Nasi Goreng untuk Juandra

39 9 3
                                    

Pagi hari yang cukup cerah. Hari ini aku sengaja bangun lebih pagi karena rencananya hari ini aku akan memberi kejutan kecil untuk kak Juandra. Sejak kak Juan ikut sarapan dirumahku tahun lalu, kak Juan bilang dia sangat menyukai nasi goreng buatanku. Entah itu sebuah gombalan saja atau memang benar-benar menyukainya, yang jelas dia selalu menghabiskan nasi goreng buatanku. Dia bilang rasanya percis seperti buatan ibunya.

Aku jadi merasa tersanjung sekaligus ragu karena penilaian Juandra sangat berbanding terbalik dengan penilaian kak Chandra yang mengatakan bahwa nasi goreng buatanku rasanya seperti rasa mantan. Entah apa maksudnya, yang jelas aku tidak memperdulikannya. Karena pada dasarnya, kak Chandra memang julid dan tidak bisa dipercaya.

"Wooooo adek kesayangan abang, pagi-pagi udah didapur. Mau hancurin dapur lo?"

Nahkan, baru saja dighibahin. Sifat julidnya sudah muncul lagi. Masih pagi Sha, sabar hadapin kakak sejenis kak Chandra.

Aku menoleh kearah kak Chandra yang sedang berdecak pinggang sembari memperhatikan sayuran yang ada didepannya. Sesekali ia menggelengkan kepalanya dengan memasang raut menyebalkannya.

"Lo mau masak? Kesambet apaan lo?"

Ucapan laknat pria itu sukses membuatku berdecis sebal. Apakah tidak bisa sehari saja aku mendapat waktuku tanpa diganggu oleh kak Chandra? Ah menyebalkan sekali.

Apakah ada yang mau menampung kakakku? Sungguh aku ikhlas memberikannya pada kalian. Ehehe tidak! Aku banya bercanda. Walau ia sering berlaku menyebalkan, tetap saja ia kakakku.

"Kesambet cintanya kak Juandra." jawabku kesal.

Kak Chandra hanya tertawa. Kini pria itu sudah beralih pada kulkas yang berada disudut ruangan. Tak lama ia kembali dengan membawa sebotol air mineral dingin dan meneguknya disebelahku.

"Kalo urusan Juandra aja rajin. Giliran gue yang nyuruh aja... buatnya sambil nyerocos."

Aku hanya memutar mataku malas. Mencoba untuk tidak memperdulikan sindirannya yang memang begitulah faktanya.

"Ya jelas gue rajin lah kalo buat kak Kuan. Kan dia calon suami gue."

Kak Chandra yang sedang meneguk airnya seketika menyembur kasar. Refleks saja aku menjauh dari pria itu. Berusaha agar tidak terkena cipratan air hujan lokal itu.

"Kakak ih jorok!" omelku.

Kak Chandra tidak menggubris. Kini ia malah menatapku sembari tersenyum menyebalkan. Senyum yang bagiku terlihat seperti sebuah ejekan.

"Hahahaha emang lo bakal nikah sama dia?"

Satu kalimat yang mungkin diniatkan sebagai candaan sukses membuatku terpaku. Kenyataan itu kembali bisa menamparku kasar. Tanganku mendadak berhenti bergerak. Ku lemparkan senyum kecut kearah kak Chandra yang sepertinya juga memahami ekspresiku.

"Oh abang lupa kalo ada janji sama temen. G- gue pergi dulu ya dek! Byee!"

Pria itu sudah pergi kembali ke kamarnya. Dengan mood yang seadanya, aku kembali menyelesaikan masakanku dalam diam. Sesekali aku melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 9.15. masih tersisa 45 menit untukku sampai di kampus.



oOo





"Anjirlah! Gue gak paham sama akuntansi biayanya."

Aku melirik kearah Kayla yang kini sedang frustasi dengan tugas akuntansi biaya yang diberikan dosen beberapa menit yang lalu. Sebenarnya ini bukan gaya Kayla karena pada dasarnya gadis itu pandai dalam mata kuliah akuntansi biaya. Namun kali ini ia terlihat frustasi, apa mungkin karena dia telat datang? Entahlah.

Kolase Waktu || MarkgiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang