingkari janjinya?

Ingat kata pepatah. Seorang pria sejati yang dipegang itu bukan janjinya melainkan ucapannya.

Dan Juan selalu menerapkan prinsip itu. Ketika ia sudah berjanji akan suatu hal, maka ia akan berusaha untuk menepatinya.

Tin! Tin!

Suara klakson yang dibunyikan oleh Juandra sukses membuat pak Maman terbangun dari tidurnya. Segera saja pria berseragam satpam itu membukakan gerbang rumah Alisha dan memberikan ruang untuk mobil Juandra masuk kedalam area rumah.

"Pagi pak man." sapa Juan sembari tersenyum ramah.

Pak Man mengangguk. Satpam itu ikut tersenyum ramah kearah Juandra. "Oalah nak Juandra! Sudah lama saya gak liat nak Juan dateng kesini. Selamat pagi juga nak. Mau jemput neng Alisha ya? Ayo Silahkan masuk." balas pak man dengan akrab.

Juandra terkekeh. Setelah menaikkan kembali kaca jendela mobilnya. Pria itu langsung melajukan mobilnya kearah dalam pekarangan.

"Permisi!"

Juandra mengetuk pelan pintu ganda berbahan kayu yang tertutup itu. Dan tak lama pintu itu terbuka. Menampakan seorang pria paruh baya yang masih memakai sarung hijau. Sepertinya dia baru saja selesai menjalankan ibadah.

"Selamat pagi om. Alishanya ada?" tanya Juan ramah dan sopan.

Seperti biasa, Om Joni hanya diam. Masih menatap dingin kearah Juandra yang sedang menunduk sopan. Tak lama pria itu membalikkan badannya dan masuk kedalam. Diikuti oleh Juandra yang mengekor dibelakangnya.

Ya beginilah sikap ayah Alisha pada Juandra. Ia tak pernah sekalipun bersikap hangat padanya. Alasannya, tentu kalian sudah tahu bukan?

Sekitar 5 menit berlalu. Mereka masih duduk disofa tamu. Berdua dalam keheningan. Om Joni beberapa kali terlihat mencuri pandang kearah Juandra kemudian kembali menatap kearah bukunya.

Bagaimana dengan Juandra? Pria itu sedari tadi hanya menunduk sembari memainkan buku jarinya. Tampak canggung dengan situasi yang ada.

"Mau pergi kemana?" tanya om Joni memecah keheningan.

Juandra mengangkat kepalanya. Memberanikan diri untuk menatap kearah pria paruh baya yang duduk berhadapan dengannya itu. Seulas senyumpun terpancar dari wajah tampannya. Masih berusaha bersikap baik kepada ayah Alisha.

"Menonton konser om." jawab Juandra jujur.

Om Joni hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh kearah Juandra sedikitpun. Ia masih sibuk dengan bukunya yang Juan dapat lihat berjudul. "komunikasi dan dakwa islam".

Kolase Waktu || MarkgiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang