Bel istirahat adalah bunyi yang paling ditunggu-tunngu setelah bel pulang. Aku bingung harus kemana dijam istirahat ini, Aku melihat ke arah pintu ternyata Wulan sedang melambaikan tangannya kepadaku, Aku langsung tersenyum melihatnya dan langsung bergegas mendatangi Wulan yang sudah menungguku.
"Mau ke kantin?" tanya Wulan setelah Aku sampai di depannya, aku menganggum meng-iyakan tawaran Wulan. Kami berjalan bergandengan menuju kantin, Aku senang bahwa Wulan tidak berubah sama selali.
Di kantin, Aku hannya membeli beberapa snek yang harganya cukup terjangkau dikantongku. Awalnya Aku dan Wulan sempat kaget melihat harga jajanan dan makanan ringan di kantin ini begitu mahal, bagi kami harga satu snek disini bisa membeli lima bungkus snek yang dibeli disekolah kami dulu.
Kami memilih tempat duduk yang di sudut rungan, Wulan sedikit cerita tentang teman-teman yang ada di kelas nya, Aku tertawa geli ketika mendengar celotehan Wulan yang menceritakan temannya memberikan peryanyaan-peryanyaan aneh kepadanya. Hannya 30 menit saja yang diberikan sekolah untuk kami beristirahat, atau hannya sekedar mengisi perut yang sudah keroncongan.
***
Aku sedang duduk diatas ranjang kamar sambil membaca dan mempelajari pelajaran yang akan datang.
"Gimana hari pertama Sekolah?" tanya Mbak Hana yang langsung masuk ke kamarku sambil menyodorkan sepiring pisang goreng.
"Yaaa, gitu deh" jawabku acuh tak acuh tanpa mengalihkan penglihatanku dari buku fisika ini.
Mbak Hana menghela nafasnya melihatku. "Yaudah, belajar yang rajin! Mbak pulang dulu ya". Mbak Hana mengambil tas sandangnya dan langsung pulang ke rumah sewanya.
Aku mengkerutkan dahiku setelah melihat buku tulis dengan gambar Doraemon.
Loh, ini buku siapa?
Aku bertanya pada diriku sendiri sambil mengingat-ngingat apakah Aku yang mempunyai buku tulis ini. Tidak, Aku sama sekali tidak memiliki buku dengan gambar Doraemon. Lantas, ini buku siapa?Aku mencoba untuk tidak ambil pusing, ku taruh buku itu didalam tas sekolah. Esok pagi akan Aku tanyakan dengan teman-teman sekelas dan mengembalikannya, barang kali ini buku salah satu dari teman sekelasku yang tak sengaja Aku bawa pulang.
***
"Pak, Atqia berangkat dulu"
"Iya, hati-hati"
Aku langsung berpamitan dan mencium punggung tangan Bapak. Tangan yang sudah sangat banyak menanggung beban hidup, bahkan Aku sering melihat tangan ini terluka akibat terlalu dipaksa untuk bekerja tanpa memikirkan kondisinya. Pintaku hannya satu, Aku ingin tangan ini ada disaat Aku sukses nanti sambil mengelus pucuk kepalaku dan berkata "Bapak bangga denganmu, Nak"
Pagi ini, Aku akan berangkat ke sekolah bersama dengan Wulan, dia yang memaksa agar Aku pergi ke sekolah dengannya. Kami di antar oleh Ibu Wulan dengan mengendarai sepeda motor. Aku menganggap Ibu Wulan sudah seperti ibuku sendiri, begitu juga dengan Ibunya Wulan dia juga sudah menganggapku sama seperti wulan.
Sedangkan Bapak Wulan, aku tak tau banyak tentangnya, Wulan hannya bercerita bahwa Bapaknya kerja diluar kota dan hannya akan pulang setiap enam bulan sekali. Tetapi dari awal aku kenal Wulan, Aku sama sekali belum pernah melihat Bapaknya.
Selama diperjalanan hingga menuju kelas, mulut Wulan seperti bisanya yang tidak akan berhenti mengoceh, bahkan sangking lamanya Ia berbicara sampai keluar percikan ludah dari mulutnya. Sebenarnya tak ada yang menarik dari semua ocehan yang keluar dari mulutnya, tetapi Aku masi tetap setia menjadi pendengar ceritanya.
"Yaudah, nanti saat jam istirahat kita ngobrol lagi. Dadahh" Wulan melambaikan tangannya kepadaku, Akupun juga membalas lambaiyan tangan Wulan, dan dia langsung masuk kedalam kelasnya.
Tak sengaja netra mataku melihat seorang pria yang tengah berdiri di depan pintu kelasku, dia adalah orang kemarin yang duduk sebangku denganku. Dia menatapku, tapi kali ini tidak melirikku dengan mata elangnya itu. Tunggu dulu, sejak kapan Ia melihatku?
"Apa liat-liat?" tanyaku yang sudah berada didepannya, dia sama sekali tak meresponku, jangankan menjawab pertanyaanku, melihat ke arahku saja tidak sama sekali. Haduhh, jangan-jangan dia tadi sama sekali tidak melihat ke arahku, woii Aku ke ge'eran banget.
Aku berjalan melewatinya dan langsung duduk dikursi yang Aku suduki kemarin. Lelaki itu datang mendekatiku, Aku mencoba untuk mengabaikannya dan berpura-pura menyibukkan diriku dengan mengambil buku dari dalam tas dan mencoba membacanya.
"Heh, itu kan buku Aku"
Aku terkejut dengan lelaki yang irit bicara itu, bukan dengan kata yang Ia keluarkan dari mulutnya, tetapi dengan sikapnya yang langsung mengambil buku tulis itu tanpa persetujuan dariku. Huhh, bener-bener gak ada sopan santunnya.
"Wah, bahaya banget duduk dekat kamu"
Aku membelalakkan mataku ke hadapannya, masih tak percaya dengan apa yang dia pikirkan tentang diriku? Tanpa tahu yang sebenarnya dia menuduhku dan men-cap diriku sebagai pencuri. Aku bangkit dari duduk dan berdiri dihadapannya, Aku mengangkat jari telunjuk dan mengarahkanya tepat dihadapan wajah datarnya itu.
"Ka...."
"Pagi Anak-anak"
Suara itu membuatku tak bisa melanjutkan sumpah serapahku kepada lelaki ini. Aku melihat ke sumber suara, seorang guru wanita yang ditangan kirinya terdapat tas jinjing, sedangkan ditangan kanan nya terdapat beberapa buku yang Ia tangkupkan didepan dadanya.
Pandanganku kembali lagi ke lelaki yang masih berdiri tepat dihadapanku ini, dia segera duduk dibangkunya sambil mengeluarkan buku tulis dari dalam tasnya itu. Aku berdecak kesal ke arahnya dan kembali duduk dibangku.
***
Saat jam istirahat, Wulan mengajakku untuk tetap berada dikelasku saja. Akupun setuju dan tetap duduk dibangkuku, sedangkan Wulan duduk di bangku lelaki itu.
"Yang duduk dibangku ini siapa?"Entah kenapa aku begitu malas membicarakan lelaki yang menyebalkan itu, akan tetapi Wulan memaksaku untuk mengatakan siapa orang itu, dengan begitu malas Aku menjawab pertanyaan Wulan. "Si kulkas"
Terlihat begitu jelas sekali raut kebingungan di wajahnya, Aku tertawa geli melihat wajahnya yang kebingungan itu.
"Serius" dia mencubit pelan lenganku, sepertinya dia begitu penasaran dengan seseorang yang duduk sebangku denganku.
"Aku gak tau namanya" jawabku acuh tak acuh. Please deh, kenapa harus bahas orang itu sih? Seketika mood ku jadi rusak karena membicarakan dia.
"Lah, kok bisa?"
Aku mengacuhkan pertanyaan Wulan, Aku tau jika aku menjawab pertanyaannya, Ia akan terus melayangkan semua pertanyaan demi pertanyaan yang ada di kepalanya. Lebih baik Aku diam dan sama sekali tak mengubris semua pertanyaannya.
"Cowok ya?"
Aku mengmbuskan nafasku dengan kasar, sepertinya kali ini Wulan tak akan berhenti mengajukan pertanyaan sebelum mendapatkan jawaban yang ia ingin dapatkan.
"Orangnya gimana? Ganteng?" tanyanya yang diakhiri cekikikan kecil. Aku berngidik ngeri mendengar pertanyaannya yang satu ini, sejak kapan Ia mulai tau mana lelaki tampan dan tidak. Sepertinya pergaulan Wulan sudah semakin mengikuti trem zaman.
_____________________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Strong [On Going]
Teen FictionPLAGIAT DILARANG MENDEKAT Cerita ini ditulis untuk dibaca bukan untuk ditulis ulang. Saya memang tidak tau, tapi ingat Allah maha tau. Kelak kau akan dimintai pertanggung jawaban atas semua yang kau lakukan, termasuk menjiplak karya orang lain tanpa...