Konser

42 12 5
                                    

Pukul 10.00 WIB. Kini aku dan Kak Juan sudah sampai ditempat dimana konser NCT Dream akan digelar. Dengan rasa semangat yang sangat tinggi, aku langsung turun dari mobil Kak Juan. Meninggalkannya sendirian disana.

Tenang dia tidak akan marah padaku.

Dia adalah pria yang sangat pengertian dan suka memaklumi perilakuku yang kadang masih kekanak-kanakan. Termasuk saat datang ke konser seperti ini. Ibarat kata, dia tidak masalah jika diduakan dengan Park Jisung untuk hari ini, asal aku bahagia. Begitulah ucapan yang pernah dia katakan padaku. Manis bukan?

"Antrinya banyak, kamu yakin mau ngantri disana?"

Kak Juan yang entah sejak kapan sudah berada disampingku membuatku sedikit terkejut dengan suaranya. Mata pria itu menatap sipit kearah gerombolan orang yang berjajar didekat pintu masuk gedung. Sangat ramai dan padat.

"Iya! Ayo kak kesana keburu lebih banyak yang dateng."

Aku menarik tangan Kak Juan dengan paksa. Mengajaknya untuk segera mengambil antrian agar mereka bisa segera masuk kedalam gedung.

Cuaca hari ini sangat mendukung. Sedari pagi tadi, aku sama sekali tidak melihat awan dilangit. Semuanya biru bersih. Namun disisi lain, udara disini benar-benar panas. Bahkan aku yang baru mengantri 5 menit saja sudah berkeringat. Tidak bisa membayangkan bagaimana mereka yang mengantri sejak berjam-jam yang lalu.

Aku melirik kecil kearah Kak Juan yang mengantri disampingku. Wajahnya penuh peluh yang menetes. Sesekali ia mengibaskan kerah bajunya agar bisa sedikit mendapat angin. Jujur, melihatnya seperti ini membuatku merasa kasihan sekaligus tidak enak. Ya bagaimana tidak! Demi menemaniku untuk bertemu NCT Dream, ia rela berpanas-panasan seperti ini.

Dengan sebuah inisiatif, aku langsung mengambil tissue dari dalam tas kecilku dan mulai mengusap peluh diwajah pria itu. Ekspresi Kak Juan? Terkejut, itu pasti. Asal kalian tahu saja, aku adalah tipe pasangan yang cuek dan kaku. Melakukan hal seperti ini, baru pertama kalinya tentu saja.

"Kalo kakak capek, kakak tunggu di cafe aja. Dideket sini ada cafe kok." ucapku seraya mengusap wajahnya pelan.

Ku lihat Kak Juan tersenyum kearahku. Senyum yang manis dan candu. Entah mengapa melihat senyuman Kak Juan bisa membuatku menjadi kembali bersemangat. Rasanya damai.

"Saya kan sudah berjanji sama kamu mau menemani kamu sampai konser selesai." jawabnya sembari mengusap kepalaku.

Aku mengangguk. Ya, aku sudah tahu Kak Juan pasti akan memberi jawaban seperti itu. "Kakak gak malu kan?"

Kak Juan melihat kearahku dengan alis bertaut bingung. Seperti keheranan dengan pertanyaanku. "Kakak cowo sendiri loh disini. Aku cuma takut.."

"Kenapa harus malu? Tujuan saya kesini kan untuk menjaga kamu. Lagipula saya juga membeli tiket ini dengan uang yang halal, bukan dari hasil mencuri atau memalak. Alisha, saya tidak perduli dengan ucapan orang lain selagi itu tidak merugikan saya."

Jawaban lembut namun menusuk, itulah keahliah seorang Nugantara Juandra Immanuel.

Sekitar 30 menit berlalu. Kini aku dan Kak Juan sudah lumayan dekat dengan pintu masuk. Sebentar lagi dan kami akan bisa duduk dengan tenang. Namun tetap saja, berdiri selama hampir 30 menit ditengah panas teriknya Jakarta membuat kedua kakiku melemas.

Rasanya sekarang aku ingin segera duduk dan meregangkan otot kakiku.
Beberapa kali aku memegangi lututku yang terasa pegal dan kembali berdiri.

Aku melihat Kak Juan sedari tadi memperhatikan gerak-gerikku. Ah masa bodoh jika Kak Juan berfikir aku aneh. Yang jelas sekarang aku hanya ingin memijat sedikit kakiku.

Kolase Waktu || MarkgiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang