Beda dan Batas

44 12 16
                                    

Walaupun kebahagiaan belum tentu ditemui, kebersamaan ini harus tetap dinikmati. Sembari memikirkan yang mesti kita lakukan nanti.




"Emang kakak mau beli buku apa sih?"

Aku terus mengikuti kemana kaki kak Juan melangkah. Mengambil beberapa buku kemudian mengembalikannya lagi. Dia sangat menikmati buku-buku itu. Namun tidak denganku yang sudah mulai stress dengan adanya kumpulan buku itu.

Bukannya tidak suka! Hanya saja aku kurang tertarik dengan buku-buku tebal referensi Skripsi seperti ini. Sangat membuatku stress. Aku lebih suka membaca novel romantis dan komik daripada buku-buku yang akan dibeli oleh kak Juan.

"Sabar sebentar sha."

Aku menggerutu kecil. Sudah hampir 3 jam kami memutari seluruh isi toko buku ini dari lantai 1 hingga lantai 3. Namun tidak ada satupun buku yang diambil oleh kak Juan.

"Iya iya. Kak aku kesana bentar ya?"

Aku segera melenggang pergi setelah menepuk pundak kak Juan. Berlari kearah kumpulan novel yang ku suka. Buru-buru saja aku mengambil beberapa series novel. Yah lumayan, persediaan novelku juga sudah menipis. Bisalah untuk mengisi waktu luang.

Setelah kurasa cukup dengan semua novel tebal ditanganku. Aku kembali berlari kearah kak Juan berada. Disudut literasi. Sepertinya dia masih sibuk memilih buku yang tepat untuk skripsinya.

Oh iya mungkin kalian belum tahu. Kak Juan ini adalah mahasiswa fakultas hukum tingkat akhir alias sudah dalam masa pembuatan skripsi. Jadi jangan heran jika melihat kak Juan bolak balik ke toko buku.

Alasan pasti kak Juan masuk ke fakultas ini adalah supaya suatu hari nanti ia bisa menjadi seorang jaksa untuk menegakkan keadilan di Indonesia. Mulia bukan?

"Kamu sudah selesai?" cletuk kak Juan.

Aku mengangguk kecil. Kak Juan menatap kearah kumpulan novel yang memenuhi kedua tanganku kemudian menggelengkan kepalanya. Tidak bisa percaya dengan sifatku yang selalu kalap ketika melihat jejeran novel best seller di toko buku.

Aku tidak marah. Aku mengakuinya.

"Yuk kak! Berat nih."

Kak Juan terkekeh kecil. Tangan kanannya yang kosong mulai mengambil beberapa novel didekapanku. "Biar saya yang bawa. Ayo!"

Kami berdua melangkah kearah meja kasir untuk membayar beberapa buku yang sudah kami ambil. Setelah selesai membayar, aku segera bergegas pergi. Meninggalkan kak Juan yang masih mematung didepan meja kasir. Masih sibuk menata credit cardnya didalam dompet. Satu fakta menarik dari seorang Nugantara Juandra Immanuel. Dia adalah pria penyuka kerapian dan sedikit perfectionist.

Semua hal yang menurutnya tidak rapi, akan ia rapikan sendiri. Bahkan kalau dia bisa, mungkin dia juga akan merapikan dunia. Ehehe bercanda. Jangan dibawa serius.

"Setelah ini kita mau kemana?"

Pertanyaan kak Juan yang begitu tiba-tiba sukses membuatku sedikit gelagapan. Ah karena terlalu fokus pada kak Juan, aku jadi lupa memeriksa kembali weekend plan kami untuk minggu ini.

Yah, inilah kebiasaan kami setiap hari minggu. Menyusun sebuah kegiatan untuk kami nikmati berdua seharian. Sangat kuno memang, namun aku tetap menikmatinya. Bagiku ini sangat romantis. Dihari sabtu kita mendiskusikan semuanya bersama dan hari minggunya kami akan menikmatinya. Menyenangkan.

"Eum... ke taman."

Aku mendengus pasrah. Yah aku yakin kak Juan yang menulis bagian ini. Siapa lagi? Diantara aku dan dia, yang sangat amat suka pergi ke taman adalah dirinya. Untuk apa? Jangan ditanya! Tentu saja untuk belajar.

Kolase Waktu || MarkgiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang