"Kok berhenti sih?" Wulan bertanya padaku dengan wajah heran
"Kenapa lewat sini?" Aku heran kenapa Ia memilih jalan setapak(4) yang menuju ke hutan. Dia mengajakku berjalan untuk pulang kerumah bukan? Setauku jalan ini sama sekali bukan jalan menuju rumah.
"Yaa, emangnya kenapa?"
"Kita kan mau pulang dan ini bukan jalan untuk sampai kerumah"
Wulan menarik tanganku dengan paksa, Aku memberontak dan melepaskan tanganku dari pegangannya.
"Udah ikut aja! Aku mau nunjukin sesuatu sama kamu, nanti kalau sudah sampai disana kamu juga gak bakal mau pulang"
"Eng.... Enggak! Aku gak berani masuk ke hutan" Aku memang Anak yang penakut, takut gelap, takut culik, takut hantu dan takut kehilangan kamu wkwkwk canda😭😂
"Siapa bilang ini hutan? Ini itu cuman diluarnya aja kayak hutan, di dalamnya enggak kayak hutan kok."
"Tapi Aku mau pulang" rengekku pada Wulan
"Nanti jugak bakal Aku antar pulang kok"
"Janji?" Aku mengakukan jari kelingkingku ke hadapannya, Wulan mengangguk dan tersenyum, dia langsung menyambut jari klingkingku. Kini jari kelingking kami saling menempel dengan sangat erat.
Kamipun akhirnya berjalan masuk ke hutan tersebut, dengan jalan setapak dan dipinggir kiri dan kanan terdapat semak-semak belukar dan pepohonan yang menjulang tinggi.
Aku semakin mengeratkan peganganku pada lengan Wulan, wajahnya tampak biasa saja, tampaknya ini bukan pertama kalinya Ia melewati jalan ini.
Angin yang berhembus membuat daun-daun jati berguguran mengenai wajah kami.Pohon-pohon disini begitu besar dan rimbun, bahkan cahaya mata hari yang terikpun tak masuk ke dalam karena terhalang daun-daun jati.
Semakin dalam kami memasuki hutan ini semakin minim cahaya matahari seperti sudah senja.Aku melihat ke atas, burung-burung kecil beterbangan dari satu dahan ke dahan yang lainnya seolah merasa terganggu dengan kedatangan kami. Aku melihat ke belakang, semak-semak belukar ini seperti tangan-tangan yang sedang melambai ke arahku.
Aku juga merasakan bahwa kami sedang tidak hannya berdua saja, seperti ada seseorang yang mengawasi kami.
Tanpa Aku sadari ternyata jalan setapak itu sudah tidak lagi kami lalui, jalanan sudah berganti menjadi hamparan tanah yang luas. Aku memutar kepalaku ke belakang dan melihat tiga orang anak perempuan dan 4 orang laki-laki datang mendekat ke arah kami, mereka terlihat seusia dengan kami.
Setelah mendekat, mereka saling berbicara dengan Wulan, mereka terlihat sangat akrap sekali. Wulan memperkenalkanku pada teman-temannya. Ternyata saat Aku merasa di awasi itu bukan hannya perasaanku saja, itu adalah mereka yang berjalan, karena tertutup semak-semak yang tinggi membuat mereka tak terlihat sama sekali.
Sambil melanjutkan perjalanan yang Aku sendiri tak tahu mau kemana, kami semua bercanda dengan riang, ternyata mereka semua sangat menyenangkan. Jujur Aku belum pernah berteman dengan siapapun saat ini, Anak-anak seusia yang tinggal di dekat rumahku mereka tidak mau berteman denganku, mereka tidak mau berteman karena sikapku yang terlalu cengeng(5)
"Taraaa. Kita sudah sampai" pekik Wulan dengan sangat gembira, bukan cuman Wulan mereka yang lainnyapun juga ikutan sangat gembira sambil berlompat lompat.
Aku heran, apa yang membuat mereka begitu senangnya, padahal ini hannya lahan sawah yang baru saja di bajak menggunakan kerbau, apa yang sangat menarik dengan lahan sawah yang sudah digenangi air ini? Tunggu, kenapa bisa ada lahan sawah disini? Bukankah ini hutan?
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Strong [On Going]
Teen FictionPLAGIAT DILARANG MENDEKAT Cerita ini ditulis untuk dibaca bukan untuk ditulis ulang. Saya memang tidak tau, tapi ingat Allah maha tau. Kelak kau akan dimintai pertanggung jawaban atas semua yang kau lakukan, termasuk menjiplak karya orang lain tanpa...